Pixel Codejatimnow.com

Upaya Menjaga Sumber Air, Masyarakat di Tulungagung Gelar Tradisi Ulur-ulur

Editor : Zaki Zubaidi  Reporter : Bramanta Pamungkas
Prosesi upacara tradisi ulur ulur di Telaga Buret. (Foto: Bramanta Pamungkas/jatimnow.com)
Prosesi upacara tradisi ulur ulur di Telaga Buret. (Foto: Bramanta Pamungkas/jatimnow.com)

jatimnow.com - Masyarakat empat desa di Kecamatan Campurdarat, Tulungagung menggelar tradisi ulur-ulur di Telaga Buret.

Tradisi tersebut merupakan warisan leluhur dan menjadi salah satu upaya menjaga kelestarian sumber air dan hutan di Telaga Buret. Air di telaga tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan warga di Desa Sawo, Ngentrong, Gedangan dan Gamping.

Upacara diawali dengan arak-arakan ratusan masyarakat dengan membawa aneka sesajen yang diletakkan dalam tandu. Mereka kemudian meletakan sesajen di depan dua arca yang merupakan perwujudan dari Dewi Sri dan Joko Sedono. Kedua arca ini dipercaya sebagai simbol kemakmuran petani.

Arca tersebut dimandikan dan diberi hiasan berupa mahkota dari janur, serta kalung ronce bunga melati. Beberapa perwakilan kemudian menaburkan bunga di atas telaga.

Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Telaga Buret, Karsi Nero mengatakan tradisi tersebut selalu digelar pada Jumat Legi pada Bulan Selo dalam sistem kalender jawa.

Baca juga:
Pj Bupati Pasuruan Apresiasi Ski Lot, Bakal Jadikan Kompetisi Olahraga Rutin

Upacara ini sebagai bentuk syukur atas melimpahnya air di telaga tersebut. Meskipun dalam musim kemarau panjang, air di Telaga Buret tidak pernah mengalami kekeringan.

"Sudah sejak dahulu, air Telaga Buret memberikan manfaat kepada masyarakat khususnya para petani di empat desa. Oleh karena itu, sebagai rasa syukur masyarakat mengadakan upacara ulur-ulur di Telaga Buret," ujarnya, Jumat (09/06).

Upacara adat ini sebenarnya tidak sekedar tradisi kebudayaan semata. Tetapi, juga sebagai upaya pelestarian lingkungan. Karena banyak masyarakat yang meyakini bahwa ulur-ulur dapat menjaga sumber air Telaga Buret dari kekeringan.

Baca juga:
Sejak Kapan Tradisi Halal Bihalal Ada di Indonesia? Simak Penuturan Khofifah Ini

Menurut Karsi kebudayaan dan ekologi memiliki korelasi yang saling mengikat. Adanya tradisi ulur-ulur ini menunjukan bahwa nenek moyang telah meninggalkan sebuah hukum alam untuk menjaga kelestarian air dan hutan.

"Saat ini area konservasi Telaga Buret mencapi 22,8 hektare. Selain itu juga terdapat greenbelt seluas 60 hektare. Ditambah adanya tradisi ulur-ulur, membuat kelastarian air tetap terjaga," pungkasnya.