jatimnow.com - Memperingati Malam Satu Suro atau yang biasa disebut Suroan merupakan tradisi turun temurun yang dilakukan orang Jawa dengan kepercayaan menyucikan diri dan menghindarkan dari bahaya. Dalam tradisi Suroan, orang Jawa biasa melakukan jamasan atau menyucikan diri dan menyucikan jimat/keris.
Namun apa makna sebenarnya dari Suroan?
Dosen Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga (Unair), Puji Karyanto menjelaskan, bahwa tradisi Suroan merupakan cara orang Jawa menghargai sakralitas waktu. Artinya, menjadikan waktu-waktu tertentu yang dianggap penting atau sakral sebagai suatu perayaan.
"Jadi orang Jawa sangat percaya pada tata alam sakral karena meyakini bahwa hidupnya sebagai mikrokosmos itu tak terlepas dari makrokosmos besar yang menjadi bagian dari dirinya," jelasnya.
Perayaan Satu Suro dalam tradisi Jawa banyak yang menggunakan hal mistis atau klenik seperti jamasan atau mencuci keris dan jimat. Namun terlepas dari itu semua, perayaan Suroan mempunyai makna yang begitu dalam.
"Sebenarnya kalau persoalan mistis atau klenik itu persoalan cara pandang. Jadi kan sama bahwa sebenarnya hampir di semua budaya tidak hanya di budaya Jawa itu kan ada waktu - waktu yang disakralkan, ada waktu - waktu genting yang dianggap itu memang merupakan waktu - waktu yang butuh perlakuan secara khusus," ungkap Puji.
Orang Jawa mengartikan Satu Suro sebagai kegentingan pergantian waktu. Tahun baru diartikan sebagai harapan baru dan memanjatkan doa-doa baru.
Di lain sisi, menyucikan keris atau jimat merupakan bentuk perawatan. Barang-barang kuno seperti keris membutuhkan perawatan khusus agar tahan dan tidak rusak.
Di akhir, dosen Unair tersebut menjelaskan bahwa salah satu ciri orang Jawa itu suka dengan nguri-uri atau melestarikan budaya Jawa.
Baca juga:
Wakil Bupati Trenggalek Hadiri Upacara Ngetung Batih di Tanggal 1 Suro
"Agar orang Jawa tidak kehilangan kejawaannya," pungkasnya.
URL : https://jatimnow.com/baca-60111-ini-rupanya-makna-suroan-dalam-budaya-jawa