Pixel Codejatimnow.com

Upaya BPBD Ponorogo Tangani Krisis Air Bersih akibat Kemarau Panjang

Editor : Zaki Zubaidi  Reporter : Ahmad Fauzani
Dropping air oleh BPBD Ponorogo di Desa Duri Kecamatan Slahung. (Foto: BPBD Ponorogo for jatimnow.com)
Dropping air oleh BPBD Ponorogo di Desa Duri Kecamatan Slahung. (Foto: BPBD Ponorogo for jatimnow.com)

jatimnow.com - Kabupaten Ponorogo mulai mengalami kemarau panjang pada bulan Agustus 2023. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Ponorogo telah melakukan dropping air sebagai tindakan awal untuk mengatasi kekeringan yang dialami oleh sebagian warga.

“Dropping air pertama dilakukan di Desa Duri, Kecamatan Slahung, pada awal Agustus,” ujar Kabid Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Ponorogo, Surono, Jumat (4/8/2023)

Dia mengaku tim BPBD Ponorogo menggelontorkan satu tangki air, setara dengan 6 ribu liter, untuk membantu warga yang mengalami kekeringan. Pada pekan ini, hanya satu kali dropping air yang dilakukan.

“Namun kemungkinan minggu depan akan meningkat menjadi dua tangki, setara dengan 12 ribu liter," kata Surono kepada jatimnow.com.

Menurutnya, Desa Duri, Kecamatan Slahung, menjadi salah satu daerah yang paling terdampak kekeringan. Terdapat 56 kepala keluarga yang mengalami kekeringan, atau sekitar 150 jiwa.

Baca juga:
Banjir Bandang Terjang Selatan Bojonegoro, Jembatan Jebol dan PJU Rusak

"Masih awal di Desa Duri yang kekeringan. Entah nanti kedepan bagaimana. Ada tambahan kekeringan atau tidak," jelas Surono.

Meskipun saat ini baru Desa Duri yang mengalami kekeringan, ada potensi bahwa kemarau dapat menyebar ke beberapa desa lainnya di wilayah Ponorogo.

BPBD Ponorogo memperkirakan bahwa puncak kekeringan akan terjadi pada bulan September, sesuai dengan prediksi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

Baca juga:
Pasien RS Unair Kembali Dirawat Dalam Gedung, Usai Dievakuasi di Tenda Darurat

BPBD telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi kekeringan, termasuk pembuatan sumur di Desa Duri. Namun, upaya tersebut belum sepenuhnya efektif karena beberapa faktor, seperti lokasi sumur yang berada di bawah tanah dan kebutuhan pompa yang cukup besar.

“Oleh karena itu, droping air menjadi solusi yang dilakukan setiap tahun untuk membantu warga yang mengalami kekeringan, khususnya di Desa Duri,” pungkasnya.