Pixel Code jatimnow.com

Festival Gempi 2023, Mas Bupati Ipin Ingatkan untuk Jaga Alam sebagai Bentuk Kesiapsiagaan

Editor : Zaki Zubaidi   Reporter : Bramanta Pamungkas
Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin saat menghadiri acara Festival Gempi. (Foto: Dok Prokopim Trenggalek)
Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin saat menghadiri acara Festival Gempi. (Foto: Dok Prokopim Trenggalek)

jatimnow.com - Menjaga alam menjadi hal yang harus dilakukan sebagai salah satu langkah mitigasi terhadap bencana. Hal ini disampaikan oleh Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin saat menghadiri Festival Gempi (Kesiapsiagaan Gempa Bumi dan Tsunami) di kawasan Prigi 360, Kecamatan Watulimo.

Menurut Bupati yang akrab disapa Mas Ipin ini, salah satu yang bisa dilakukan adalah dengan menjaga bersama sabuk hijau (green belt) sebagai benteng alami. Termasuk bukit-bukit yang ada di pesisir dekat dengan bibir pantai. Hal itu merupakan berkah dari Tuhan yang harus dijaga bersama.

"Kalau bukit-bukit ini kemudian semuanya dikeruk dan segala macam, kita sudah nggak punya tempat yang aman lagi," ujarnya, Sabtu (26/8/2023).

Baca juga:
ASN Pemkab Trenggalek Kompak Kenakan Baju Muslim di Hari Santri

Dengan kondisi bukit yang ada saat ini, masih belum cukup melindungi warga jika terjadi bencana tsunami. Terlebih jika kawasan perbukitan dikepras maka kondisinya akan bertambah parah lagi.

"Maka dari pada itu mari kita jaga alam kita, mari kita jaga bumi kita, kita siapkan diri kita jika terjadi hal terburuk, bukan untuk mengecilkan semangat tetapi ini sebagai bentuk kesiapsiagaan," tuturnya.

Baca juga:
Kementerian Pariwisata Bantu Promosi Wisata Trenggalek, Gandeng Influencer-Travel Agent

Festival Gempi sendiri digelar dengan harapan semakin banyak masyarakat memahami serta mengetahui jalur evakuasi ketika terjadi tsunami. Festival Gempi dikemas seperti halnya kegiatan jalan sehat namun dengan rute sesuai dengan jalur evakuasi.

PDIP Minta Pemerintah Untuk Tidak Mengobral Gelar Pahlawan
Politik

PDIP Minta Pemerintah Untuk Tidak Mengobral Gelar Pahlawan

PDIP mendengar dan menerima banyak masukan krusial dari civil society dan kalangan akademisi (perguruan tinggi). Masukan tersebut berpusat pada catatan kelam sejarah, khususnya terkait dugaan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) di masa lalu.