Pixel Codejatimnow.com

Mencicipi Melon Hidroponik Budidaya Petani Kediri, Lebih Manis dan Crunchy

Editor : Zaki Zubaidi  Reporter : Yanuar Dedy
Noni memamerkan buah melon produksi Omah Melon Pule Indah. (Foto: Yanuar Dedy/jatimnow.com)
Noni memamerkan buah melon produksi Omah Melon Pule Indah. (Foto: Yanuar Dedy/jatimnow.com)

jatimnow.com - Petani di Kediri sukses mengembangkan melon dengan sistem hidroponik. Tak hanya lebih manis, beberapa jenis buah di antaranya memiliki tekstur yang crunchy.

Adalah Omah Melon Pule Indah, green house di Kecamatan Kandat, Kabupaten Kediri yang setahun terakhir terus mengembangkan melon dengan sistem hidroponik ini.

Menggunakan lahan tak terpakai, Noni dan suaminya, Rustam, menanam berbagai macam jenis melon di 4 green house berukuran 12x22 meter tersebut.

Noni memiliki melon jenis Golden Luna, Golden Langkawi, Golden Devina, Pearl Lady, Sweet D-165, Honey White, Sweetnet yang tampak berbeda dengan melon hamparan atau tanam konvensional.

Seperti jenis Golden Luna, Golden Langkawi dan Golden Devina, dari luar kulit terlihat berwarna kuning cerah. Untuk Pearl Lady, Sweet D-165 dan Honey White berwarna putih tanpa tekstur, seperti melon yang akrab kita lihat di pasaran.

“Yang jelas ini lebih manis dibanding tanam hamparan. Khusus untuk Golden Luna dan Golden Langkawi ini lebih crunchy, renyah. Meski terlihat di dalamnya ada warna putih yang lebih tebal di bawah ya, itu tidak apa-apa dimakan, manis juga,” kata Noni, Sabtu (23/9/2023).

Selain lebih manis dan crunchy, Noni memastikan melon hasil tanam hidroponik ini lebih sehat dan aman karena bebas bahan kimia.

Baca juga:
Green House Samirplapan, Pilot Project di Kecamatan Duduksampeyan Gresik

Green house Omah Melon Pule Indah, menurut Noni menggunakan sistem 100 persen hidroponik. Dia menggunakan sistem NFT, salah satu teknik hidroponik dimana akar tanaman tumbuh pada lapisan nutrisi dangkal dan tersirkulasi, sehingga tanaman dapat memperoleh cukup air, nutrisi dan oksigen.

Selain lebih simpel, keuntungan menggunakan sistem hidroponik NFT antara lain, kebutuhan air dapat tercukupi. Sehingga buah tumbuh subur. Tidak juga seperti konvensional yang membutuhkan tenaga lebih banyak.

“Dulu awal kita tanam buahnya kecil, kemudian kita berusaha terus, upgrade terus sampai sekarang alhamdulillah 1 buah bisa 1 kilogram lebih,” jelas Noni.

Sempat terkendala pemasaran, kini Noni bahkan harus menolak pembelian karena terbatasnya jumlah produksi. Melon ini memiliki usia 65 hari, 1 green house dia hanya mampu memanen 678 melon. Karena 1 pohon hanya bisa menghasilkan 1 buah.

Baca juga:
Melon Hidroponik Lamongan Incar Pasar Ekspor

“Dulu sempat bingung, panen banyak tapi mau memasarkan dimana, terus saya tawarkan dari kontak di Whatsapp saya saja, terus temen-temen kerja dulu. Sekarang panen langsung habis. Orang dateng beli langsung banyak,” kisah Noni.

Untuk menjaga jarak panen agar tidak terlalu lama, Noni menerapkan tanam bergantian. Dia tidak langsung menanam di 4 green house yang ia miliki. Namun, Noni dan suami masih berkeinginan bisa mengembangkan melon hidroponik ini untuk memenuhi permintaan pasar yang tinggi.

“Sebenarnya lahan ada tapi memang biaya green house ini tidak murah. Ada keinginan kesana (menambah), karena memang saya belum sempat memasarkan ke supermarket misalnya itu sudah habis di rumah,” terangnya.

Untuk harga, melon dibanderol Rp27.000 per kilogram. Untuk jenis Sweetnet Rp30.000 per kilogram. Untuk pembelian, masyarakat bisa langsung ke Omah Melon Pule Indah.