Pixel Codejatimnow.com

Gurihnya Rengginang dari Purworejo Ponorogo, Memasaknya Masih Gunakan Kayu Bakar

Editor : Endang Pergiwati  Reporter : Ahmad Fauzani
Industri rumahan rengginang di Ponorogo. (Foto: Yanuar Dedy/jatimnow.com)
Industri rumahan rengginang di Ponorogo. (Foto: Yanuar Dedy/jatimnow.com)

jatimnow.com - Rengginang, camilan yang terbuat dari ketan, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari setiap acara dan momen, terutama saat Lebaran.

Desa Purworejo, Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo dikenal sebagai sentra produksi rengginang yang cukup signifikan.

Rak-rak bambu yang memuat rengginang dapat ditemukan tersebar di halaman rumah penduduk. Saat cuaca sedang panas, produksi rengginang semakin intens.

Ada total 7 rumah produksi rengginang di Desa Purworejo, yang terletak berdekatan satu sama lain.

Menariknya, mereka masih mempertahankan metode tradisional dalam produksi rengginang dengan menggunakan kayu bakar, meskipun sebagian besar warga telah beralih ke penggunaan gas.

Salah satu produsen rengginang terkenal di desa ini adalah Rukesi. Ia dan suaminya mulai produksi rengginang sejak pukul 03.00 pagi.

Proses produksi mereka masih manual, dengan mengukus 72 liter ketan setiap hari, baik ketan putih maupun hitam.

“Setiap hari bangun jam 03.00 pagi. Saya sama suami yang mengukus ketan yang sebelumnya telah direndam semalam,” ujar Rukesi mengawali percakapan dengan jatimnow.com, Jumat (29/9/2023).

Rukesi menjelaskan bahwa ia memulai produksi rengginang sekitar tahun 1998, meskipun awalnya ia memproduksi kue gapit. Namun, karena produksi gapit lebih lama, dia beralih ke rengginang.

Selama 25 tahun terakhir, produksinya tetap menggunakan metode manual dengan memasak menggunakan kayu bakar. Menggunakan kayu bakar tidak hanya lebih ekonomis bagi mereka karena kayu tersedia di sekitar rumah.

Baca juga:
5 Rekomendasi Kudapan Jadul Pengantar Kenangan di Hari Lebaran, Berikut Resepnya

“Tetapi juga memberikan rasa yang khas pada rengginang, yang kata pelanggan lebih renyah dan gurih,” sambungnya.

Proses produksi rengginang di Desa Purworejo melibatkan pencetakan, pembungkusan, dan penyimpanan. Rukesi menghasilkan sekitar 300 bungkus rengginang setiap harinya, sebagian di antaranya disimpan untuk persiapan menjelang Lebaran.

“Pada bulan Ramadan, permintaan rengginang meningkat pesat, dan yang beli bisa lima kali lipat. Kalau dikejar jelang Lebaran atau awal Ramadan jelas tidak terkejar,” kisahnya.

Harga jual rengginang bervariasi dari Rp8 ribu hingga Rp16 ribu per bungkus. Selain memberikan pekerjaan bagi keluarganya sendiri, Rukesi juga telah mempekerjakan 8 orang karyawan untuk membantu dalam proses produksi.

Kepala Desa Purworejo, Didik Subagio, menyebutkan bahwa Desa Purworejo adalah sentra rengginang yang memiliki 7 rumah produksi rengginang yang berdekatan.

Baca juga:
3 Hidangan Istimewa untuk Santap Bersama di Hari Lebaran

“Produksi rengginang di desa ini masih menggunakan kayu bakar karena dianggap lebih murah dan menghasilkan rasa yang lebih enak,” terangnya.

Produk rengginang dari Desa Purworejo telah mencapai berbagai pasar, bahkan di luar kota dan pulau. Hal ini telah membantu ekonomi keluarga mereka dan membuka lapangan kerja.

Dengan adanya sentra produksi rengginang ini, tradisi produksi makanan lezat ini tetap terjaga dan memberikan manfaat ekonomi yang signifikan bagi masyarakat Desa Purworejo.

“Untuk di Bu Rukesi saja 3000 bungkus terjual per bulan. Belum produsen lain. Kalau berbicara manfaat ekonomi sangat bermanfaat dan membantu keluarga,”
pungkasnya.