Pixel Codejatimnow.com

Mengembalikan Sapi Perah sebagai Rojo Koyo Warga Kota Batu

Editor : Zaki Zubaidi  Reporter : Ni'am Kurniawan
Ikon Dusun Brau sebagai salah penghasil susu sapi di Kota Batu. (Foto: Ni'am Kurniawan/jatimnow.com)
Ikon Dusun Brau sebagai salah penghasil susu sapi di Kota Batu. (Foto: Ni'am Kurniawan/jatimnow.com)

jatimnow.com - Azan Subuh berkumandang. Semburat jingga di ufuk timur menyibak hitam. Malam pulang pagi menjelang di Dusun Brau, Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu.

Pria tua keluar dari pintu rumah. Menggulung sarung. Bibirnya mengapit sebatang rokok yang dijepit dua jari. Dadanya naik, udara mulut menghisap tembakau membuat bara kian memerah. Rokok ditarik dari bibir. Ia hembuskan asap seputih uban yang menghiasi rambutnya.

Samar halimun beranjak pergi. Kokok ayam jantan bersahutan dengan lenguhan sapi. Aroma kurang sedap kotoran sapi yang tercium begitu akrab.

Pria tua kembali masuk ke rumah. Sejenak waktu, ia keluar lagi dengan menenteng ember di tangan kanan. Rokok masih setia dijepit jemari tangan kirinya. Bibirnya bergerak-gerak tanpa suara. Mungkin ia merapal doa menyambut hari mengharap berkah.

Pria tua berjalan ke kandang. Ember diletakkan di sudut. Kakinya melangkah menuju tumpukan rumput. Rokok di sudut bibir. Kedua tangannya cekatan menjumput-jumput rumput. Dimasukkannya ke dalam karung hingga penuh. Ia kembali ke kandang dan menyuguhkan sarapan untuk sapi-sapinya.

Ya, sapi bagi warga Brau adalah hewan kiriman Tuhan untuk mewujudkan kasih sayangNya. Setiap tetes susu yang diperah adalah rezeki bagi warga lereng Gunung Wilis itu.

Dusun Brau juga tempat tinggal ribuan sapi perah (Friesien Holstein). Brau memang salah satu dusun penghasil susu sapi kualitas unggul di Jawa Timur. Lokasinya berada di ketinggian ujung kulon Kota Batu. Suhu kisaran 18-20 derajat celcius setiap hari. Cocok menjadi ekosistem ternak sapi perah dan penghasil susu berkualitas.

Menuju Dusun Brau, memang butuh sedikit effort bagi yang belum terbiasa. Seperti kami, dari Surabaya berkunjung ke Dusun Brau pada Senin 28 Agustus 2023 lalu. Akses jalan lebarnya tidak lebih dari 3 meter sempat membuat kami dalam mobil ketar-ketir. Dari jalan raya menuju Dusun Brau butuh waktu sekira 15 menit.

"Selamat datang di Dusun Brau," sambut Munir Khan, Ketua Kelompok Tani Margomulyo Dusun Brau, penuh ramah.

Kami pun berjalan mengikuti langkah kaki Munir. Setapak demi setapak kami lalui untuk melanjutkan perjalanan menyusuri tiap sudut dusun yang memiliki tagline "Susumu Semangatku" ini.

Di tengah perjalanan, kami dan Munir saling bersahut tentang kabar masing-masing. Saling lempar pertanyaan tentang profil, dan aktivitas rutin sehari-hari.

Tibalah kami di persimpangan jalan. Persis di bibir jalan yang masih sepi dengan kendaraan, Munir menunjukkan peta pemukiman warga. Kepada rombongan kami, ia juga menceritakan tentang kesuburan Dusun Brau, potensi lingkungan hingga inovasi warga dalam beternak dan bertani.

Pemandangan pemukiman warga tergambar jelas dari persimpangan yang lokasinya agak tinggi. Pemandangan yang sulit kami dapat dari perkotaan. Banyak atap rumah yang mengepul asap. Bukan terbakar. Namun asap dari dapur tanda ibu-ibu sedang menyiapkan sarapan untuk keluarga mereka.

Perjalanan kami lanjutkan. Munir mengarahkan kami ke sebuah pabrik pengolahan keju mozarella. Sambutan hangat kami rasakan. Selain hawa sejuk, tanah yang subur, kami juga merasakan kesan keramahan warga yang luar biasa.

Obrolan kami lanjutkan dengan jamuan susu sapi segar. Munir juga menceritakan keunikan menarik di Dusun Brau, yakni populasi penduduk kalah dibanding jumlah sapi.

"Total penduduk di sini adalah 500 orang. Namun populasi sapi mencapai 1.200 ekor. Selain bertani, mayoritas warga di sini juga memiliki ternak sapi," ungkap Munir.

Artinya, lanjut dia, populasi Rojo Koyo itu lebih dominan dibanding penduduknya. Rojo Koyo dalam kepercayaan masyarakat Jawa berarti raja kekayaan. Artinya apabila kita mempunyai hewan tersebut dan merawatnya maka rezeki akan mengalir dengan deras.

Warga di Brau memelihara sapi perah di setiap rumahnya, dua hingga tiga ekor. Ada 350 sapi produktif penghasil susu. Sedangkan sisanya sapi pedet dan sapi bunting alias peranakan.

Munir mengaku dalam sehari, Brau mampu menghasilkan susu 157 liter. Jumlah tersebut masih jauh dari kurang untuk mencukupi kebutuhan pasar.
"Pasar sebenarnya pasar kita itu kurang lebih butuh 10.000 jadi di sini masih kekurangan sumber bahan baku mungkin juga kekurangan sapi," ucap Munir.

Waktu mulai beranjak siang. Sinar matahari mulai mengintip dari sela-sela daun di atas kami. Saya sejenak menengok ke dalam pabrik pengolahan keju yang dinamai 'Chizzu' itu. Sebuah pabrik pengolahan keju mozarella yang digawangi oleh anak-anak muda.

Sekilas Pandang Chizzu, Andalan Brau

Proses pembuatan keju Chizzu. (Foto: Ni'am Kurniawan/jatimnow.com)Proses pembuatan keju Chizzu. (Foto: Ni'am Kurniawan/jatimnow.com)

Chizzu merupakan unit usaha yang digawangi oleh pimpinan pengelola saat ini, Dapin Narendra bersama lima karyawannya.

Kami masuk ke pabrik produksi Chizzu. Tampak alat-alat serbalogam berjajar di pabrik 5x10 meter persegi itu. Saat memasuki, ada beberapa bilik untuk menjaga pabrikan itu tetap steril.

Pengunjung dan karyawan pun wajib mengenakan baju khusus, penutup kepala, hingga sepatu bersih yang disediakan.

Di dalam ada bermacam-macam alat dan box freezer. Dioperasikan oleh empat karyawan, mata mereka nampak menyorot ke satu objek, alisnya mengerut lantaran fokus. Mereka betugas sejak pukul 08.00 hingga 16.00 WIB.

Tak berselang lama, Dapin menghampiri. Ia bercerita, pabriknya ini memang belum terlalu besar. Sempat memiliki 10 karyawan, namun karena PMK separuh lebih terpaksa dirumahkan karena produksi yang sempat "pingsan".

Kini, Chizzu telah "siuman" kembali. Namun Dapin hanya bisa memanggil empat karyawan kembali bekerja untuk memenuhi kebutuhan pasar yang telah eksis hingga menembus pasar Jawa-Bali.

Dapin bercerita, sejak 2021 berdiri hingga sekarang, Chizzu telah memiliki penikmatnya sendiri. Bahkan omzet rata-rata per-bulan mampu menembus angka Rp400 juta. Nilai yang cukup besar bagi bisnis koperasi yang baru berusia satu tahun.

Berdirinya Chizzu juga merupakan hasil karya Dapin, yang saat itu sukses menjuarai kompetisi Kemenristekdikti pada tahun 2019. Mesin-mesin di unit produksi adalah hibah dari kejuaraan tersebut.

Chizzu, menurut Dapin, sangat menggantungkan hasil susu dari warga Brau. Dalam sekali produksi, ia membutuhkan 1000 liter, dengan proses panjang menjadi keju 130-140 kilogram di hasil akhir alias siap konsumsi.

Ia mengakui, Brau belum mampu untuk mencukupi kebutuhan produksi Chizzu. Untuk memenuhi kebutuhan, ia pun merangkul beberapa peternak lain di luar Brau untuk memenuhi kebutuhan produksi Chizzu.

Tangan-tangan Dingin Vaksinator

Vaksinator bersiap menyuntik sapi. (Foto: Ni'am Kurniawan/jatimnow.com)Vaksinator bersiap menyuntik sapi. (Foto: Ni'am Kurniawan/jatimnow.com)

Selain Dusun Brau, kami juga mengunjungi Koperasi Sinau Andhandani Ekonomi (Kop SAE) Pujon.

Tampak puluhan sapi perah yang montok berjajar. Sapi-sapi dengan kualitas unggul bersiap untuk memenuhi gilirannya mendapat suntikan imun booster pertama penyakit mulut dan kuku (PMK).

Booster pertama diberikan setelah sapi-sapi mendapat vaksin PMK tahap satu dan dua. Sapi-sapi perah itu memang telah sembuh dari PMK berkat tangan-tangan dingin vaksinator dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Kabupaten Malang. Namun booster tetap harus diberikan untuk menumbuhkan kekebalan penyakit.

Sapi-sapi terkumpul di sebuah kandang milik Kop SAE. Tak perlu banyak waktu untuk menyuntik. Hanya butuh 5 menit saja. Para ahli melaksanakan tugasnya masing-masing, sebagai pencatat, penyuntik, dan mempersiapkan ternak yang akan disuntik.

Menjadi seorang vaksinator tidak mudah. Ini diungkap Anung Wibowo, salah satu koordinator vaksinasi PMK wilayah Pujon dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Malang.

"Ya karena sebagai petugas kita manusiawi kadang-kadang kita juga ngresulo (kecewa)," kata Anung.

Namun fase itu, bagi Anung dan tim, dianggap sebagai bagian dari romantika pekerjaan. Fase itu pun berubah seketika pada akhir 2021, saat mayoritas sapi telah memasuki suntikan vaksin PMK dosis kedua.

Mayoritas peternak mulai percaya bahwa vaksin PMK merupakan kebutuhan untuk sembuh.

Karena pada dasarnya, pascavaksin pertama adalah masa inkubasi. Masa dimana virus PMK dan vaksin bertarung di dalam tubuh ternak. Pada fase ini sering muncul tanda-tanda ternak berliur lebih banyak dari sebelumnya.

Fase ini kemudian berhenti, saat suntikan kedua, yang rata-rata sapi mulai terlihat hasil kesembuhannya.

Menurut Anung, jarak antara suntikan dosis pertama dan kedua berjarak sekitar satu bulan. Berlanjut pada booster pertama dan kedua, setiap enam bulan sekali.

Baca juga:
Investasi Naik 28,9 Persen, Pj Wali Kota Batu: Tertinggi Sektor Pariwisata

"Yang menolak itu peternak merakyat (kecil) yang punya sapi di bawah lima ekor dengan informasi yang simpang siur itu," jelas dia.

Selain sebagai upaya penyembuh PMK, suntikan vaksin yang dilakukan pada ternak juga sebagai upaya antibodi, agar tidak terkena jenis virus-virus lainnya.

Anung menyadari, PMK merupakan hal baru bagi peternak. Duka kehilangan ternak sebagai tulang punggung ekonomi keluarga seharusnya menjadi pengingat untuk melakukan manajemen pemeliharaan yang benar. Contoh sederhananya adalah menjaga nutrisi dari setiap pakan ternak, serta kebersihan kandang yang wajib dijaga.

Ia juga menyarankan agar ternak baru wajib melakukan masa karantina. Tujuannya untuk memastikan kesehatannya prima, dan tak memiliki penyakit yang menular sebelum dicampur dengan ternak-ternak lainnya.

PMK Sebabkan Cacat Permanen

Penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak sangat memukul ekonomi warga di Jawa Timur. Selain kematian, PMK ternyata juga menyebabkan kecacatan permanen bagi ternak yang telah terpapar atau ireversible.

Ciri-ciri sembuh terlihat pada bagian kuku, liur yang berhenti pada mulut, sampai pada bobot yang kembali pulih. Namun ternyata ada efek samping yang membuat organ bagian dalam ternak tidak benar-benar pulih 100 persen.

"Produksi susu tak bisa kembali normal 100 persen. Tapi bisa antara 80 sampai 90 persen," kata Anung Wibowo.

Bahaya selanjutnya, jika ternak tersebut drop dari sisi kesehatan. Risiko terbesarnya adalah ternak tak bisa lagi menghasilkan susu.

Lalu, apakah solusi terbaiknya? Perawatan tetap dipertahankan sampai akhir. Tentunya dengan manajemen perawatan yang bersih dan benar. Pakan yang bernutrisi serta vitamin-vitamin untuk ternak.

Anung mengurai, nutrisi terbaiki ternak sapi ada pada perimbangan antara protein, serat kasar, serta keseimbangan vitamin. Dari macam-macam kandungan tersebut, semuanya wajib diberikan secara pasti setiap hari. Itu jika mengharapkan kesehatan sapi yang prima agar bisa memproduksi susu di angka tertinggi.

"Protein-protein itu bisa didapatkan secara alami dengan polong-polongan, tebon (pohon) jagung, yang semuanya dari tumbuh-tumbuhan. Karena sapi itu proteinnya kan dari nabati," jelas Anung.

Jatim Move On PMK

Sapi-sapi di kandang Kop SAE Pujon. (Foto: Ni'am Kurniawan/jatimnow.com)Sapi-sapi di kandang Kop SAE Pujon. (Foto: Ni'am Kurniawan/jatimnow.com)

Jawa Timur merupakan lumbung pangan nasional. Terbukti dari partisipasi Jawa Timur mensuplai macam-macam pangan ke provinsi lain. Dari beras, daging, telur, susu, hingga ragam produk UMKM-nya.

PMK sempat memukul Jawa Timur. Ini membuat provinsi ini memutar otak untuk secepatnya lepas dari belenggu virus yang menyerang mayoritas ternak sapi dan kambing.

Langkah-langkah antisipatif hingga preventif dilakukan secara masif. Bahkan Gubernur Jawa Timur sampai mengeluarkan Keputusan Gubernur (Kepgub) Nomor 188/362/KPTS/013/2022 tentang Penetapan Status Keadaan Darurat Bencana PMK, tertanggal 6 Mei 2022.

Kemudian, pada 9 Mei 2022, keluarlah Keputusan Menteri Pertanian (Kepmentan) nomor 403/2023 tentang penetapan daerah wabah PMK di Gresik, Lamongan, Sidoarjo, dan Mojokerto.

Selanjutnya, disusul pada tanggal 25 Juni 2022, keluar lagi Kepmentan nomor 500.1/2022 tentang penetapan daerah wabah PMK di seluruh Kabupaten dan Kota di Jatim.

Dari keputusan darurat itu, Jawa Timur buru-buru melakukan penanganan dan koordinasi dengan mitra strategisnya baik dikalangan Forkopimda hingga swasta. Usaha itu membuahkan hasil.

"Dari sinilah kemudian dilakukan berbagai upaya pengendalian dan penanggulangan oleh Provinsi Jawa Timur serta mendapat dukungan langsung dari pemerintah pusat. Kemudian, juga bisa langsung mendapatkan intervensi dari pusat termasuk bantuan vaksin," ucap Kepala Dinas Peternakan Jawa Timur Indyah Aryani.

Upaya itu membuahkan hasil. Jawa Timur menjadi provinsi dengan penanganan PMK terbaik secara nasional. Hal itu terpantau dari https://isikhnas.com/ yang menunjukkan bahwa sejak pelaksanaan kebijakan vaksinasi PMK pada tanggal 14 Juni 2022 hingga 3 Agustus 2023, sebanyak 6.157.914 dosis vaksin telah disuntikkan kepada hewan ternak di Jawa Timur.

Provinsi Jawa Tengah menempati posisi kedua dengan capaian sebanyak 2.014.593 dosis, diikuti oleh NTB dengan 1.879.096 dosis, Bali dengan 1.098.642 dosis, dan Lampung dengan capaian 948.064 dosis. Data tersebut menunjukkan jika Jawa Timur paling serius menghadapi PMK secara nasional.

Baca juga:
Pemotor di Kota Batu Tabrak Tembok Rumah Warga, Diduga Mabuk Berat

Skema inovasi penanganan secara berkala memang diterapkan di Jatim. Salah satunya dengan memasang tugging, tali yang disematkan pada telinga sapi yang dilengkapi dengan barcode berisi data sapi yang diinput. Mulai dari waktu perawatan, hingga tahapan penyuntikan vaksin. Salah satu inovasi yang dilakukan oleh Dinas Peternakan Jawa Timur.

Belum lagi target secara akumulatif dalam sehari. Salah satu tim di Pujon dari Dinas Peternakan Kabupaten Malang yang terdiri dari lima hingga sepuluh vaksinator menarget dirinya melakukan vaksinasi antara 1000 hingga 1200 dosis. Misi yang memperlihatkan kesadaran tenaga kesehatan hewan dalam upaya pengentasan PMK.

Target ini dilakukan untuk secepatnya menekan penyebaran PMK ke hewan ternak lain. Terlepas dari peran BPBD Jatim yang melakukan screening kesehatan hewan di setiap perbatasan keluar-masuk Jawa Timur. Belum lagi tenaga vaksinator yang diperbantukan oleh TNI dan Polri.

Target itu dilakukan melihat angka penyebaran PMK yang kian meningkat di 38 kabupaten/kota di Jawa Timur. Terangkum oleh Dinas Peternakan Jawa Timur, total pemaparan PMK diwilayahnya mencapai 199.972 kasus. Terhitung dari kurun penanganan sepanjang 2022-2023.

Dari angka tersebut, mayoritas sapi tak bisa terselamatkan karena mati. Total ada 4.414 ekor mati, sisanya 2.707 ekor harus di potong paksa oleh pemilik hingga jagal untuk menanggulangi potensi kerugian yang lebih besar.

Kini, Jawa Timur telah bersiap untuk move on dari PMK.

Menurut Indy, sapaan akrab Indyah Aryani, target dosis yang wajib disuntikan dari kasus PMK tinggal satu juta dosis. Artinya, dari total 6,3juta dosis yang telah disuntikkan, target adalah 7,3juta dosis selesai disuntikkan pada tahun 2023.

Sisanya 10 persen tercapai jika total 10,4juta hewan ternak, yang terdiri dari sapi, domba, kambing dan babi di Jawa Timur yang terjangkit PMK sukses tervaksin secara menyeluruh.

"Kalau kemarin kita dalam kondisi wabah, saat ini dinyatakan sebagai kondisi tertular," ucap Indy.

Terbaru, Jawa Timur juga dinyatakan sebagai provinsi yang telah membaik dari paparan PMK. Hal itu terangkum dalam penetapan POV (Pejabat Otoritas Veteriner) nasional. Laporan dari dinas peternakan di seluruh Jawa Timur menyatakan jika pascavaksinasi, kondisi ternak lambat laun semakin membaik.

Bahkan per Agustus kemarin, sudah tidak ditemukan lagi kasus penularan PMK di Jatim. Selain tidak ada kasus baru yang ditemukan, juga sudah tidak ada sapi yang sakit, artinya semua sapi sudah dinyatakan sembuh dari PMK. Demikian juga dengan kematian dan potong paksa juga tidak ada.

Dari predikat POV itu, akan semakin mendekatkan Jawa Timur yang mengusung misi bebas tanpa vaksin pada tahun 2023-2025.

Asa Produsen Susu Olahan

Jawa Timur juga menjadi penyumbang utama denyut produksi pabrikan susu swasta. Seperti halnya Nestle, Chimory, dan beberapa brand terkemuka lainnya.

Head Of Milk Nestle Ida Royani mengakui jika produksi susu di kawasan Batu dan Malang memiliki kualitas yang unggul. Ia berharap produksi susu di Kota Batu bisa benar-benar kembali pulih.

Bermitra dengan Kop SAE, diakui Ida, memberikan keuntungan yang luar biasa bagi Nestle. Kop SAE sangat menjaga ketat kualitas produk susunya.

"Kita punya SOP, bahkan penentuan masuk atau tidak susu itu dimulai dari peternak. Jadi koperasi melakukan tes, ada alkohol tes, uji jenis. Jadi sudah dimulai dari level koperasi," kata Ida.

Untuk menjaga kemitraan tetap berjalan, pihaknya bahkan turut membantu upaya distribusi vaksin ke Jawa Timur agar segera bisa disuntikan ke para peternak.

"Peternak kaget, koperasi, industri juga kaget, tapi kita juga terus merapat ke pemerintah tentang vaksinasinya bagaimana," jelas dia.

Sebelumnya, Ida mengakui, Nestle sempat mensupport beberapa obat dan vitamin untuk mempercepat kesembuhan sapi perah di sana.

"Semua prihatin dengan situasi ini, karena ini pasti berdampak pada sosial, ekonomi, psikologi," pungkas Ida.