Pixel Codejatimnow.com

Angka Kemiskinan Ekstrem di Jawa Timur Turun 3,58 Persen

Editor : Endang Pergiwati  Reporter : Bramanta Pamungkas
Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa saat berkunjung ke Tulungagung. (Foto: Bramanta Pamungkas/jatimnow.com)
Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa saat berkunjung ke Tulungagung. (Foto: Bramanta Pamungkas/jatimnow.com)

jatimnow.com - Angka kemiskinan ektrem di Jawa Timur turun hingga di bawah prosentase nasional. Hal ini diungkapkan Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, saat membuka Jambore Bumdesa ke 3, di Nangkula Park, Desa Kendalbulur, Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung.

Berbagai usaha penguatan ekonomi telah dilakukan Pemprov untuk menekan angka kemiskinan ektrem ini. Salah satunya penguatan ekonomi di desa.

Khofifah mengatakan, berdasarkan data angka kemiskinan ektrem di Jawa Timur pada tahun 2020 lalu mencapai 4,4 persen. Angka tersebut turun menjadi 0,82 persen per bulan Maret 2023. Sedangkan angka penurunan kemiskinan ektrem nasional mencapai 1,2 persen.

"Saat ini kita sudah berada di bawah angka nasional itu per bulan Maret lalu, kemungkinan saat ini sudah semakin turun," ujarnya, Minggu (12/11/2023).

Berbagai upaya penguatan ekonomi telah dilakukan oleh Pemprov sebagai usaha menekan angka kemiskinan ekstrem. Salah satunya penguatan ekonomi di sektor desa melalui Bumdesa, Desa Wisata dan Desa Devisa.

Baca juga:
Apel Terakhir, Khofifah Minta Tetap Jaga Sinergitas: Sampaikan Terima Kasih Saya

Ketiga program ini ikut membantu upaya penurunan angka kemiskinan ektrem. Bahkan penurunan angka kemiskinan ini disebut sebagai salah satu yang tertinggi.

"Penurunannya sangat ekstrim juga, mencapai 3,58 persen," tuturnya.

Meskipun begitu Khofifah mengaku masih ada pekerjaan yang belum selesai. Salah satunya penguatan ekonomi desa. Khofifah berharap keuangan ekonomi desa bisa lebih stabil lagi di tahun berikutnya.

Baca juga:
Catatan Kinerja Khofifah di Mata Ketua Fraksi Gerindra DPRD Jatim

Pengelola harus memiliki inovasi agar desa wisata maupun Bumdesa dapat lebih berkembang lagi.

"Bagi pengelola desa wisata minimal setiap 2 minggu sekali ada hal baru sehingga dapat menarik wisatawan," pungkasnya.