Pixel Code jatimnow.com

Jelang Musim Pancaroba Waspadai Demam Berdarah, Persada Hospital Ingatkan Warga Kota Malang

Editor : Endang Pergiwati   Reporter : Gerhana
Salah satu dokter yang bertugas di Persada Hospital, Dr. dr. Irene Ratridewi, Sp. A (K), M.Kes memberi sosialiasi terkait Waspada Demam Berdarah Pada Musim Pancaroba.  (Foto: Gerhana/jatimnow.com)
Salah satu dokter yang bertugas di Persada Hospital, Dr. dr. Irene Ratridewi, Sp. A (K), M.Kes memberi sosialiasi terkait Waspada Demam Berdarah Pada Musim Pancaroba. (Foto: Gerhana/jatimnow.com)

jatimnow.com - Warga Malang Raya hendaknya waspada terhadap penyakit Demam Berdarah (DB) menjelang musim pancaroba. Peningkatan penyakit DB juga mulai terjadi di beberapa rumah sakit.

Salah satu dokter yang bertugas di Persada Hospital, Dr. dr. Irene Ratridewi, Sp. A (K), M.Kes mengatakan, pasien DB yang ditanganinya mulai terjadi peningkatan, atau rata-rata berjumlah 2-3 kasus dalam sehari.

Pasien-pasien tersebut berasal dari Kabupaten Malang, seperti Tumpang dan Pakis. Sedangkan, dari Kota Malang seperti Blimbing, Kasin, Muharto dan Mergosono.

"Sebelumnya jarang, kadang enggak ada sehari itu," kata Irene pada Sabtu (16/12/2023).

Dia memperkirakan, peningkatan pasien DB masih terjadi selama 2-3 minggu ke depan. Pihaknya melalui Persada Hospital juga menggelar sosialisasi Waspada Demam Berdarah Pada Musim Pancaroba kepada 49 warga Kota Malang yang memiliki anak diatas usia 6 tahun.

Irene mengingatkan, orang yang bergejala DB untuk tidak menunda pemeriksaan ke fasilitas kesehatan (faskes) pertama.

Namun, apabila warga mengalami sakit DB dengan kondisi parah dan baru dibawa ke faskes pertama, maka masa perawatan dan pemulihan di rumah sakit akan lebih lama.

"Makin parah pasien itu ketika baru datang, maka akan makin berat, sehingga rawat inap lebih lama, karena pemulihan dan stabilisasinya lebih panjang. Sehingga DB yang sakit 7-10 hari maksimal, biasanya, ini bisa berkepanjangan sampai dua, tiga minggu untuk pemulihannya," katanya.

Apalagi, orang-orang yang memiliki komorbid, seperti diabetes, jantung koroner, stroke, dan lainnya dengan gejala DB dianjurkan untuk segera dibawa ke rumah sakit.

"Apabila pasien ada komorbid pasti akan lebih berisiko berat. Pasien dengan komorbid dalam step DB, apapun harus segera dibawa ke rumah sakit untuk dilakukan observasi," katanya.

Irene menjelaskan, orang yang terkena gejala DB biasanya ditandai dengan demam yang tinggi secara mendadak, dan disertai dengan pusing, mual serta lainnya.

Baca juga:
Dokter RSUD Sidoarjo Ingatkan Anak Mudah Sakit di Puncak Musim Kemarau, Waspada!

"DB itu ada ciri khas, demamnya tinggi mendadak, jadi misal pagi sehat tapi siang pulang pusing nyeri otot, mual, itu biasanya gejalanya, dengan demam tinggi," katanya.

Irene menyampaikan, untuk pertolongan pertama bagi orang bergejala DB yakni minum air putih sebanyak-banyaknya agar tidak dehidrasi. Namun, apabila hal ini masih terjadi mual atau muntah maka harus segera dibawa ke rumah sakit.

"Kasih cairan (air putih) sebanyak-banyaknya, tapi kalau masih mual atau muntah harus dirawat di rumah sakit, kalau enggak bisa dehidrasi," katanya.

Irene juga menjelaskan, pencegahan DB dapat dilakukan dengan konsep segitiga epidemiologi. Yakni, pencegahan dari lingkungan sekitar, kemudian pengendalian manusia itu sendiri, dan virus.

Pencegahan lingkungan sekitar dapat dilakukan dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), atau biasa disebut 3M Plus.

Baca juga:
Kasus DBD di Sampang 4 Bulan Tembus 260 Orang

"Lingkungan dengan melakukan 3M, yakni seperti fogging, kemudian pemberantasan sarang nyamuk, terus menguras, menutup tempat penampungan air, mendaur ulang, ada pasang net, macam-macam itu, jadi pakai raket nyamuk, baygon dan sebagainya," katanya.

Kemudian, pencegahan pengendalian virus belum bisa dilakukan, karena hingga saat ini belum ada antivirus DB. Sehingga, solusi saat ini untuk menurunkan angka DB dengan pengendalian manusia itu sendiri melalui vaksinasi.

"Vaksin sebagai salah satu upaya bagi manusia untuk bertahan hidup. Upaya memperkuat si manusianya, supaya kalau terkena virus itu jangan sampai sakit berat, jangan sampai terjadi kematian," katanya.

Irene menyampaikan, untuk masyarakat yang tinggal di sekitar genangan air lebih meningkatkan waspada terhadap penyakit DB. Seperti di daerah-daerah aliran sungai, seperti Muharto, Mergosono dan Polehan. Hal ini karena genangan air bisa menjadi sumber adanya nyamuk.

"Membuat nyamuk masih mampu bertelur di tempat genangan air, dimana genangan air ini enggak diapa-apakan dalam waktu satu mingguan, sehingga memberi kesempatan telurnya menetas, menjadi larva, menjadi nyamuk. Tapi kalau hujan terus, ini kan ilang terus, tapi pasti ada tempat-tempat yang tergenang, dan bukan genangan yang kotor, tapi bersih," jelasnya.