Pixel Codejatimnow.com

Ahrasseo, Pelukis Muda Sidoarjo Bergerak Lewat Lukisan

Editor : Endang Pergiwati  Reporter : Ahaddiini HM
Adinda Aisyah. (Foto: dok. pribadi for jatimnow.com).
Adinda Aisyah. (Foto: dok. pribadi for jatimnow.com).

jatimnow.com - Adinda Aisyah (22) atau yang biasa dikenal dengan Ahrasseo adalah pelukis muda penuh prestasi yang aktif berorganisasi.

Mahasiswi semester 9 jurusan Seni Rupa Murni Universitas Brawijaya Malang ini telah melanglang buana memperkenalkan karyanya di berbagai kota, seperti Jakarta, Yogyakarta, Malang, Ponorogo, dan Surabaya.

Mengusung aliran seni dekoratif pada karya lukisnya, diakui Ahra, sebagai bentuk keresahan yang melingkupi perasaan.

Warga Kahuripan Nirwana Sidoarjo ini mengatakan arti melukis tidak hanya sekedar mengusap kuas pada medium dua dimensi dengan cat, agar memiliki kesan tampak yang beragam, namun juga sebagai bagian dari pergerakan.

"Harfiahnya melukis juga bergerak, dan punya beberapa hal persiapan sebelum mekakukannya, jika lukisan ditujukan untuk sesuatu hal. Persiapan seperti berpikir, riset, korelasi dan koordinasi dengan visual, komposisi, dan sebagainya. Jadi bisa dikatakan sebagai pergerakan juga hasilnya (lukisan) bisa dijadikan media pergerakan atas sesuatu," jelasnya kepada jatimnow.com, Minggu (17/12/2023).

Adinda melanjutkan, pergerakan dalam lukisannya, seperti dalam hal tanggap sosial.

"Seperti merespon, menanggapi, mengkritisi, bahkan memprotes isu yang sedang atau pernah terjadi di daerah tertentu. Seperti lukisan saya yang membahas lumpur Lapindo Sidoarjo," imbuhnya.

Lukisan itu menceritakan memori masa kecilnya terhadap lumpur Lapindo.

"Melihat kegaduhan dan huru-hara warga setempat yang terburu-buru, berbondong-bondong untuk segera pindah, dan mengungsi sembari menyelamatkan barang pribadi serta apapun yang ada di dalam rumah," kenang Adinda.

Baca juga:
Mbah Guco Budayawan Kota Probolinggo Tutup Usia

Ia juga menceritakan tentang pengalamannya yang hidup berpindah-pindah untuk dititipkan ke sana kemari ke orang lain, bahkan kepada orang yang tidak dikenal.

"Di lukisan itu juga bercerita saat itu, saya telah mengerti apa yang sedang terjadi, namun dipaksa untuk ‘diam’ karena masih kecil, dan ‘nurut saja’ sedangkan perlakuan orang-orang yang dititipi orangtua untuk menjaga saya melakukan hal yang tidak baik, seperti menggunakan kekerasan," tuturnya.

"Sebenarnya mengarah pada sikap yang tidak rasional bagi saya di masa lalu, mungkin hingga sekarang, bahwa sebegini besarnya loh kerugian dari apa yang diperbuat waktu itu, di daerah Tanggulangin sehingga memberi dampak bencana alam yang belum berhenti selama bertahun-tahun, hingga saat ini," pungkasnya.

Lukisan karya Adinda ini dipasarkan dengan harga Rp1,2 juta hingga Rp2 juta ke atas.

Baca juga:
33 Event Wisata dan Budaya Bakal Digeber Disparbud Lamongan Tahun Ini, Apa Saja?

Sedikit tips dibagikan Adinda dari pengalamannya, untuk para pemula.

"Jika ingin melukis, lakukan saja, mudahnya pakai cara meniru objek atau visual dari apa, dan dilakukan dengan sesering mungkin supaya lihai kepekaannya menangkap, mengolah, melukis objek," tegas Alumni SMK Negeri 1 Sidoarjo angkatan 2016 ini.

Tidak hanya melukis, Adinda yang juga menekuni bidang seni patung berharap lebih banyak kesempatan dengan menggelar pameran dengan fasilitas yang menunjang.

"Pastinya berharap sering mengadakan pameran karya seni sih, fasilitas dan sarana prasarana mesti diadakan, dari berbagai titik kecamatan, tdak di kota saja. Supaya terjamah oleh siapapun, karena bisa jadi, jangan-jangan warga Sidoarjo potensinya banyak dan besar untuk berkarya pada bidang seni rupa," tutupnya.