Pixel Codejatimnow.com

Gus Nabil Sidak Penanganan Covid-19 di Lamongan, Ini Pesannya

Editor : Endang Pergiwati  Reporter : Adyad Ammy Iffansah
Gus Nabil, anggota Komisi IX DPR RI saat meninjau penanganan Covid-19 di Lamongan. (Foto : Adyad Ammy Iffamsah/jatimnow.com)
Gus Nabil, anggota Komisi IX DPR RI saat meninjau penanganan Covid-19 di Lamongan. (Foto : Adyad Ammy Iffamsah/jatimnow.com)

jatimnow.com - Komisi IX DPR RI yang membidangi kesehatan dan ketenagakerjaan menyikapi tren peningkatan Covid-19 pasca libur Natal dan tahun baru (Nataru) 2024.

Seiring dengan hal itu, anggota Komisi IX DPR RI, Muchamad Nabil Haroen (Gus Nabil) melakukan inspeksi mendadak (sidak) di RSUD dr Soegiri Lamongan.

Ia menemui dan berdialog dengan pasien terpapar Covid-19 yang berada di Gedung Instalasi Paru-paru.

"Ada dua pasien yang 1 suspek dan lainnya masih menunggu hasil tes PCR keluar, keduanya warga Kecamatan Babat, Lamongan. Sudah dilayani dengan baik sesuai protokol," kata Gus Nabil, Jumat (5/1/2023).

Gus Nabil mengaku bila pelayanan RSUD dr Soegiri Lamongan, sudah sangat baik. Sehingga, lanjutnya, ia meyakini bila kedua pasien terpapar bisa cepat sembuh dan ditangani.

Baca juga:
Polres dan TPID Bojonegoro Sidak Gudang Beras Bulog, Stok Sudah Aman?

"Ini juga sebagai contoh, saya serbincang dengan pasien Covid-19 ternyata seorang pasien mengaku belum mendapat vaksin karena beralasan takut. Semoga cerita salah satu pasien bisa membangkitkan kesadaran masyarakat bahwa vaksin itu penting," urainya.

Ia berpesan bahwa bila masyarakat menanggapi soal Covid-19, jangan mudah termakan isu hoax. Karena itu, dibutuhkan ketenangan dan hadirkan budaya hidup sehat.

"Ya masyarakat tidak perlu panik, namun harus tetap waspada karena penyakit apa saja, tidak hanya covid, bisa mendatangi kita," tambahnya.

Baca juga:
Polisi Datangi Bengkel-bengkel di Malang, Ada yang Gawat?

Sementara itu, Direktur RSUD dr Soegiri, dr Chaidir Annas, mengatakan, pihaknya belum bisa memastikan variannya, karena untuk penentuan varian itu dari Kemenkes.

"Kami tidak punya alatnya, biasanya yang memeriksa itu dari Kemenkes," ujar Annas.