Pixel Codejatimnow.com

Mengukur Khofifah Effect pada Putaran Pilpres 2024

Editor : Endang Pergiwati  Reporter : Ni'am Kurniawan
Moment akrab Khofifah dengan emak-emak saat blusukan (dok.jatimnow.com)
Moment akrab Khofifah dengan emak-emak saat blusukan (dok.jatimnow.com)

jatimnow.com - Gubernur Jawa Timur (Jatim), Khofifah Indar Parawansa menyatakan dukungan dan bakal menjadi bagian dari Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka. Dukungan Khofifah membuat peta suara di Jatim kian dinamis.

Pengamat politik Universitas Trunojoyo Madura, Surokim Abdussalam melihat peta persaingan ketiga pasangan calon (paslon) akan sangat sengit dan kompetitif, khususnya di Jatim. Hal ini tak lepas dari dukungan terbuka Khofifah untuk paslon nomor urut 2.

"Saya pikir akan akan sangat sengit dan kompetitif Pilpres kali ini di Jatim," ujar Surokim saat dihubungi, Kamis (11/1/2024).

Surokim mengatakan, Khofifah bakal mengubah suara warga Nahdliyin. Terlebih, ia punya massa yang loyal, yakni Muslimat Nahdlatul Ulama (NU). Diketahui Khofifah adalah ketua umumnya.

"Bu Khofifah punya pasukan diam yang sangat loyal jika diremote, yakni Muslimat NU. Saya pikir ini yang bikin dukungan terbuka Bu Khofifah akan menjadi sangat bermakna di Jatim," imbuhnya.

Baca juga:
Mendagri Tito Lantik Adhy Karyono Pj Gubernur Jatim Pagi Ini

"Suara Nahdliyin kan relatif besar di Jatim, lebih dari 78 persen, ya pastilah bisa memecah dukungan gak mungkin bulat, apalagi sekarang ponpes dan para kiai juga mendapat kunjungan masing-masing paslon membuat dukungan itu bisa sangat cair. Namun sejauh yang saya amati suara muslimat sejauh ini relatif solid kalau urusan Pemilu," terangnya.

Kendati begitu, Surokim meyakini bahwa Pilpres yang diikuti tiga paslon ini akan berjalan dua putaran. Menurut peneliti senior Surabaya Survey Center (SSC) ini, untuk menang satu putaran dengan persentase lebih dari 50 persen sangat sulit.

Baca juga:
Kemesraan Ini Mengiringi Apel Terakhir ASN Pemprov Jatim bareng Khofifah-Emil

"Saya tetap memandang satu putaran itu berat, sangat butuh energi ekstra dan amat sangat bergantung pada momentum serta munculnya kondisi-kondisi khusus semacam ekstraordinary," jelasnya.

"Namanya politik selalu dinamis jika kondisi-kondisi yang saya sebut tadi muncul ya masih tetap ada kemungkinan satu putaran tapi menurut saya berat. Kondisi yang dimaksud, munculnya blunder dari kandidat yang masuk kategori berat, mobilisisasi dan money politics, netralitas ASN dan aparatur negara," pungkasnya.