Pixel Code jatimnow.com

Patung Semut Niscala di Pasuruan, Berbahan Limbah Penuh Makna Filosofi

Editor : Zaki Zubaidi   Reporter : Ahaddiini HM
Achmad Yusril Ismal Maulana Mahendra saat mengusung patung Niscala bersama warga Desa Semut. (Foto-foto: Yusril for jatimnow.com)
Achmad Yusril Ismal Maulana Mahendra saat mengusung patung Niscala bersama warga Desa Semut. (Foto-foto: Yusril for jatimnow.com)

jatimnow.com - Achmad Yusril Ismal Maulana Mahendra (25) warga Desa Semut, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Pasuruan, mendedikasikan karya yang dibuatnya untuk tempat asalnya. Ia membuat monumen patung semut bernama Niscala.

"Selain mendedikasikan karya Niscala untuk tempat lahir di Desa Semut, juga sebagai bagian upaya tanggap lingkungan. Yaitu dengan memanfaatkan limbah yang tidak terpakai seperti sampah sisa konstruksi berupa besi yang kemudian menjadi karya yang memiliki nilai," terang Yusril kepada jatimnow.com, Rabu (17/1/2024).

Lebih lanjut, Yusril menyampaikan, selain besi, terdapat bahan lain dalam komposisi bahan yang dibuat untuk monumen patung Niscala.

"90 persen bahan yang dipakai besi. Dan hanya ada ornamen yang memakai resin dan bubuk pengeras," ucapnya.

Patung Niscala mempunyai berat kurang lebih 100 Kilogram. Dibuatnya memakan waktu sekitar 8 bulan dengan bantuan tim yang terdiri 10 orang dari keluarga sendiri.

Ia menyampaikan karya Niscala yang dibuatnya mengandung makna filosofis sejarah Desa Semut.

"Patung ini bernama Niscala yang artinya kuat dan kokoh. Sebagai monumen ikon desa dimana sejarah Desa Semut berawal dari seorang musyafir yang bernama Mbah Sirojjudin. Beliau merupakan tokoh yang membangun juga pendiri Desa Semut. Dinamai Desa Semut karena beliau menemukan sebuah gundukan, ketika beliau belah gundukan tersebut, keluarlah koloni semut. Dari hal tersebut akhirnya dinamakan Desa Semut," tutur Yusril.

Baca juga:
Laskar Kamil Gelar Deklarasi Pemenangan Khofifah - Emil di Pasuruan

Ia menjelaskan, proses pembuatan monumen patung semut Niscala diawali sketsa dibentuk terlebih dulu hingga beberapa sketsa tersebut ter-ACC dan sesuai dengan latar belakang Desa Semut.

Proses selanjutnya, pengeraman pembuatan kerangka bentuk, menutup rangka tersebut hingga membentuk anatomi objek semut.

"Dan proses terakhir ialah pembuatan tekstur dari bahan limbah sisa konstruksi yang diiringi dengan pengecatan," jelas Yusril.

Proses pembuatannya juga penuh tantangan. Bahan besi yang dibutuhkan tidak bisa sembarangan.

Baca juga:
BG Skin Beri Solusi Urai Masalah Sampah Plastik di Pasuruan

"Nunggu bahan yang pas yang memakan waktunya. Soalnya gak semua besi bisa di pakai karena besi tersebut memilik sifat beda. Ada yang bisa di las dan ada yang gak bisa," kata dia.

Yusril mengucapkan terima kasih kepada keluarga, perangkat dan warga desa serta seluruh pihak terkait serta universitas yang mendukung penuh dalam hal mewujudkan karya.

Yusril berharap setelah patung monumen Niscala tersebut diciptakan dapat lebih memberikan banyak manfaat bagi Desa Semut serta sekitarnya.

"Saya berharap, patung monumen Niscala ini sebagai pengingat sejarah untuk dapat lebih menghargai Desa Semut, tempat kita tinggal, juga menjadi inspirasi masyarakat Desa Semut dan sekitarnya agar lebih dapat memanfaatkan sesuatu yang dianggap tidak berguna menjadi sesuatu yang memiliki nilai, intinya itu," pungkas alumnus Universitas Brawijaya jurusan seni rupa murni angkatan 2018 ini.