Pixel Codejatimnow.com

50 Guru di Sidoarjo Digembleng tentang Perspektif Sekolah Toleransi

Editor : Zaki Zubaidi  Reporter : Ahaddiini HM
Training "Peningkatan Kapasitas dan Jumlah Guru Penggerak dalam Pengembangan Sekolah Toleransi di Kabupaten Sidoarjo" di Fave Hotel Sidoarjo. (Foto: BrangWetan for jatimnow.com)
Training "Peningkatan Kapasitas dan Jumlah Guru Penggerak dalam Pengembangan Sekolah Toleransi di Kabupaten Sidoarjo" di Fave Hotel Sidoarjo. (Foto: BrangWetan for jatimnow.com)

jatimnow.com - Guru penggerak bukan sekadar pengajar biasa tetapi memiliki peran penting meningkatkan kualitas pendidikan. Guru penggerak dapat menjadi pelopor toleransi di sekolah masing-masing.

Terkait hal itu, Komunitas Seni Budaya BrangWetan menyelenggarakan acara "Training Peningkatan Kapasitas dan Jumlah Guru Penggerak dalam Pengembangan Sekolah Toleransi di Kabupaten Sidoarjo" di Fave Hotel Sidoarjo, Rabu (24/1/2024).

Acara ini bekerja sama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Sidoarjo dan didukung oleh Forum Wartawan (Forwas) Institute Sidoarjo.

Sebanyak 50 guru dari 50 SMP negeri dan swasta mengikuti acara ini. Sebanyak 29 guru di antaranya sudah menjadi guru penggerak. Sedangkan sekolah yang belum memiliki guru penggerak diwakili oleh guru yang ditunjuk kepala sekolah.

"Acara ini merupakan rangkaian program Cinta Budaya Cinta Tanah Air (CBCTA) dari Komunitas BrangWetan sejak tahun 2020, di mana 3 SMPN dan 1 SMA serta 1 MA sudah dideklarasikan sebagai Sekolah Toleransi," kata Ketua Komunitas BrangWetan Henri Nurcahyo yang juga Manajer Proyek CBCTA #3.

Menurut Kepala Seksi Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Disdikbud Kabupaten Sidoarjo, M. Nuh, guru penggerak memiliki peluang dan potensi menjadi kepala sekolah. Karena itu dengan adanya acara yang diselenggarakan oleh Komunitas BrangWetan ini diharapkan dapat menjadi nilai tambah bagi guru penggerak.

Baca juga:
USAID Bahas Toleransi dengan Pelajar SMPN 1 Taman Sidoarjo

Acara ini dipandu Hernik Farisia, M.Pd, dari UIN Sunan Ampel Surabaya yang menjadi narasumber tunggal dan sudah berpengalaman dalam program Pendampingan Sekolah Penggerak Kemendikbud Republik Indonesia.

Dengan mengikuti program ini, kata Hernik, maka guru penggerak memiliki perspektif tentang sekolah toleransi sehingga dapat menjadi anggota Satgas Toleransi Toleransi di sekolah.

"Sekolah toleran merupakan sekolah yang sudah menjunjung tinggi penghormatan atas perbedaan sehingga kondusif bagi proses belajar mengajar, " ujar Hernik.

Baca juga:
CBCTA, Ikhtiar Wujudkan Sekolah Toleransi di Sidoarjo

Ditambahkan Hernik, nilai-nilai toleransi ini penting ditumbuhkembangkan di sekolah karena di masyarakat kita banyak sekali perbedaan atas dasar agama, ras, dan sebagainya.

Nilai toleransi berarti mengakui hak setiap orang, menghormati keyakinan orang lain, setuju dalam perbedaan saling mengerti dan sebagainya.