Pixel Codejatimnow.com

Bukan Caleg Depresi di Ponorogo Yang Datangi Dokter Jiwa, Tapi Malah Ini..

Editor : Endang Pergiwati  Reporter : Ahmad Fauzani
RSUD dr Harjono Ponorogo. Beberapa timses dan KPPS telah konsultasi ke dokter kejiwaan RSUD dr Harjono Ponorogo (Foto: Ahmad Fauzani/jatimnow.com)
RSUD dr Harjono Ponorogo. Beberapa timses dan KPPS telah konsultasi ke dokter kejiwaan RSUD dr Harjono Ponorogo (Foto: Ahmad Fauzani/jatimnow.com)

jatimnow.com - Pasca-Pemilu 2024, bukan calon legislatif (caleg) depresi yang konsultasi ke dokter jiwa, melainkan anggota Tim Sukses (Timses) dan Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) di Ponorogo.

Dokter spesialis kejiwaan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Harjono, dr Andri Nurdiyana Sari menjelaskan, bahwa pasca-pemilu menerima pasien dari Timses dan KPPS.

“Kurang dari 10 pasien. Mereka mengalami gejala kecemasan, insomnia, hingga paranoid,” ungkap dr Andri kepada jatimnow.com, Kamis (22/2/2024).

Dokter Andri mengatakan, mereka yang konsultasi tidak hanya datang ke RSUD dr Harjono, namun juga ke rumah praktik dr Andri.

Dia menjelaskan bahwa para pasien itu mengeluhkan gejala seperti mual, pusing, kecemasan berlebihan, dan bahkan insomnia.

"Juga deg degan dan cemas berlebihan. Mungkin karena sudah mencari tapi dapatnya segini kan, gitu kalo timses,” ujarnya.

Baca juga:
Caleg Gagal Pilih Konsul ke Pak Pur Lamongan, Ini Kata RSUD Ibnu Sina Gresik

Sementara itu, KPPS yang datang berkonsultasi diduga karena kelelahan, terutama setelah mempersiapkan saat pencoblosan dan menanggung beban kerja tambahan.

Gejala yang dirasakan oleh KPPS juga beragam. Beberapa mengalami kecemasan berlebihan, takut disalahgunakan karena selisih angka, bahkan ada yang mengalami paranoia.

“Juga ada kasus seorang KPPS yang merasa dituduh oleh orang di sekitarnya dan akhirnya menolak keluar rumah karena takut,” paparnya.

Baca juga:
Polisi di Lamongan Siap Rawat Caleg Depresi, Sudah Ada 5 Pihak yang Konsultasi

Di antara mereka yang melakukan konsultasi, ada yang hanya memerlukan rawat jalan, namun ada juga yang harus menjalani rawat inap, namun bukan di poli kejiwaan.

“Penting dicatat bahwa rawat inap tidak selalu terkait dengan masalah psikis semata, karena beberapa kasus berkaitan dengan kesehatan fisik,” pungkasnya.