jatimnow.com - Beda data soal kasus demam berdarah terjadi antara Dinas Kesehatan (Dinkes) Ponorogo dan Rumah Sakit Umum Aisiyiyah (RSUA).
Dinkes Ponorogo mengonfirmasi bahwa jumlah kasus demam berdarah di Bumi Reog masih rendah, meski beberapa warga telah terjangkit nyamuk Aedes Aegypt ini.
Data yang dirilis pada Januari mencatat 6 warga terkena DB, sedangkan pada Februari bertambah menjadi 7 warga.
Sementara di Rumah Sakit Umum Aisiyiyah (RSUA) Ponorogo, terdapat 20 pasien yang terinfeksi DB, termasuk 3 pasien dari Kabupaten Wonigiri, Jawa Tengah.
Kepala Dinkes Ponorogo, Dyah Ayu Puspitaningarti, menjelaskan bahwa pemetaan klasifikasi DB memerlukan kriteria khusus seperti jumlah trombosit, tingkat demam, dan masalah kesehatan lain sebelum diakui sebagai kasus DB.
“Jadi ada pemetaan yang beda memang,” ungkap Ayu, sapaan akrabnya, Sabtu (19/3/2024)
Seperti, trombosit kurang dari 100 ribu menjadi salah satu indikator utama.
Baca juga:
Dokter RSUD Sidoarjo Ingatkan Anak Mudah Sakit di Puncak Musim Kemarau, Waspada!
“Kalau trombosit kurang dari 100 ribu dan faktor lain baru kami masukkan ke DB. Kadang-kadang ciri-ciri DB memang mirip dengan lainnya," jelasnya.
Ayu menilai bahwa kewaspadaan ekstra di rumah sakit tidak masalah, meskipun pihak RS cenderung melakukan over diagnosis.
“Jadi mungkin di RS over diagnosa. Tapi ndak masalah itu adalah sebuah kewaspadaan,” tambahnya.
Baca juga:
Kasus DBD di Sampang 4 Bulan Tembus 260 Orang
Meski demikian, dia menegaskan bahwa jumlah kasus DB pada periode ini masih lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya.
Untuk diketahui, demam berdarah mulai merebak di Ponorogo. Rumah Sakit Umum Aisyiyah (RSUA) Ponorogo mulai merawat pasien-pasien dengan penyakit ini. Sejak Januari hingga Maret, terjadi peningkatan kasus dengan total 20 pasien.
Rinciannya, 6 pasien mengalami Demam Fever atau biasa disingkat DF, 13 pasien mengalami Demam Berdarah Dengue (DBD) dan 1 pasien mengalami Dengue Shock Syndrome (DSS). Pasien yang mengalami DSS, perlu dirawat di Intensive Care Unit (ICU).