jatimnow.com - Suasana malam Ramadan di Lingkungan Puton, Kelurahan Setono, Kecamatan Jenangan, Kabupaten Ponorogo dipenuhi dengan keceriaan.
Setiap malam setelah Salat Tarawih, terdengar suara tabuhan bedug dari Masjid Nurul Qolbi, menambah meriahnya suasana.
Setelah salat Tarawih, jamaah tidak langsung pulang. Mereka menambah keceriaan dengan menyanyikan salawat secara riang. Beberapa jamaah berkumpul di selasar masjid, bergantian menabuh bedug menggunakan pemukul kayu.
Uniknya, yang menabuh bedug bukanlah generasi tua, melainkan para remaja yang semangat.
“Menambah semangat dan tentu syiar agama,” ungkap takmir Masjid Nurul Qolbi Lingkungan Puton, Kelurahan Setono, Rabu (13/2/2024),
Baca juga:
Laskar Kamil, Bantahan Ketua KPU Sidoarjo, Dana BOS SMK 2 PGRI Ponorogo
Para remaja ini dengan lihai menabuh bedug, gerakan tangannya cepat namun teratur, dan pukulannya keras. Meskipun tradisi ini sudah lama, namun semangat para remaja dalam menjaga dan melanjutkan tradisi ini sangat menginspirasi.
“Kami memang ada regenerasi. Jadi bukan saja yang sepuh yang menabuh bedug. Namun yang remaja juga bisa,” kata Anto, sapaan akrab Setiyanto.
Menurutnya, tradisi menabuh bedug ini sudah berlangsung sejak tahun 2004, setelah masjid didirikan pada tahun 1999. Para jamaah bergantian menabuh bedug setelah salat Tarawih, menciptakan irama syahdu yang mengiringi puji-pujian kepada Rasulullah.
Baca juga:
Tanah Longsor Tutup Akses Jalan Madiun ke Telaga Ngebel Ponorogo
“Tradisi tabuh bedug ini berlangsung sekitar 2 sampai 3 menit, dan siapapun bisa melakukannya, baik remaja maupun yang sudah lanjut usia,” tegasnya.
Hal ini membuktikan bahwa tradisi ini tidak hanya memperkokoh hubungan keagamaan, tetapi juga memperkuat kebersamaan dan regenerasi di antara jamaah masjid.