Pixel Codejatimnow.com

Menggenjot Ketersediaan Sapi Potong Melalui Program Inseminasi Buatan

Editor : Edwin Fajerial  Reporter : Erwin Yohanes
Petugas mempraktikkan proses inseminasi buatan atau kawin suntik pada salah satu sapi milik warga
Petugas mempraktikkan proses inseminasi buatan atau kawin suntik pada salah satu sapi milik warga

jatimnow.com - Tingginya konsumsi daging pada skala nasional mendorong meningkatnya jumlah permintaan konsumen terhadap pangan dari sektor hewani.

Namun sayang, permintaan itu tidak diimbangi dengan ketersediaan 'barang', sehingga menyebabkan ketimpangan atau ketidakseimbangan dalam supply and demmand (penawaran dan permintaan).

Untuk itu, harus ada upaya untuk menggenjot ketersediaan 'barang' agar dapat memenuhi permintaan pasar.

Data Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur menyebutkan, konsumsi daging khususnya daging sapi perkapita nasional adalah 2,2 kg pada 2015 dan meningkat menjadi 2,6 kg pada 2016.

Melihat data tersebut, maka kebutuhan konsumsi daging pada skala nasional selalu meningkat setiap tahunnya.

Masih dari sumber yang sama, untuk saat ini kebutuhan rata-rata daging sapi secara nasional berkisar diangka 604.969 ton. Sedangkan kemampuan produksi dalam skala nasional hanya 531.757 ton. Ini berarti, ada defisit kebutuhan daging sebesar 73.212 ton.

Namun, jika dipisahkan dari skala nasional, Jawa Timur justru mengalami surplus daging. Data dari Dinas Peternakan menunjukkan, Provinsi Jatim mampu memproduksi kebutuhan daging sebanyak 103.625 ton.

Sedangkan untuk kebutuhan konsumsi daging hanya 92.016 ton saja. Ini berarti ada surplus sebanyak 11.609 ton.

Sapi milik warga Desa Wonoayu, Wajak, Malang yang mengikuti program Upsus Siwab 

Bagaimana bisa? Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur, Drh Wemmi Niamawati menyebutkan, kesuksesan ini tak lepas dari program ketahanan pangan yang digalakkan di Jatim.

Implementasi strategi swasembada pangan hewani melalui program upaya khusus sapi indukan wajib bunting (Upsus Siwab) oleh Dinas Peternakan Provinsi Jatim, telah berjalan dengan baik.

Program Upsus Siwab sendiri menekankan tentang peningkatan populasi hewan melalui inseminasi buatan (IB) atau disebut juga dengan kawin suntik.

Salah satu contoh penerapan program IB ini ada di Desa Wonoayu, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang. Desa yang dulunya tertinggal dari segi ekonomi, kini berangsur-angsur pulih bahkan surplus.

Sektor peternakan khususnya hewan sapi, kini menjadi komoditi andalan warga setempat. Sebab selain lebih menguntungkan, perkembangan populasi sapi dengan metode ini dapat membuatnya lebih pesat.

Hal ini diakui oleh Kepala Desa (Kades) Wonoayu, Wina Nurmana. Ia menyatakan, pesatnya populasi sapi di desanya tersebut tak lepas dari penerapan program IB yang dicanangkan oleh pemerintah.

"Di desa ini saja ada sekitar 833 ekor sapi. 147 ekor sapi jantan dan sisanya 686 ekor sapi betina," ujarnya, Rabu (29/8/2018).

Ia menambahkan, dari total 392 kepala keluarga yang ada di Desa Wonoayu, hampir semua atau tepatnya ada 302 KK memiliki ternak sapi.

Tingginya populasi sapi yang ada di daerahnya, tak lepas dari penerapan program IB yang dapat dirasakan langsung oleh masyarakat setempat.

Baca juga:
Sembunyikan Sapi Curian, Dua Pria di Bangkalan Ditangkap Polisi

Hal ini dibenarkan oleh peternak sapi potong, Mustakim. Warga RT 5 RW 2 Desa Wonoayu ini mengaku, sejak dirinya mengikuti program IB keuntungan sudah dirasakannya berkali-kali lipat.

Keuntungannya yang pertama adalah, dirinya tak perlu repot-repot memiliki sapi jantan, namun tetap dapat mengawinkan sapinya melalui inseminasi buatan (IB) atau kawin suntik.

Dengan metode kawin suntik ini, selain efisien, peternak juga dapat meningkatkan angka kelahiran sapi. Sehingga jumlah atau populasi ternak terutama sapi dapat lebih cepat berkembang.

"Saya sekarang punya dua sapi betina jenis limosin. Dengan kawin suntik ini, saya tidak perlu memelihara sapi jantan. Jadi biaya perawatannya lebih murah dan harga jual sapi tetap tinggi. Contoh, untuk pedet jenis limosin umur 4-5 bulan ini harganya sudah Rp. 14 jutaan," ungkapnya.

Pitoyo, peternak sapi lainnya juga menyatakan hal yang sama. Ia merasa, program IB ini lebih menguntungkan karena dapat mengatur jarak kelahiran sapi.

"Hasilnya juga lebih bagus. Tingkat keberhasilan bunting dan kelahirannya lebih tinggi, karena terus mendapatkan pemantauan dari petugas," ujarnya.

Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) Kabupaten Malang, Nurcahyo mengatakan, Desa Wonoayu diakuinya sebagai salah satu penghasil sapi potong di Malang yang terbaik.

Hal ini dibuktikan dengan populasi sapi potong di desa ini yang paling banyak di Malang. Untuk Malang sendiri, populasi sapi terdeteksi berjumlah 234.482 ekor, 17.687 ekor di antaranya di Kecamatan Wajak dan 833 ekor ada di Desa Wonoayu.

"Tingkat keberhasilan Upsus Siwab dapat diukur dari keberhasilan peningkatan populasi sapi. Dan desa ini salah satu bukti yang dapat dijadikan ukurannya," ujarnya.

Baca juga:
Pemkab Bojonegoro Gelar Kontes dan Pameran Ternak 2023

Sementara itu, Iswahyudi, Kepala UPT inseminasi buatan (IB) Provinsi Jatim mengatakan, keberhasilan IB juga didukung dengan pengendalian mutu benih sapi.

Melalui benih sapi yang dibekukan, maka tidak perlu dikhawatirkan persoalan kontrol kualitas benih tersebut.

"Kita punya produsen IB di Singosari, Malang. Untuk di Indonesia, hanya beberapa saja yang punya," tegasnya.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Bupati Malang, Rendra Kresna. Ia menyatakan, produsen semen beku yang digunakan untuk IB salah satunya berada di Singosari, Malang. Bahkan, ia mengklaim harganya paling murah dibandingkan di tempat lainnya.

Ia pun menjamin, untuk daerah Malang populasi sapi bakal terus meningkat. Hal ini dibuktikan dengan data untuk saat ini, sudah ada sekitar 60 ribu pedet (anak sapi) yang dihasilkan dari proses inseminasi buatan ini.

"Jika dinominalkan sekitar Rp 500 miliar. Ini jelas memberikan sumbangsih untuk perekonomian Malang yang cukup besar," tegasnya.

Ia mengakui, saat ini jumlah populasi sapi melalui proses inseminasi buatan berjumlah lebih dari 230 ribu ekor sapi. Sehingga, ia cukup optimis dapat memenuhi kebutuhan konsumsi daging untuk Jatim bahkan untuk nasional.

"Kalau program (Upsus Siwab) ini diimplementasikan dengan baik, maka tidak perlu lagi kita impor daging sapi. Untuk Jatim saja kita sudah surplus. Dengan demikian, harga daging dijamin juga akan dapat stabil," katanya.