Pixel Code jatimnow.com

Budaya Jimpitan Sapu Jagad di Gedangan Sidoarjo, 30 Persen untuk Kebencanaan

Editor : Endang Pergiwati   Reporter : Ahaddiini HM
Budaya Jimpitan Sapu Jagad Griya yang dilakukan warga Permata Gedangan RT 06 RW 08, Keboansikep, Gedangan, Sidoarjo. (Foto: Ahaddiini HM/jatimnow.com).
Budaya Jimpitan Sapu Jagad Griya yang dilakukan warga Permata Gedangan RT 06 RW 08, Keboansikep, Gedangan, Sidoarjo. (Foto: Ahaddiini HM/jatimnow.com).

jatimnow.com - Budaya Jimpitan Sapu Jagad yang hampir punah di desa-desa, kini dihidupkan kembali oleh warga Griya Permata Gedangan RT 06 RW 08, Keboansikep, Gedangan, Sidoarjo.

Ketua RW 08 Desa Keboansikep, Bambang Prihasto menyampaikan, budaya jimpitan, yaitu menyisihkan sedikit uang setiap hari dan dikumpulkan menjadi simpanan bersama, saat ini sudah semakin sulit ditemukan di perkotaan. Namun berbeda di lingkungan RW 08, masih ada yang mempertahankannya hingga sekarang, salah satunya RT 06.

Ketua RT 06, Ifron Hady Susanto, menjelaskan bahwa kegiatan Jimpitan Sapu Jagad yang dilakukan oleh warga setempat meliputi sumbangan berupa beras, barang bekas, baju baru, bekas layak pakai (BB/BLP), dan uang.

"Hasil dari kegiatan jimpitan ini 30% dialokasikan untuk kesiapsiagaan bencana, 30% untuk program ibu PKK, 30% warga yang sedang sakit, serta 10% santunan bagi warga yang membutuhkan," ungkap Ifron, Senin (13/5/2024).

Ia memaparkan barang bekas dan pakaian layak pakai juga akan dimanfaatkan kembali.

"Barang bekas akan dijual kembali untuk mendapatkan dana pembangunan sarana prasarana di kampung. Sedangkan pakaian layak pakai akan dibersihkan, dipacking ulang, dan kemudian disalurkan kepada warga kurang mampu atau yang terkena musibah seperti kebakaran rumah," ujarnya.

Ifron menegaskan bahwa kegiatan Jimpitan Sapu Jagad merupakan bentuk solidaritas dan gotong royong yang tinggi di antara warga.

Baca juga:
DPD Matra Jember Dikukuhkan, Ketua DPW Jatim: No Baper!

"Kami berharap kegiatan ini dapat terus dilakukan sebagai wujud nyata kepedulian dan bantuan sosial kepada sesama," tambahnya.

Sementara itu, salah satu penggerak ibu PKK RT 06, Anas, menambahkan bahwa dampak yang didapat dari budaya Jimpitan Sapu Jagad ini adalah kebermanfaatan bagi sesama.

"Benefit yang utama memang bukan materi, tapi kami mencoba memupuk jiwa kekeluargaan yang ada khususnya di lingkungan kami terlebih dulu," tambah Anas.

Selain itu, lanjutnya, budaya yang sekaligus menjadi program jimpitan ini menjadi motor penggerak bagi masyarakat. Sebagai contoh, para bapak digerakkan untuk mengambil jimpitan di setiap rumah, sedangkan para ibu PKK bertugas memilah hasil jimpitan.

Baca juga:
Anugerah Musik Banyuwangi, Cara Bupati Ipuk Ajak Anak Muda Cintai Budaya Daerah

"Dari hasil jimpitan yang berhasil dikumpulkan, setelah dipilah, maka akan dikembalikan lagi untuk warga. Contohnya, beras hasil jimpitan akan dijual kembali ke warga dengan harga yang rumah," pungkas Anas.

Menurut Anas, hasil dari penjualan, salah satunya untuk membangun fasilitas umum (fasum) atau sarana yang ada di lingkungan.

Ia berharap dengan adanya revitalisasi budaya Jimpitan Sapu Jagad ini, diharapkan solidaritas dan kebersamaan antarwarga semakin terjaga dan terus berkembang di lingkungan masyarakat Gedangan, Sidoarjo.