jatimnow.com - Pelajar salah satu SMP Negeri di Kota Batu, Jawa Timur meninggal dunia usai diduga dikeroyok oleh teman-temannya sendiri.
Ketua Komisi C DPRD Kota Batu, Khamim Tohari merasa miris mendengar kabar ini. Ia mengaku telah mengunjungi rumah duka pada Jumat (31/5/2024), malam.
Khamim mengatakan, korban berinisial RKWA (12) yang masih duduk di bangku Kelas VII itu adalah warga Kecamatan Batu, Kota Batu, Jawa Timur.
Korban mengalami perundungan oleh teman-temannya pada Rabu (29/5/2024) di sekitar vila di Kelurahan Songgokerto.
"Semalam saya ke rumah duka, kata adik korban bercerita, kalau kakaknya itu sebelum meninggal sempat mengeluh dipukuli oleh temannya satu sekolah, ada yang lainnya juga," kata Khamim, Sabtu (1/6/2024).
Dari informasi yang dihimpun, bahwa korban dikeroyok menggunakan tangan kosong oleh 2 pelaku dari 5 orang yang hadir.
Lebih lanjut, Khamim mengatakan, bahwa korban sempat mengeluhkan sakit setelah bangun tidur di bagian kepala, dada, dan belakang punggung pada Jumat (31/5/2024) pagi.
"Katanya, kemarin itu sempat dibawa periksa ke Rumah Sakit Hasta Brata. Adiknya dibilangi kalau jam 11.00 WIB, kakaknya sudah tidak ada (meninggal)," katanya.
Pada malam hari, jenazah korban dibawa di rumah duka dan dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) sekitar wilayah tempat tinggalnya.
"Informasinya sudah dimakamkan, malam tadi," katanya.
Baca juga:
Respons KPU Jatim soal Tewasnya Saksi Paslon Jimad Sakteh di Sampang
Adanya kejadian tersebut, Khamim berharap, semua pihak harus lebih bertanggung jawab untuk lebih ekstra memberikan pengawasan kepada anak-anak.
"Guru tidak mungkin memberikan pengawasan selama 24 jam," ujarnya.
Pihaknya telah mempersiapkan untuk memanggil Kepala Dinas Pendidikan dan para guru untuk mencari solusi terhadap permasalahan tersebut. Salah satunya agar siswa bisa terbuka dengan apa yang terjadi.
"Yang pasti nanti akan kami ajak diskusi Kepala Dinas (Pendidikan) dan para guru. Agar mereka bisa memberikan sosialisasi kepada para siswa untuk tidak takut memberitahukan kepada sekolah atau orang tua terkait sps yang terjadi," katanya.
Menurutnya, hal semacam ini bisa terjadi karena luput dari pantauan guru maupun orang tua. Kebanyakan para siswa tidak pernah membicarakan apa yang terjadi kepada orang tua atau guru karena takut.
Baca juga:
Pilbup Sampang Memanas, Saksi Paslon Jimad Sakteh Tewas Dikeroyok
"Kalau takut lapor ke guru, bisa memberitahukan kepada orang tua. Saya tidak ingin hal semacam ini terjadi lagi di Kota Batu. Saya berharap ini yang pertama dan terakhir," katanya.
Ia juga sangat setuju jika kerja kelompok harus dilakukan di lingkungan sekolah, sehingga para siswa lebih terpantau.
Menurutnya, sekolah harus tahu siapa saja anggota dari kelompok yang sedang melakukan kerja kelompok.
"Dan yg paling penting perlu tambahan pendidikan budi pekerti," ujarnya.