Pixel Code jatimnow.com

Jelang Pilkada 2024, Sidoarjo Krisis Calon Pemimpin Wanita

Editor : Endang Pergiwati   Reporter : Ahaddiini HM
Direktur Media Survey Indonesia (MSI) Nanang Haromain. (Foto: Ahaddiini HM/jatimnow.com).
Direktur Media Survey Indonesia (MSI) Nanang Haromain. (Foto: Ahaddiini HM/jatimnow.com).

jatimnow.com - Jelang Pilkada Sidoarjo 2024, tidak banyak calon bupati (cabup) dan calon wakil bupati (cawabup) perempuan yang muncul untuk maju. Ini dikatakan pengamat politik, Nanang Haromain.

Direktur Media Survey Indonesia (MSI) Nanang Haromain menyampaikan di tengah gegap gempita Pilkada Sidoarjo 2024 Sidoarno dihadapkan pada kenyataan adanya krisis calon pemimpin wanita.

"Baru ada nama Mimik Idayana dan Tri Susilowati yang muncul ke permukaan. Ini menambah cerita politisi wanita Sidoarjo yang minim tampil di panggung utama politik Sidoarjo," ucap Nanang kepada jatimnow.com, Jumat (28/6/2024).

Ia melanjutkan, bahkan selama pelaksanaan 5 kali Pilkada di Sidoarjo, belum pernah menghasilkan calon perempuan yang duduk di kepemimpinan pemerintahan tertinggi.

Nama-nama calon perempuan, antara lain Fatmah Thoha Assegaf (Pilkada 2005), Yuniwati Teryana dan Emy Susanti Hendrarso (Pilkada 2010), sementara ada nama Tan Mei Hwa (Pilkada 2015) dan Dwi Astutik (Pilkada 2020) belum menarik minat masyarakat Sidoarjo untuk dipilih

"Kalau kita lihat juga di Pileg 2024, hanya ada 8 calon perempuan yang terpilih dari jatah 50 anggota DPRD. Situasi ini tidak jauh berbeda dengan Pileg 2019, yang juga cuman ada 8 anggota dewan perempuan. Artinya hanya 14% keterwakilan perempuan. Jauh dari semangat keterwakilan perempuan yang 30%. Padahal kalau melihat data pemilih, kebanyakan pemilih di Sidoarjo adalah perempuan," terang Nanang

Lebih lanjut menurutnya, pemilih perempuan menjadi segmen mayoritas di Sidoarjo di setiap pemilihan baik presiden, legislatif maupun pilkada.

"Suaranya bisa menjadi penentu kemenangan. Dilihat dari jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang ditetapkan KPU Sidoarjo pada pada Pileg lalu, ada 1.461.642 pemilih tetap di Sidoarjo. DPT ini terdiri dari 721.038 pemilih laki-laki dan 740.604 pemilih perempuan. Pemilih perempuan lebih banyak 11.566 orang daripada pemilih laki-laki," imbuhnya.

Tren tersebut, menurut Nanang, juga muncul di DPT Pilkada 2024 nanti dimana seperti pada pemilu-pemilu sebelumnya di Sidoarjo, jumlah pemilih perempuan lebih banyak.

Baca juga:
Pelita Prabu Dukung Cak Khulaim Maju Pilbup Sidoarjo, Ini Alasannya

"Suara perempuan ini sangat menggiurkan apabila seluruh pemilih perempuan datang memilih ke Tempat Pemungutan Suara (TPS). Karekter pemilih perempuan itu juga kuat, loyal pada pilihan, adalah nilai plus meski pada konteks tertentu gampang untuk dimobilisasi," papar Nanang yang juga Founder Institute Research Public Development (IRPD).

Dari pengamatannya, situasi seperti ini tidak terjadi di Sidoarjo saja, namun hampir meluas di Indonesia karena banyak faktor penyebabnya.

"Faktor penyebabnya adalah budaya patriarki masih sangat kuat. Perempuan sering kali dianggap tidak cocok untuk posisi kepemimpinan. Budaya ini juga memperkuat stigma bahwa politik adalah dunia laki-laki, sehingga perempuan merasa enggan atau tidak percaya diri untuk terjun ke dalamnya," ujarnya.

Sehingga ketiadaan Bupati atau wakil Bupati perempuan di Sidoarjo juga menunjukkan bahwa partai politik dan masyarakat masih harus bekerja keras untuk mendobrak hambatan-hambatan yang ada.

"Partai politik harus lebih berani dalam mencalonkan perempuan untuk posisi strategis dan memberikan mereka dukungan penuh. Di sisi lain, masyarakat juga perlu lebih terbuka dan mendukung calon-calon perempuan yang memiliki kapasitas dan integritas," tambahnya.

Baca juga:
6 Bacabup dan Bacawabup Sidoarjo Uji Kelayakan di DPP PKB

Dengan komitmen bersama dari berbagai pihak, kata Nanang, perubahan positif bisa diwujudkan. Perempuan bukan hanya pelengkap dalam politik, tetapi mereka adalah kekuatan penting yang harus diakui dan didukung sepenuhnya.

"Dengan meningkatkan partisipasi perempuan dalam politik, kita tidak hanya memperkuat demokrasi, tetapi juga memastikan bahwa kebijakan yang dihasilkan lebih inklusif dan mencerminkan kebutuhan seluruh masyarakat," tambahnya.

Nanang menegaskan pentingnya untuk mengubah persepsi publik tentang peran perempuan dalam politik. Menurutnya media massa, lembaga pendidikan, dan organisasi masyarakat sipil dapat berperan besar dalam mengedukasi masyarakat tentang pentingnya partisipasi perempuan dalam politik.

"Dengan begitu, diharapkan akan tumbuh kesadaran kolektif bahwa perempuan memiliki kapasitas dan hak yang sama untuk memimpin. Berharap disisa waktu ini, muncul nama-nama calon perempuan yang akan meramaikan Pilkada Sidoarjo 2024. Nama seperti Anik Maslachah dan Ainun Jariyah adalah nama-nama yang berpotensi menang di pilkada," tutup Nanang.