Pixel Code jatimnow.com

Antisipasi Banjir Rob, Petani Tambak Kalanganyar Sidoarjo Tinggikan Tanggul

Editor : Yanuar D   Reporter : Ahaddiini HM
Petani tambak Kalanganyar Sidoarjo saat meninggikan tanggul. (Foto: Ahaddiini HM/jatimnow.com).
Petani tambak Kalanganyar Sidoarjo saat meninggikan tanggul. (Foto: Ahaddiini HM/jatimnow.com).

jatimnow.com - Antisipasi terjangan banjir rob, sejumlah petani tambak desa Kalanganyar Sedati Sidoarjo meninggikan tanggul penopang batas.

Banjir rob adalah banjir di tepi pantai karena permukaan air laut yang lebih tinggi daripada bibir pantai atau daratan di pesisir pantai.

Petani tambak desa Kalanganyar, Muhammad Sokib (52) menyampaikan hal ini dilakukan untuk mengantisipasi meluapnya air rob ke dalam tambak yang mengakibatkan jebolnya tambak. Jika terjadi, petani bisa merugi ratusan juta.

"Ketika jebol seisi tambak akan hilang. Baik bandeng atau udang, mujair, nila dan kerugiannya bisa ratusan juta per tambak. Kalau punya saya Rp100 jutaan, dulu pernah seperti itu karena ada luberan, cuma gak sampai penanganan tanggul jebol," ucapnya kepada jatimnow.com, Kamis (18/7/2024).

Menurut Sokib yang sudah 24 tahun menjadi petani tambak, di bulan-bulan tertentu pada setiap tahun terdapat siklus gerhana bulan dan siklus bulan purnama yang berpengaruh terjadinya banjir rob.

"Kalau bulan purnama ada beberapa kali, kalau gerhana bulan per tahun 1 kali. Di waktu itu sebelum terjangan rob terjadi, kita harus antisipasi dengan meninggikan tanggul penopang pembatas," ujarnya.

Hari ini Sokib dibantu para pekerja berusaha meninggikan tanggul. Kini dia membuatnya 20 meter, karena perkiraan banjir rob akan terjadi di tanggal 22-23 Juli nanti.

Caranya, lanjut Sokib dengan mengeruk lumpur di dalam tambak kemudian diletakkan dipinggir permukaan pembatas antara tambak dan sungai.

“Biar cepat selesai makanya dibantu beberapa pekerja dengan biaya yang tidak sedikit," tuturnya.

Baca juga:
Pelindo Cabang Tanjung Emas Semarang Antisipasi Banjir Rob di Pelabuhan

Senada dengan Sokib, Kamun (52) mengaku pentingnya koneksivitas dengan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) untuk mengetahui adanya badai tropis yang berdampak dengan pengaruh elevasi air laut.

Ini agar mereka tahu dan dapat menyelaraskan ketinggian permukaan air laut dengan volume dalam tambak. Menurutnya, ketinggian permukaan sungai harus seimbang dan dicek setiap air pasang di saat bulan purnama atau gerhana bulan.

“Kalau tidak, kita bisa kecolongan seperti Mei-Juni kemarin ada ketinggian permukaan air laut, sehingga beberapa tambak sekitar desa Kalanganyar banyak yang jebol," ujarnya.

Dampaknya, beberapa tambak tidak bisa diolah karena butuh waktu panjang untuk menutup tanggul yang jebol dan terendam karena rob.

Baca juga:
Banjir Melanda Kabupaten Pasuruan, Sebagian Warga Mengungsi

"Jika sudah jebol maka rusak tidak dapat digunakan. Disini ribuan hektar tambak tidak terurus karena dampak rob,” jelasnya.

Dampak lain karena jebolnya tambak adalah hilangnya pendapatan, sementara bekas tambak beralih fungsi ditanami rumput laut dengan hasil yang jauh di atas rata-rata petani tambak ikan bandeng dan udang. Itu pun mereka harus menunggu air rendaman terjangan rob surut dengan waktu yang sangat lama.

Baik Sokib dan Kamun berharap adanya upaya dari pemerintah desa ataupun kabupaten yang membantu menyelesaikan persoalan ini.

"Persoalan rob jadi momok bagi kita petani tambak. Selama ini petani-petani disini pakai cara sendiri, belum ada bantuan dari pemerintah desa atau kabupaten terkait ini, karena kami juga selalu taat bayar pajak. Kami ingin ada bantuan alat berat eskavator stay di beberapa titik tanggul jebol untuk meringankan petani tambak yang selama ini memakai cara dan biaya sendiri," pungkas Kamun.