Pixel Code jatimnow.com

Usaha Tas Jali Pasutri Asal Ponorogo Sukses, jadi Lapangan Kerja Puluhan Warga

Editor : Endang Pergiwati   Reporter : Ahmad Fauzani
Pasutri asal Ponorogo sukses menjalankan usaha tas jali hingga membuka lapangan pekerjaan bagi warga di sekitarnya. (Foto: Ahmad Fauzani/jatimnow.com)
Pasutri asal Ponorogo sukses menjalankan usaha tas jali hingga membuka lapangan pekerjaan bagi warga di sekitarnya. (Foto: Ahmad Fauzani/jatimnow.com)

jatimnow.com - Bachron Mustajib dan Umul Hidayah, pasangan suami istri (Pasutri) asal Desa Gandu, Kecamatan Mlarak, Kabupaten Ponorogo, tidak pernah menyangka bahwa usaha kecil, yang dimulai dari keterpaksaan dan kebingungan mencari pekerjaan, akan berkembang menjadi UMKM yang sukses dan menjadi lapangan pekerjaan bagi puluhan warga.

Pada tahun 2018, Tajib, sapaan akrab Bachron Mustajib, dan istrinya, Umul Hidayah, pulang ke kampung halaman setelah merantau.

Namun, mencari pekerjaan di kampung tidak mudah. Setelah berkali-kali ditolak, Tajib mulai mempertimbangkan membuka usaha sendiri. Berawal dari sebuah permintaan teman yang mengirimkan foto tas anyaman jali, Tajib mulai tertarik dan mencoba membuatnya secara otodidak.

“Setahun kemudian, saya baru tergugah hati untuk membuat tas jali. Walaupun awalnya masih ingin mencari kerja, saya mulai mencoba membuatnya sendiri,” ungkap Tajib, Kamis (29/8/2024).

Meski awalnya masih belum sempurna, Tajib terus belajar hingga akhirnya berhasil menghasilkan tas jali dengan berbagai model dan ukuran. Harga tas yang diproduksinya berkisar dari Rp20 ribu hingga Rp100 ribu per tas, tergantung ukurannya.

Melihat potensi dari usahanya, Tajib tidak ingin sukses sendirian. Ia mulai mengajak tetangganya untuk ikut serta dalam usaha ini. Jumlah ibu-ibu yang bergabung pun semakin bertambah, bahkan merambat ke desa-desa lain seperti di Kecamatan Siman dan Sambit.

Baca juga:
Dengan 1 Kaki, Pelaku UMKM di Banyuwangi Raih Omset Puluhan Juta Rupiah

Saat ini, ada sekitar 65 hingga 70 orang yang rutin mengambil bahan tas jali di rumah Tajib setiap awal pekan dan menyetorkan hasil jadi di akhir pekan.

“Awalnya, hanya 3 sampai 5 ibu-ibu yang saya ajari, sekarang sudah puluhan. UMKM Tas Jali ini saya rintis sejak 2019, dan alhamdulillah, meskipun pandemi melanda, usaha ini justru semakin berkembang,” jelas Tajib.

Keberhasilan usaha ini tidak hanya berhenti di lingkup lokal. Permintaan tas jali mulai merambah hingga ke kota-kota besar di Indonesia seperti Bali dan Jakarta, bahkan sampai ke pasar internasional seperti Amerika dan Abu Dhabi.

Baca juga:
Mbah Siami, Sang Pelestari Tenun Tradisional Banyuwangi

“Saya tidak pernah menyangka UMKM Tas Jali ini bisa berkembang sejauh ini. Awalnya, saya hanya belanja bahan seharga Rp 45 ribu, sekarang sekali belanja bisa habis Rp10 juta. Yang paling penting adalah membuka lapangan pekerjaan bagi banyak orang,” pungkas Tajib dengan bangga.

Dengan usaha yang terus berkembang, Tajib kini mengirimkan ribuan tas setiap pekan ke berbagai daerah, termasuk ke pulau Dewata (Bali) dan Makassar. Usaha yang dimulai dari keterpaksaan kini menjadi sumber penghidupan tidak hanya bagi keluarga Tajib, tetapi juga bagi puluhan keluarga lain di desanya.