Pixel Code jatimnow.com

Nikmatnya Dawet Jabung asal Ponorogo, Tapi Jangan Tarik Lepeknya

Editor : Endang Pergiwati   Reporter : Ahmad Fauzani
Maya saat melayani pembeli dawet (Foto: Ahmad Fauzani/jatimnow.com)
Maya saat melayani pembeli dawet (Foto: Ahmad Fauzani/jatimnow.com)

jatimnow.com – Berkunjung ke Ponorogo rasanya belum lengkap jika belum mencicipi Dawet Jabung, salah satu kuliner khas selain sate ayam Ponorogo.

Sentra Dawet Jabung berada di perempatan Desa Jabung, Kecamatan Mlarak, Kabupaten Ponorogo, di mana deretan penjaja Dawet Jabung selalu ramai pengunjung, terutama di tengah cuaca panas yang sedang melanda Bumi Reog.

Minuman segar ini dikenal dengan cita rasa yang unik dengan perpaduan antara manis, sedikit asin, dan tentunya sangat menyegarkan. Isinya terdiri dari cendol, gempol, dan potongan nangka yang memberikan tekstur dan aroma khas pada minuman ini.

Namun, bukan hanya soal rasa yang membuat Dawet Jabung istimewa. Ada mitos yang menyertai tradisi penyajiannya. Pembeli tidak diperbolehkan mengambil lepek (piring kecil alas mangkuk) ketika disajikan. Mitosnya, jika pembeli nekat mengambil lepek, mereka harus menikahi si penjual.

“Memang ada mitos itu, tetapi saya tidak tahu kebenarannya. Cuma tradisinya memang begitu, lepek tidak pernah diberikan kepada pembeli,” ungkap Mayasary, salah satu penjual Dawet Jabung, Jumat (27/9/2024).

Mayasary menjelaskan bahwa usaha Dawet Jabung ini telah dijalankan turun-temurun dalam keluarganya sejak tahun 1955. Usaha ini awalnya dijalankan oleh kakeknya yang menjajakan dawet dengan cara memikul ke sawah-sawah untuk para petani. Kini, ia melanjutkan usaha keluarganya bersama sang suami.

“Soal lepek itu, saya juga hanya meneruskan cerita yang beredar. Kenyataannya, saya tidak tahu pasti asal-usulnya," tutur Maya sambil tersenyum.

Baca juga:
Tanah Longsor Tutup Akses Jalan Madiun ke Telaga Ngebel Ponorogo

Maya sering kali harus memberikan penjelasan kepada pembeli, terutama mereka yang baru pertama kali mencicipi Dawet Jabung, agar tidak menarik lepek.

“Biasanya pembeli dari luar kota. Kalau orang Ponorogo sudah paham. Ada yang tetap menarik lepek, biasanya saya beri pengertian bahwa saya hanya punya satu lepek,” jelas Maya.

Ia pun sempat bercanda tentang saran dari pelanggan untuk menyediakan lepek tambahan.

Baca juga:
Ponorogo Diguyur Hujan Deras, Pohon Beringin Tumbang

“Kalau saya menyediakan banyak lepek, cucian saya jadi lebih banyak,” ujar Maya sambil tertawa.

Maya berjualan dari pukul 08.30 hingga 15.00 WIB setiap hari, dan dalam sehari ia bisa menjual lebih dari 100 mangkuk Dawet Jabung. Ketika cuaca panas, pengunjung biasanya jauh lebih ramai. Satu mangkuk Dawet Jabung dijual dengan harga Rp 5.000.

Mitos dan tradisi yang menyertai Dawet Jabung ini menambah daya tarik kuliner khas Ponorogo, yang tidak hanya memanjakan lidah tetapi juga menawarkan pengalaman unik bagi para pembelinya.