jatimnow.com - Eko Budi Cahyono alias Ayok waga Desa Lengkong, Kecamatan Mumbulsari, Jember, sukses menjadi peternak burung. Bahkan ia bisa membawa istri dan kedua anaknya umroh.
Pengakuan Ayok, awalnya profesi peternak burung mendapat protes dan penolakan oleh keluarga serta saudaranya.
"Karena cuma burung saja, ke lomba (burung) gitu. Setelah saya kembangkan dan dicoba untuk ternak lalu berbalik jadi mendukung semua," kata Ayok saat ditemui di rumahnya, Kamis (26/9/2024).
Ada berbagai macam jenis burung yang ditembaknya, mulai burung Cucak Rowo, Poksay, Wangge, Murai, Kacer, Kenari, Cendet dan sebagainya.
"Kalau Cendet yang terbaru, jenis blangkon sembur dan saya jodohkan dengan yang songkok. Biasanya kalau keistimewaan tergantung burungnya," sebutnya.
Ayok menyatakan, memulai beternak burung sejak tahun 2012. Saat itu masih minim sekali peternak burung di Jember.
Diterangkan, induk burung bertelur hingga berumur 6 atau 7 bulanan, bisa untuk dijual. Biasanya burung yang dijualnya untuk lomba, biasanya yang dibutuhkan, power, speed, sama materi serta gayanya.
"Kalau harga tergantung kualitas, kalau Cendet ada yang terjual 9 juta, 11 juta dan yang materinya bagus. Ada juga yang harganya 2,5 juta, 3 juta juga ada," bebernya.
Baca juga:
Gus Fawait Beri Motivasi Wisudawan STIA Pembangunan Jember: Buktikan Dirimu!
Burung yang terjual dari berbagai jenis setiap bulan sekitar 50 - 60 ekor. Kalau dirupiahkan ia mendapatkan untung bersih setiap bulan sekitar Rp10 jutaan rupiah dan bahkan lebih.
Dengan sukses beternak burung, lalu Ayok berinisiatif mengajak istri dan kedua anaknya yang berumur 11 tahun dan 6 tahun menjalan ibadah umroh ke Tanah Suci Mekkah.
"Iya, benar alhamdulillah, saya bersama istri dan dua putra saya bisa umroh dua tahun kemarin, pada tahun 2022," ungkapnya.
Sebagai seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) di salah satu Puskesmas di Bondowoso, usai salat subuh dia setiap pagi rutin memberikan atau merawat burung ternaknya.
Baca juga:
90 Persen Wisudawan STIA Pembangunan Jember Didukung Beasiswa Pemerintah Pusat
"Setelah itu saya berangkat kerja. Kalau memberi makannya sehari hanya sekali. Kalau beternak 4 tahap yang dilalui, pertama perjodohan, proses bertelur, telur tidak mau menetas dan mengeloloh anaknya," terangnya.
Selain pecinta burung dari Jember, juga banyak pembeli burung dari luar kota, seperti Surabaya, Jakarta, dan kota lainnya.
"Bahkan waktu saya di hotel Mekkah menjalankan ibadah umroh, pernah ada pembeli yang mau ke rumah. Lalu saya telepon pembantu saya untuk melayani," ungkapnya.