jatimnow.com - Pada 4 Desember 2021, setiap embusan nafas terasa begitu sangat berharga bagi masyarakat lereng Gunung Semeru. Menderu lebih cepat di ujung hidung menembus paru-paru. Berkejaran dengan erupsi muntahan Gunung Semeru yang mitosnya akibat dua naga gaib yang murka.
Warga yang hidup di kawasan zona merah Gunung Semeru pasti tak akan melupakan tragedi seram yang banyak memakan korban. Ganasnya Awan Panas Guguran (APG), semburan lava pijar, gempa vulkanik, hingga banjir lahar yang melenyapkan kampung halaman adalah memori yang tak ingin terulang.
Berdasar data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lumajang, 5.205 rumah dan ratusan bangunan umum rusak. 51 orang meninggal dunia dan 22 korban hilang.
Salah satu bocah di pengungsian korban erupsi Gunung Semeru. (Foto: dok. jatimnow.com)
Kisah itu akan tetap abadi. Berangsur menjadi dongeng untuk anak-cucu. Kini, korban erupsi Semeru telah memulai hidup baru. Menjalani rutinitas di rumah petak berukuran 6x6 yang seragam dari ujung ke ujung.
Rumah-rumah tersebut merupakan hunian tetap (Huntap) sebanyak 1.951 unit. Semua telah dilengkapi perabotan, pipa saluran air, listrik dan fasilitas lainnya. Kawasan yang disebut aman itu, memiliki rambu-rambu evakuasi di setiap jalannya.
Dibangun oleh Kementerian Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat (PUPR). Diberi nama Bumi Semeru Damai (BSD), di Desa Sumbermujur, Candipuro, Lumajang bagi korban erupsi Semeru yang kehilangan tempat tinggal.
Lokasi ini dipilih lantaran tidak masuk dalam zona merah Gunung Semeru. Meski ketinggiannya yang mencapai 1.478 meter di atas permukaan laut (MDPL), lebih dekat dengan puncak gunung.
"Dulu ada beberapa alternatif, di Kecamatan Pronojiwo dan Candipuro. Setelah melalui proses survei oleh tim, yang paling cocok di Desa Sumbermujur," jelas Kepala Pelaksana BPBD Lumajang Patria Dwi Hastiadi, Selasa (17/9/2024).
Selain itu, Huntap Sumbermujur juga sudah didesain aman dari bencana. Bangunan rumahnya diklaim antigempa, komponen penunjang untuk mitigasi bencana juga telah terpasang. Seperti rambu-rambu dan kentongan di beberapa titik. Kentongan dipilih untuk memanfaatkan kearifan lokal menjadi salah satu alarm saat terjadi peristiwa genting.
Kami, rombongan jurnalis Pokja Grahadi, Pemprov Jatim berkesempatan untuk menyapa para korban erupsi Semeru itu, Selasa siang. Lokasinya di bekas lahan Cengkeh dan Kopi seluas 82 hektare, kawasan lereng gunung tertinggi di Pulau Jawa.
Siang itu matahari sedang terik. Sinarnya bagai cakar-cakar yang melintas di sela ranting dan daun pohon pinus. Panas yang membuat mamang. Namun, embusan angin dan sejuknya hawa pegunungan lebih tegas mendorong kami turun dari kendaraan untuk menyapa warga.
Perlahan, kami berjalan kaki, sepanjang jalan tak jarang kami saling mengangguk dengan warga. Mereka pun membalas dengan senyum. Satu per satu kami melintasi Huntap yang telah termodifikasi menjadi rumah jahit, warung bakso, hingga toko kelontong. Perkonomian warga nampaknya sudah menggeliat.
Semangat Gotong Royong
Erupsi Semeru berkali-kali memaksa warga Lumajang mengungsi ke tempat aman. Pemerintah menegaskan jarak 17 kilometer dari lereng gunung wajib dikosongkan.
12 titik pengungsian pun disiapkan. Diantaranya SDN 4 Supiturang sebanyak 266 jiwa, Masjid Supiturang sebanyak 70 orang, Masjid Nurul Jadid Pronojiwo 70 orang, Balai Desa Oro-Oro Ombo sebanyak 217 jiwa, dan SMPN 2 Pronojiwo 100 orang.
Lalu, SDN 2 Sumberurip sebanyak 119 jiwa, Balai Desa Sumberurip sebanyak 228 jiwa, Balai Desa Penanggal sebanyak 131 jiwa, Pos Gunung Sawur, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro 52 jiwa, Balai Desa Pasirian sebanyak 216 jiwa.
Serta, Lapangan Candipuro sebanyak 150 jiwa dan Kantor Kecamatan Candipuro sebanyak 600 jiwa. Dari 12 titik tersebut total pengungsi terhitung mencapai 2.219 jiwa.
Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) cukup berperan aktif dalam penanganan bencana Semeru saat itu. Selain instansi di lingkungan Pemprov seperti BPBD Jatim dan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) lainnya, turut terlibat tim kemanusiaan dan pecinta hewan membaur dalam misi penyelamatan.
Tak kalah sigap, ketika erupsi Semeru 4 Desember 2021, Gubernur Jawa Timur (Jatim) yang saat itu dijabat Khofifah Indar Parawansa lantang menugasi bupati dan wali kota se-Jatim ikut membantu Pemkab Lumajang menangani warga terdampak letusan.
"Insya Allah bupati dan wali kota serta jajaran TNI, Polri, BNPB, SAR bergotong royong membantu masyarakat Lumajang," ujar Khofifah, pada 5 Desember 2021, sehari usai letusan dahsyat diiringi Wedus Gembel mengepung langit Lumajang.
Keputusan itu diambil karena dampak berat dari erupsi. Keadaan semakin mencekam, pengungsi makin bertambah. Gubernur perempuan pertama itu membuat keputusan. Ia memindahkan ruang kerjanya ke Lumajang. Tujuannya agar penanganan bencana dilakukan secara tepat dan cepat.
Khofifah Indar Parawansa di lokasi bencana. (Foto: dok. jatimnow.com)
Keputusan itu diambil Khofifah usai melihat luasnya dampak erupsi Gunung Semeru saat itu. Mulai Kecamatan Candipuro, ada Dusun Kampung Renteng, Dusun Kamar Kajang yang lokasinya tak sampai 5 kilometer dari Semeru.
Lalu juga Desa Sumber Mujur, Desa Sumberwuluh, Desa Penanggal dan Desa Sumber Rejo. Sedangkan di Kecamatan Pronojiwo, desa terdampak adalah Desa Supiturang, Sumber Urip dan Oro-oro Ombo.
Di 3 desa tersebut, sejumlah rumah warga tertimbun material vulkanik gunung api. Selain itu, akses jalan dari pusat pemerintahan dan perekonomian Lumajang ke Kecamatan Pronojiwo juga terputus akibat ambruknya Jembatan Gladak Perak.
"Seluruh pekerjaan saya kerjakan dari Lumajang. Beberapa agenda saya minta Pak Wagub mewakili. Penanganan bencana GAP Semeru ini menjadi prioritas utama. Utamanya search and rescue (pencarian dan penyelamatan). Termasuk yang berkenaan dengan kebutuhan para pengungsi, semua di bawah koordinasi BNPB, Pemprov Jatim dan Pemkab Lumajang akan memaksimalkan layanan masyarakat terdampak bencana," ungkap Khofifah.
"Saya ingin memastikan konsolidasi data dan koordinasi pencarian, penyelamatan, evakuasi dan penanganan pengungsi berjalan efektif dan semoga tidak ada yang terlewat. Semua kebutuhan dasar warga kita ihtiarkan agar tersedia. Makanan, minuman, pakaian, obat-obatan sebisa mungkin terpenuhi," beber dia.
Hari berlanjut pada pencarian korban. Dentuman Semeru pun mereda. Namun, pemerintah masih belum menurunkan levelnya dari status awas. Warga yang selamat di pengungsian mulai cemas dengan keberadaan keluarganya yang dinyatakan hilang.
Polri pun turun tangan. Di bawah komando Tim SAR dan BPBD Jatim sebagai pengelola titik evakuasi dan BNPB sebagai pemberi instruksi perencanaan tahap darurat, pencarian dimulai bersama dengan seluruh relawan.
Anjing K-9 milik Direktorat Samapta (Ditsamapta) Polda Jatim dikerahkan. Mereka adalah jagoan polisi dalam hal investigasi dan pencarian orang dengan segala keterampilannya.
Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Pol Gatot Repli Handoko mengatakan, pihaknya menerjunkan 12 anjing K-9. Terbagi menjadi 6 kelompok. Masing-masing kelompok dua anjing, ditemani petugas bersama tim gabungan.
"Anjing K-9 ini diterjunkan khusus untuk mencari keberadaan korban erupsi Gunung Semeru," ucap Gatot.
Siswa SDN Mangunharjo 6 Kota Probolinggo. (Foto: dok. jatimnow.com)
Empati pada korban erupsi Semeru juga datang dari kalangan pelajar Sekolah Dasar Negeri (SDN) Mangunharjo 6 Kota Probolinggo.
Mereka menggelar lelang karya lukisan dan puisi untuk korban erupsi Gunung Semeru, Rabu 15 Desember 2021. Lelang digelar secara terbuka di sekolah yang beralamat di Jalan Basuki Rahmad No 22, Probolinggo.
Karya dipilih tiga terbaik dari masing-masing kelas yang ada di sekolah tersebut. Kepala SDN Mangunharjo 6 Rina Hidayati Ningsih mengatakan, kegiatan lelang karya merupakan original hasil dari para peserta didik.
"Kegiatan membuat karya seni ini dimulai hari Jumat dengan melakukan sketsa dan Sabtunya dilakukan pewarnaan. Jadi pengerjaannya dilakukan di sekolah," ujarnya.
Kegiatan ini sekaligus untuk mendorong siswa agar terasah kemampuan seninya dan bisa memberikan nilai-nilai positif pada anak di bidang sosial.
"Harga tertinggi hasil karya pelajar dihargai Rp100 ribu rupiah dan sudah terkumpul dana bantuan sukarela dari wali murid untuk korban erupsi Semeru, sebanyak Rp4,3 juta dan akan kita salurkan langsung ke warga terdampak erupsi Gunung Semeru," jelasnya saat itu.
Salah seorang siswa Zaki Naufal mengaku senang karyanya bisa dilelang untuk kepentingan sosial. Zaki menyebut karyanya dilelang seharga Rp20 ribu.
"Ini karya lukisan saya buat dan dilelang untuk bantu korban erupsi Semeru. Tadi dibeli langsung oleh orang tua saya," ucap Zaki.
Sementara Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Probolinggo Agus Litanta mengapresiasi upaya yang dilakukan siswa-siswi SDN Mangunharjo 6.
"Sangat kreatif menjual dan melelang karya seninya. Karena karyanya memiliki nilai ekonomis untuk membantu para korban erupsi Gunung Semeru," jelasnya.
"Ini sangat unik, selain berkarya hasilnya dijual dan disumbangkan pada saudara-saudara yang tertimpa musibah erupsi Semeru," pungkas Agus Litanta.
Hidup Baru di Huntap Bumi Semeru Damai
Baca juga:
Erupsi Gunung Semeru di Lumajang Kembali Terjadi, 8 Kali dalam 6 Jam
Kehidupan penghuni Huntap telah memasuki babak baru. Mulanya memang mereka tak saling kenal. Maklum, memang dari latar belakang yang berbeda. Bahkan cukup jauh dari tempat tinggal asal.
Ya, penghuni Huntap ini adalah para korban erupsi Semeru dari dua kecamatan, 2 desa, dan 7 dusun, yang berbeda.
Rinciannya, dari Kecamatan Candipuro ada Desa Sumberwuluh, terdiri Dusun Kebondeli Selatan, Kebondeli Utara, Kajar Kuning dan Kamar Kajang. Sedangkan Kecamatan Pronojiwo, ada Desa Supiturang, terdiri dari Dusun Gumukmas, Curah Kobokan dan Sumbersari.
Namun warga Curah Kobokan dan Kajar Kuning mendominasi, karena menjadi wilayah rusak terparah.
Huntap Bumi Semeru Damai. (Foto: Ni'am Kurniawan/jatimnow.com)
Kini mereka telah bergotong royong memulai hidup baru. Bertukar pekerjaan, saling membahu menjadi petani, atau pun bisnis kecil-kecilan di sisa petak Huntap yang mereka tempati.
Mahfud (70) salah satunya, seorang kakek yang memilih membuka toko kelontong di sudut petak huntap BSD blok E-61. Mahfud menamainya toko serba ada.
"Ada rokok, sabun, bumbu dapur, sabun, ya kebutuhan biasa. Kalau ini tembakau asli sini, asli Lumajang," ucap Mahfud.
Bersama Misnah (69) istrinya, dan kedua cucu Muhammad Firmansyah (18) dan Raisa (4). Mahfud menjalani hari-hari baru di sana.
Berdagang diakui Mahfud sebagai pekerjaan baru. Hal itu ia lakoni sembari beribadah dan zikir mengharapkan erupsi Semeru kemarin tak kembali lagi.
Di kampung halamannya dulu, Curah Kobokan, Mahfud adalah seorang petani. Ia memiliki tiga petak sawah, yang cukup subur dan hasil panen yang lumayan. Kini, sawah itu lenyap tersapu lahar dingin.
"Sudah tua gak berani bertani. Kalau meletus malah bingung," imbuh Mahfud, sembari mengulurkan uang kembalian rokok kami.
Meskipun tak semahir bertani, Mahfud cukup bersyukur dengan pekerjaannya sekarang.
Baginya penghasilan dari toko kelontong Rp250-300 ribu masih bisa membuat dapur tetap mengepul setiap harinya, sembari menikmati usia senja bersama istri dan kedua cucu dari putranya yang bekerja di Lumajang (kota).
Kepala Desa Sumbermujur, Yayuk Sri Rahayu juga mengungkapkan, Mahfud adalah satu dari ratusan kepala keluarga yang tinggal di Huntap. Warganya itu tergolong masyarakat yang mandiri.
Tergambar dari minat mereka dalam kreatifitas membangun peningkatan ekonomi masing-masing. Mereka juga aktif untuk mengikuti pelatihan hingga kegiatan keagamaan.
"Aktif, ibu-ibu, bapak-bapaknya juga aktif. Ada macam-macam di sini, bahkan setiap blok itu pasti ada yang berwirausaha," ucap Yayuk.
Tanggap Bencana Menyambung Asa
Dinas Pekerjaan Umum (PU) Bina Marga Provinsi Jawa Timur berhasil membangun kembali Jembatan Mujur II atau Bailey, di Kecamatan Candipuro, Lumajang.
Jembatan ini kembali diresmikan oleh Pj Gubernur Jatim Adhy Karyono pada 6 Juni 2024 setelah putus karena diterjang muntahan lahar dingin Semeru pada 18 April 2024.
Tak butuh waktu lama, jembatan yang sempat diresmikan Gubernur Jatim sebelumnya Khofifah Indar Parawansa pada 20 September 2023, itu kembali berdiri kokoh dengan estimasi kekuatan usia sampai 50 tahun.
Tersambungnya Jembatan Mujur II atau Bailey, sekaligus menjadi jalur utama dua desa, antara Desa Kloposawit dan Tumpeng. Asa yang sempat luluh pun kini bangkit kembali menyongsong hari-hari berseri.
Jembatan alternatif Lumajang-Malang ini cukup penting sebagai penunjang ekonomi warga di dua kabupaten tersebut.
Baca juga:
Waspada! Gunung Semeru di Lumajang Erupsi 7 Kali dalam 6 Jam Terakhir
Jembatan Mujur II. (Foto: Ni'am Kurniawan/jatimnow.com)
"Ini berkat kerja sama yang baik juga. Dari Forkopimda, dari pengamanan, dari PU juga, terima kasih. Ini kami betul-betul bekerja dengan berkejaran waktu," ucap Adhy Karyono.
Dalam waktu dekat Huntap BSD di Desa Sumbermujur akan ditunjuk sebagai laboratorium kebencanaan. Early Warning System (EWS) berupa alat peringatan dini akan segera dipasang di kawasan itu, sebagai penunjang laboratorium kebencanaan yang akan dicanangkan.
Plt Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Jatim Dadang Iqwandy menyebut pihaknya bakal membantu dalam pembentukan laboratorium tersebut. Seperti mengirim petugas untuk memberikan pelatihan mitigasi dan pengawasan, sekaligus penilaian, agar segera mewujudkan Desa Tangguh Bencana (Destana).
Selama 2024 ini ada sebanyak 70 Destana baru yang dibentuk Jatim. Jumlah itu meningkat dibandingkan tahun 2023 yang hanya sebanyak 30 Destana. Hingga Mei 2024, total ada sebanyak 1.729 Destana di Jatim.
Tahun 2023 lalu terbentuk 1.659 Destana. Destana ini sangat penting. Karena, dari jumlah 8.504 desa dan kelurahan di Jatim, yang masuk kategori rawan bencana cukup tinggi, yakni sebanyak 2.742 desa.
"Destana ini membantu penanganan jika terjadi bencana, karena masyarakat yang ada di dalam desa tersebut minimal bisa mandiri melakukan mitigasi dan pertolongan dini jika terjadi bencana alam atau non-alam di sekitar tempat tinggalnya," kata Dadang.
Untuk menjadi Destana yang benar-benar tangguh, Pemprov Jatim akan ambil bagian memastikan seluruh infrastruktur di sekitarnya mumpuni.
Seperti perbaikan ekspres yang dilakukan ketika Jembatan Mujur II Kloposawit dan Tanggul Sungai Mujur yang jebol akibat terjangan lahar dingin Semeru pada 18 April 2024.
Mitos Amukan Naga Gaib
Erupsi Gunung Semeru terjadi di tanggal dan bulan yang sama, yaitu 4 Desember 2021 dan 2022. Fenomena ini entah kebetulan atau memang terkait mitos gaib yang beredar.
Konon, erupsi Semeru disebabkan amukan dua naga gaib yang menjadi penunggu di gunung tertinggi di Pulau Jawa itu.
"Semeru ini memiliki dua penjaga bersosok naga. Satu berwarna putih dan satu berwarna keemasan," ujar ahli supranatural, Bintang Timur Diponegoro.
Keturunan keenam Pangeran Diponegoro ini menjelaskan, dua sosok naga ini memiliki peran masing-masing, satu sebagai penjaga alam dan satunya gunung-gunung di tanah Jawa.
"Sosok naga putih melambangkan alam semesta raya, mulai laut, tumbuhan, angin dan lain sebagainya. Sedangkan sosok naga emas menjaga gunung-gunung di tanah Jawa," jelasnya.
Tidak adanya kepedulian manusia terhadap alam dan tergerusnya tradisi-tradisi leluhur, menjadi alasan kuat sosok naga itu mengamuk. Sehingga berakibat fatal dimuntahkannya material isi perut Semeru.
Warga mengungsi saat erupsi Gunung Semeru. (Foto: dok. jatimnow.com)
"Tidak menjaga alam dan melakukan banyak kesalahan-kesalahan. Kalau kita bahasakan Jawa, sudah tidak menghormati adat-istiadat leluhur ini," ungkapnya.
Bintang dalam pesannya menyampaikan, setidaknya warga Semeru bisa saling merawat alam, menghargai, dan menghormati tradisi adat istiadat.
"Menjadi manusia harus bisa saling menghormati, menghargai, dan saling merawat alam. Perilaku sepele seperti membuang sampah, membersihkan sungai dan merawat adat istiadat, jangan sampai diganggu," pungkasnya.
Kejanggalan tersebut, ditengarai saat salah seorang pengungsi yang kesurupan pada Minggu 4 Desember 2022 lalu.
Kekuatan gaib memasuki tubuh seorang wanita. Sosok gaib itu memberikan peringatan tentang sikap warga yang sombong, setelah diberi bencana erupsi pada akhir 2021.
"Elingo menungso, sik setahun dikei peringatan, gak eling kabeh, sombong kabeh. (ingat manusia, baru satu tahun dikasih peringatan, nggak ingat, sombong semua)," ucap wanita itu dalam sebuah video yang diterima jatimnow.com.
URL : https://jatimnow.com/baca-72045-gotong-royong-pulihkan-dampak-amukan-mitos-naga-gaib-semeru