Pixel Code jatimnow.com

Buntut Kekerasan Siswa, Penjelasan Kadispendik Jatim di Medsos Aneh

  Reporter : Erwin Yohanes Farizal Tito
Halaman muka facebook milik Saiful Raachman
Halaman muka facebook milik Saiful Raachman

jatimnow.com - Kepala Dinas Pendidikan (Kedispendik) Jawa Timur Saiful Rachman diminta tidak bikin gaduh setelah kasus kekerasan siswa oleh kepala sekolah terjadi di SMKN 1 Surabaya.

Gubernur Soekarwo juga meminta Saiful Rachman tidak memperpanjang polemik di media sosial dengan menutup akun Twitter dan WhatssApp.

Mengapa Pakde Karwo minta Saiful Rachman tidak gaduh?

Dari penelusuran, akun facebook Saiful Rachman pada 26 September 2018 memuat status panjang tentang kejadian di SMKN 1 Surabaya.

Yang ditulis Saiful Rachman tersebut kontroversial. Ia menyangkal adanya siswa yang di jambak.

"Adanya siswa lainya dijambak atau dipukul, dari penjelasan tidak terjadi adanya prilaku itu", tulis Saiful Rachman.

Kemudian penjelasan Saiful Rachman yang bertolak belakang dengan fakta ada ia menyebut anak-anak keluar kelas saat ujian berlangsung, kemudian ditegur kepala sekolah.

"Kepala Sekolah memang menegur karena saat ujian berlangsung mereka sudah keluar kelas lebih dulu dan membuat gaduh yang bisa menanggu siswa lain", terangnya.

Penjelasan Saiful Rachman ini tentu akan memperpanjang masalah. Sebab Kepala Sekolah SMKN 1 Bahrun disaksikan Kapolsek Wokokromo Kompol Rendy Surya dan ketiga siswa yang jadi korban sudah mengakui perbuatannya dan minta maaf, bahkan menandatangani pernyataan bermaterai.

 

 

"Semua saat itu dengar jika mereka keluar kelas karena diminta guru. Yang sudah menyelesaikan bisa keluar kelas, tanya dong gurunya saat itu. Pak Saiful Rachman jangan ngawur," tegas Budi Sugiharto, orangtua RA yang kena tampar, Sabtu (29/9/2018). RA ini adalah siswa inklusi.

Selain itu, korban siswa yang dijambak itu bukan fiktif. Siswa yang dijambak dan dicubit dadanya ada ZA. Dia juga memberikan pernyataan di depan Bahrun dan kepolisian.

Baca juga:
Laskar Kamil Gelar Deklarasi Pemenangan Khofifah - Emil di Pasuruan

"Jadi aneh juga pernyataan Kadispendik Saiful Rachman ini. Coba deh, bapak konfirmasi ke Kapolsek Wokokromo Kompol Rendy Surya yang jadi saksi. Itu saksinya polisi lho pak, mosok sampean meragukan," kata Budi.

Baca Juga:

Untuk mengetahui jelas isi penjelasan Saiful Rachman di Facebook yang sampulnya dipajang foto Saiful Rachman saat bersama Kepala Sekolah SMKN 1 Surabaya Bahrun, inilah lengkapnya:

Assalamulaikum Wr. Wb. Hari ini viral di sosial media serta banyaknya WA dan Telpon ke saya terkait kabar Kepala Sekolah SMKN 1 Surabaya menampar seorang siswa inklusi.

Sebagai Kepala Dinas saya sudah memanggil kepala sekolah didampingi Kacab Pendidikan Surabaya. Untuk mendengarkna klarifikasi kasus itu.
Prinsipnya bahwa peristiwa itu memang terjadi, namun tidak dramatis sebagaimana diberitakan.

Tamparan itu bukan tamparan yang ada unsur sengaja mencelakan, melainkan bentuk penegakkan displin, dan tidak ada maksud mencederai siswa. Adanya siswa lainya dijambak atau dipukul, dari penjelasan tidak terjadi adanya prilaku itu.

Kepala Sekolah memang menegur karena saat ujian berlangsung mereka sudah keluar kelas lebih dulu dan membuat gaduh yang bisa menanggu siswa lain.

Bahkan, ketika hasil ujian diperiksa ternyata mereka tidak menyelesaikan soal soal ujian secara keseluruhan. Padahal, yang dibutuhkan adalah nilai maksimal.

Baca juga:
Reses Pertama Ning Ais di Surabaya, Disambati Biaya Pendidikan SMA Mahal

Sehingga kepala sekolah menegur dan mengingatkan sebagai bentuk penegakan disiplin. Setelah saya mendengar itu, saya minta agar diselesaikan secepatnya.

Dan pihak kepala sekolah sudah menyampaikan permintaan maaf dan mengaku salah. Saya sudah minta kepada yang bersangkutan untuk menyelesaikan secara kekeluargaan.

Sebab, apapun tindakan akan berdampak persepsi negatif apalagi mereka yang tidak tahu peristiwa yang sebenarnya. Dan, Insya Allah sudah tuntas.
Terhadap keinginan bahwa kepala sekolah harus mundur. Saya perlu tegaskan bahwa itu domain Dinas Pendidikan. Sebab, Dindik memiliki paramater tersendiri dalam menilai kesalahan seorang guru atau kepala sekolah. Jadi, menuntut mundur bukan solusi.

Semoga ini menjadi pelajaran berharga bagi semua guru di Jatim. Ambil hikamhnay untuk tetap hati hati dalam bertindak. Guru adalah membina dan mendidikan.

Mudah mudahan dengan penjelasan ini masyarakat memahami. Dan mari sama sama menjadikan Pendidikan di Jatim semakin berkualitas. Terima Kasih Mohon Maaf. Wassalamualaikum Wr. Wb.