jatimnow.com - Melepas stigma kampung idiot untuk Desa Karangpatihan, Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo bisa jadi cukup sulit. Namun, kini sedikit demi sedikit stigma tersebut malah menjadi berkah tersendiri bagi warganya.
Sebab, penyandang disabilitas yang ada di Desa Karangpatihan tersebut kini malah menghasilkan banyak karya. Salah satunya yang disebut dengan batik ciprat.
jatimnow.com pun berkesempatan menilik pembuatan batik ciprat karya penyandang disabilitas di Rumah Harapan, Selasa (2/10/2018), bertepatan dengan hari batik nasional.
Tepat di depan Rumah Harapan, sudah tersedia selembar kain polos. Terlihat, seorang wanita sibuk menciprat-cipratkan (memercik-mercikkan) cat atau pewarna kain menggunakan kuas.
Setelah didekati, ia menjawab dengan bahasa isyarat, bahwa namanya Boini. Lalu, ia berlanjut mengerjakan batik cipratnya.
"Ya memang begitu. Harus diawasi terus menerus. Tapi batik ciprat ini tentu hasil karya asli Tunagrahita di Desa Karangpatihan," kata pendamping, Setyo Budi.
Selain Boini, ada Tukijo yang juga membuat batik ciprat. Agak sedikit berbeda, Tukijo lebih telaten. Terlihat Tukijo memberi malam pada gambar yang diciptakan.
Baca juga:
Mas Dhito Beri Alat Bantu Mobilitas, Bangkitkan Semangat Disabilitas di Kediri
Sementara, Kepala Desa Karangpatihan, Eko Mulyadi menjelaskan, pembuatan batik ciprat ini merupakan program dari Kementerian Sosial. Saat itu Kemensos ingin memberdayakan masyarakat penyandang disabilitas.
"Tujuannya ingin memperbaiki taraf hidup. Melalui Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Grahita, Temanggung, Jateng selama satu tahun di Desa Karangpatihan, didapatkan produk batik ciprat yang dibuat di Rumah Harapan, pusat latihan kerja," bebernya.
Uniknya, batik ciprat karya warganya ini bisa dipastikan hasilnya akan berbeda antara satu kain dengan yang lainnya. Sebab, diproduksi secara manual bukan cetakan. Bahkan jika ada pemesan hanya ada satu lembar pun juga dikerjakan.
Untuk satu lembar kain batik ukuran 2,15x1,15 meter dihargai Rp 150-200 ribu, tergantung kesulitan motif. "Kami juga bisa melayani motif yang diinginkan, nanti ada pendamping yang mengarahkan motif," tegasnya.
Baca juga:
Terduga Pelaku Persetubuhan Anak Difabel di Surabaya Menyerahkan Diri
Sementara konsumen batik ciprat ini datang dari berbagai daerah seperti Jakarta, Kalimantan bahkan luar negeri. "Tiap bulan selalu ada pemesan, kadang 50 lembar kadang 35 lembar kain'" ujarnya.
Saat ini, total ada 98 warga penyandang disabilitas yang dibina. Selain membuat batik ciprat, mereka juga bisa membuat keset, tasbih bahkan ada pula yang beternak lele, ayam, dan kambing.