jatimnow.com - Dinas Pangan dan Pertanian (Dispaperta) Sidoarjo mengungkapkan sebagian besar daging yang dijual di pasar Sidoarjo merupakan daging gelonggongan berdasarkan survei yang dilakukan di 5 pasar besar.
Kabid Produksi Peternakan Dispaperta Sidoarjo, Tony Hartono mengatakan, survei di 5 pasar besar Sidoarjo, yakni Krian, Larangan, Gedangan, Porong dan Taman dilakukan dengan mengambil sampel daging. Hasilnya, 88 persen merupakan daging gelonggongan.
Ia menjelaskan daging gelonggongan berarti berasal dari sapi yang diberi minum secara berlebihan sebelum disembelih untuk menambah berat daging agar pedagang mendapatkan keuntungan lebih besar.
"Praktik ini membuat kualitas daging menurun, karena protein ikut larut bersama air yang keluar. Selain itu, daging gelonggongan lebih cepat busuk dan memiliki risiko kesehatan bagi konsumen, terutama jika air yang digunakan tidak higienis," ucapnya saat dikonfirmasi jatimnow.com, Rabu (5/2/2025).
Ia melanjutkan, pemotongan sapi gelonggongan sulit diawasi karena penyembelihan sering dilakukan di luar daerah seperti di wilayah Gresik.
"Saat Dispaperta melakukan sidak ke tumah pemotongan hewan (TPH), sering tidak menemukan aktivitas pemotongan sapi gelonggongan, tapi setelah sidak selesai, praktik tersebut kembali dilakukan secara diam-diam," terang Tony.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, lanjutnya, pemerintah berusaha mengubah pola pikir masyarakat dengan melakukan edukasi langsung, yaitu dengan memberi pemahaman kepada konsumen di pasar tentang bahaya daging sapi gelonggongan dan bagaimana cara memilih daging yang berkualitas.
Baca juga:
Waspada! Daging Gelonggongan Masuk Surabaya, Ini Bahayanya untuk Kesehatan
"Selain itu, pemerintah juga memperketat regulasi terkait produk hewan. Sebagaimana, kebijakan kewajiban sertifikasi halal yang sudah diteken pada 17 Oktober 2024 dimana pemerintah mempunyai regulasi, untuk produk-produk hewan saat ini harus mempunyai Nomor Kontrol Veteriner (NKV). Itu merupakan syarat, daging harus dapat dipastikan keamanannya sebelum dipasarkan," tegasnya.
Tony menyarankan, agar konsumen membeli daging dari sumber yang terpercaya, seperti di supermarket yang sudah memenuhi standar kesehatan dan sudah pasti halal karena ada syarat-syarat yang harus dipenuhi.
Saat ini, pihaknya masih berupaya memperkenalkan ciri-ciri daging gelonggongan kepada masyarakat.
Baca juga:
Hewan Potong di RPH Surabaya Langka, Apa Solusinya?
"Salah satu cara membedakannya adalah dengan memperhatikan tekstur daging yang cenderung lebih lembek dan berair dibandingkan daging berkualitas baik," ungkapnya.
Menurutnya, dengan meningkatnya kesadaran masyarakat, ia berharap permintaan terhadap daging berkualitas semakin tinggi.
"Jika konsumen lebih selektif, pedagang pun akan terdorong untuk menjual daging yang sehat dan meninggalkan praktik pemotongan sapi gelonggongan. Tentunya, halal ini penting," pungkasnya.