jatimnow.com - Ramadan adalah bulan yang penuh berkah dan selalu dijalankan dengan cara istimewa oleh umat Muslim. Setiap detik di bulan yang suci ini membawa peluang untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan memperbaiki kualitas hidup.
Salah satu cara istimewa yang biasa dilakukan oleh umat Muslim dalam menyambut Ramadan adalah dengan menghadirkan hidangan yang penuh makna saat berbuka puasa.
Merayakan Keberkahan
Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Sidoarjo, KH M Zainal Abidin, mengungkapkan bahwa bagi dirinya dan keluarganya, Ramadan adalah waktu untuk merayakan keberkahan dengan menyajikan menu istimewa saat berbuka.
Menurutnya, momen berbuka puasa bukan sekadar memenuhi kebutuhan fisik, tetapi juga cara untuk mengungkapkan rasa syukur.
“Ramadan adalah bulan yang istimewa, dan tentu saja, menunya juga harus istimewa. Di keluarga kami, selalu ada kolak, baik kolak kacang hijau, pisang, ketela, atau singkong, yang menjadi pembuka yang menyegarkan, bersama dengan kurma,” ujar KH Zainal.
Selain kolak dan kurma, hidangan lain yang selalu hadir di meja makan keluarga KH Zainal ada masakan khas yang memiliki nilai sentimental dan cita rasa tinggi.
Sebagai seorang yang berasal dari Kediri, menu masakan khas seperti lodeh terong, lodeh tahu tempe, dan sambal tumpang menjadi sajian wajib saat berbuka puasa.
“Karena saya asli Kediri, menu masakan yang selalu ada adalah lodeh terong, lodeh tahu tempe, dan tentunya sambal tumpang. Istri saya membuat sambal tumpang yang rasanya paling enak se-Sidoarjo. Ini jadi hidangan favorit dan khas yang kami nikmati saat Ramadan,” tambahnya.
Jaga Kesehatan dan Jangan sampai Mubazir
KH Zainal juga berbagi sebuah aturan yang unik dalam memasak sambal tumpang. Ia menekankan bahwa sambal tumpang harus dimasak dengan cara yang hati-hati dan tidak boleh lebih dari lima kali memasaknya. Hal ini bukan hanya berkaitan dengan cita rasa, tetapi juga kesehatan.
“Khusus sambal tumpang, tidak boleh lebih dari lima kali memasaknya, karena bahan dasarnya dari tempe yang sudah cukup lama. Ini untuk menjaga kualitas dan kesehatan,” jelasnya.
Menurut KH Zainal, keberadaan kolak dan lodeh dalam hidangan buka puasa memiliki alasan yang saling melengkapi. Kolak dibuat dari santan yang seringkali lebih banyak tersisa setelah memasak lodeh.
Karena itu, ia memanfaatkan kelebihan santan dari masakan lodeh untuk membuat kolak, menjadikannya sebagai hidangan yang sempurna untuk menutup rasa lapar.
Tips Tarawih lebih Nyaman
Lebih jauh, KH Zainal memberikan tips penting untuk berbuka dan sahur yang dapat membantu menjaga kesehatan dan kekuatan selama menjalankan ibadah puasa.
Ia mengingatkan agar tidak langsung mengonsumsi makanan berat saat berbuka puasa.
“Tips yang penting saat puasa, jangan langsung makan makanan berat saat berbuka. Sebaiknya buka puasa dengan kurma atau kolak, diikuti dengan air hangat. Hindari minuman es teh, karena bisa membuat tubuh merasa lemas saat terawih. Sebaiknya makan makanan berat setelah terawih agar lebih nyaman. Jika tidak bisa, makan secukupnya saja. Jangan lupa juga untuk banyak minum air putih, baik setelah berbuka maupun saat sahur,” tuturnya.
Momen Ramadan sebagai Wujud Syukur
Bagi KH Zainal, Ramadan bukan hanya tentang ibadah yang lebih intens, tetapi juga tentang kebersamaan dan rasa syukur. Setiap hidangan yang disajikan di bulan Ramadan memiliki makna lebih dari pada sekadar makanan, melainkan sebagai bentuk berbagi, kebersamaan, dan kepedulian terhadap sesama.
“Ramadan adalah waktu untuk memperbaiki diri, berbagi dengan orang lain, dan merayakan setiap berkah yang diberikan Tuhan. Semoga setiap hidangan yang kami nikmati dapat memberi berkah dan kebahagiaan bagi semua,” pungkasnya.