Pixel Code jatimnow.com

Ramadan Now 2025

Kisah Mualaf di Sidoarjo, Mantap Peluk Islam saat Dengar Azan Maghrib

Editor : Yanuar D   Reporter : Ahaddiini HM
Felisitas Erly Dwi Aryanti saat menunaikan ibadah Umroh. (Foto: Erly for jatimnow.com)
Felisitas Erly Dwi Aryanti saat menunaikan ibadah Umroh. (Foto: Erly for jatimnow.com)

jatimnow.com - Ramadan menjadi perenungan bagi seorang mualaf warga Jaya Maspion Permata Alexandrite Gedangan Sidoarjo, Felisitas Erly Dwi Aryanti (36). Erly belajar menahan hawa nafsu dan segala hal keduniawian.

Erly memeluk Islam sejak 2014 setelah mengucap syahadat di Masjid Agung Surabaya. Hidayah itu datang saat dia mendengar azan Maghrib.

"Hidayah memang tidak ada yang pernah tahu kapan datangnya, saat itu saya dibenturkan oleh beberapa masalah kehidupan. Namun, saat mendengarkan azan Maghrib berkumandang hati terasa tenang," ucapnya kepada jatimnow.com, Kamis (20/3/2025) sore.

"Di saat itulah saya membulatkan tekad bahwa saya harus menjadi mualaf secepatnya dan berikrar dengan membacakan syahadat. Qodarullah setelah saya memeluk Islam, saya lebih tenang dalam bersujud," jelasnya.

Ia merasa seperti terlahir kembali setelah memeluk Islam. Dia juga mendapat pertolongan Allah saat awal menjadi seorang mualaf.

"Saya rasakan menjadi mualaf yang pertama sebelum ikrar dimulai hati ini lebih ke deg-degan karena titik awal baru saya dimulai, saya seperti bayi yang dilahirkan kembali untuk menjadi manusia baru. Saat membacakan kalimat syahadat, atmosfer hati ini lebih tenang dan lebih rindu Allah tanpa mengurangi deraian air mata yang berlinang, mengingat banyaknya kesalahan-kesalahan saya perbuat. Saya benar-benar merasa mendapat pertolongan dari Allah karena dimudahkan dalam berikrar dan diterima menjadi saudara se-Islam di dunia," terang perempuan asli Malang ini.

Saat ini, menurut Erly Islam adalah sebuah tujuan hidupnya.

"Kini Islam sebagai tujuan hidup saya untuk beribadah. Perasaan lebih tenang dan lebih mengenal Pencipta yakni Allah SWT menyakinkan saya sebagai hamba yang selalu membutuhkan naungan kasih sayangNya menjadikan saya merasa lebih dekat dan terhubung dengan Allah SWT di setiap keadaan," terangnya.

Erly mengungkapkan beberapa keajaiban yang ia rasakan setelah menjadi mualaf dan menyakini agama Islam lebih dalam.

"Banyak keajaiban yang saya rasakan setelah menjadi mualaf seperti ketika dihadirkan permasalahan yang secara logika tidak dapat terselesaikan, salah satunya ketika orang tua tidak merestui hubungan saya dengan suami  saat itu. Namun, akhirnya justru merestui bahkan mereka berpesan untuk menjadikan agama Islam sebagai rumah yang membawa kedamaian ketenangan. Bagi saya ini adalah miracle yang terjadi dalam hidup, apa yang akan terjadi maka terjadilah kunfayakun, 2016 akhirnya kami menikah," ujarnya.

Sebagai seorang mualaf Erly mempunyai penilaian tersendiri mengenai bulan suci Ramadan yakni sebagai bulan perenungan penuh rahmat dimana penuh ampunan dan melatih kesabaran. 

"Sebagai perenungan, juga nilai dan makna yang terkandung di bulan suci ini mengajarkan kita untuk mengenal kehidupan di dunia secara nyata dan bekal untuk mencapai firdausNya. Melalui Ramadhan saya belajar untuk menahan hawa nafsu, menahan segala hal keduniawian untuk lebih dipasrahkan dan dikembalikan lagi ke Allah," ungkapnya.

Ia berharap bulan Ramadan tahun ini selain sebagai jalan lebih mendekatkan diri dan meningkatkan ketakwaan kepada Allah adalah untuk selalu dipertemukan Ramadan lagi.

"Impian yang selalu saya lantunkan di setiap doa dapat dipertemukan Ramadan di Mekah Madinah, karen sejatinya hidup di dunia kiblatnya mengarah pada ketenangan yang dirindukan," pungkas Erly.