Pixel Code jatimnow.com

60 Jemaah di Tulungagung Gelar Salat Ied, Berpuasa 2 Hari Lebih Awal

Editor : Endang Pergiwati   Reporter : Bramanta Pamungkas
Jemaah Pesantren Al Khoiriyah di Tulungagung menggelar salat Ied. (Foto: Bramanta Pamungkas/jatimnow.com)
Jemaah Pesantren Al Khoiriyah di Tulungagung menggelar salat Ied. (Foto: Bramanta Pamungkas/jatimnow.com)

jatimnow.com - Puluhan anggota jemaah Pesantren Al Khoiriyah di Desa Wates, Kecamatan Sumbergempol, Kabupaten Tulungagung, melaksanakan salat Idul Fitri hari ini. Mereka merayakan Hari Raya Idul Fitri setelah melaksanakan ibadah puasa selama 30 hari.

Anggota jemaah ini juga memulai ibadah puasa 2 hari lebih awal dari ketetapan pemerintah. Mereka memiliki perhitungan tersendiri dalam menjalankan ibadah puasa Ramadan dan Syawal.

Kapolsek Sumbergempol, Iptu Mohammad Anshori mengatakan terdapat sekitar 60 jemaah yang mengikuti pelaksanaan salat Ied ini. Mereka menggelar salat Id di Masjid Nur Muhammad.

Jemaah terdiri dari lingkungan keluarga pesantren dan beberapa santri khusus. Polisi dan TNI melakukan pengamanan selama pelaksanaan salat Id tersebut.

"Pelaksanaan salat Id berlangsung lancar tanpa ada kendala," ujarnya, Sabtu (29/4/2023).

Salat Id sendiri digelar tanpa menggunakan speaker. Jemaah melakukan takbir dengan suara rendah di dalam masjid sebagai tanda awal pelaksanaan Salat Id.

Baca juga:
Timnas Indonesia U-17 Salat Idulfitri bareng KJRI di Jeddah Arab Saudi

Untuk menghormati warga sekitar, mereka juga tidak melakukan open house. Jemaah menunggu penetapan dari pemerintah untuk menggelar kegiatan tersebut.

"Mereka ini memulai puasa dua hari lebih awal dan hari rayanya juga lebih awal," terangnya.

Menurut Anshori, pelaksanaan salat Id lebih awal ini menjadi tradisi bagi jemaah di pesantren tersebut. Mereka diketahui memiliki perhitungan tersendiri untuk menentukan awal bulan Ramadhan serta Syawal.

Baca juga:
Wabup Pasuruan jadi Imam dan Khotib pada Salat Idulfitri di Masjid Cheng Hoo

Meskipun begitu, tidak ada gejolak di masyarakat sekitar. Mereka saling menghormati dan tidak pernah mempermasalahkannya.

"Ini sudah menjadi tradisi sejak dulu dan tidak ada gejolak di masyarakat, yang paling penting menghormati keyakinan masing-masing," pungkasnya.