Pixel Code jatimnow.com

Menelisik Tradisi Merantau dan Semangat Kerja Masyarakat Madura

Editor : Ali Masduki  
Potret perempuan Madura yang bekerja di ladang tembaku. Foto: Ali Masduki/jatimnow.com
Potret perempuan Madura yang bekerja di ladang tembaku. Foto: Ali Masduki/jatimnow.com

jatimnow.com - Ungkapan populer “Madura Menguasai Dunia” belakangan ramai diperbincangkan di media sosial. Mengulas fenomena ini, Dr. La Ode Rabani, SS, MHum, dosen ilmu sejarah Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga (UNAIR) memberikan pandangannya.

Menurutnya, kalimat tersebut bukan sekadar candaan, melainkan memuat akar sejarah dan nilai kultur yang sangat dalam.

“Orang Madura dikenal memiliki etos kerja sangat kuat yang bahkan tidak mudah diintervensi oleh kolonial Belanda di masa lalu,” jelas Dr. La Ode.

Kata dia, secara historis, masyarakat Madura berasal dari daerah yang secara ekologis kurang subur dan tidak berbasis agraris. Hal itu menyebabkan mereka mengembangkan etos kerja luar biasa demi bertahan hidup.

“Madura juga dikenal sebagai etnis maritim, ahli dalam navigasi, pembuatan perahu, dan perdagangan pesisir dengan letak geografis yang strategis di jalur utama perdagangan Nusantara,” tambahnya.

Geografi Madura yang dekat dan terintegrasi dengan pusat ekonomi berkembang di Pulau Jawa, seperti Surabaya dan Probolinggo, membuat orang Madura belajar dan berkembang dari dinamika ekonomi di sekitar.

Dr. La Ode mengungkapkan bahwa orang Madura sudah lama memegang tradisi merantau, baik sebagai tentara, buruh, hingga pekerja misi. Walau hidup di perantauan, mereka tetap menjaga identitas budaya dan bahasa sebagai pengikat emosional yang kuat.

Baca juga:
Viral Bukan Jaminan Kompeten, Stop Pengangkatan Duta Wisata Asal-Asalan!

“Merantau secara berkelompok, mereka menjaga tradisi sekaligus memperkuat solidaritas karena tidak selalu diterima baik di semua daerah,” terangnya.

Kendati demikian, kini orang Madura semakin diterima secara sosial melalui berbagai pernikahan antar etnis dan bahkan mengisi posisi elite dalam birokrasi pemerintahan di berbagai wilayah Indonesia.

Fenomena popular warung 24 jam di Surabaya dan kota-kota lain kerap dikaitkan dengan orang Madura. Dr. La Ode menjelaskan, hal ini merupakan simbol nyata etos kerja masyarakat Madura yang siap bersaing di ekonomi modern.

“Buka warung sepanjang hari dan malam adalah respons atas persaingan ketat ekonomi masa kini. Ini bukan sekadar candaan tapi pesan bagi generasi bangsa: malas membawa kehancuran, sementara kerja keras tanpa henti adalah kunci keberhasilan,” ujarnya.

Baca juga:
Mbediding: Suhu Dingin Menyergap Saat Kemarau, Waspadai Dampaknya!

Menurutnya, fenomena ini juga sejalan dengan aturan agama, karena pembagian waktu kerja dan istirahat dilakukan secara teratur agar dapat memaksimalkan produktivitas dan menjaga keseimbangan hidup.

Itulah orang Madura membawa nilai sejarah, budaya, dan semangat kerja keras yang telah teruji dalam berbagai konteks sosial dan ekonomi Indonesia. Dari sejarah etnis maritim hingga tradisi merantau dan semangat produktivitas, masyarakat Madura memberikan inspirasi yang mampu membangun bangsa.