Pixel Code jatimnow.com

Era AI: SP IMPPI Desak Transisi Adil, Tolak Pekerja Dikorbankan

Editor : Ni'am Kurniawan   Reporter : Ali Masduki
L20 Summit 2025 resmi ditutup hari ini. Foto: SP IMPPI for JatimNow.com
L20 Summit 2025 resmi ditutup hari ini. Foto: SP IMPPI for JatimNow.com

jatimnow.com - L20 Summit 2025 resmi ditutup hari ini dengan catatan penting terkait dampak era digital dan kecerdasan buatan (AI) terhadap dunia kerja. 

Ketua Umum Serikat Pekerja Informal Migran dan Pekerja Profesional Indonesia (SP IMPPI),
William Yani Wea, dalam pidato penutupnya menyuarakan keprihatinan atas nasib jutaan pekerja yang terdampak otomatisasi dan mendesak adanya transisi yang adil.

"Kita berdiri di titik balik sejarah," tegas Willy, sapaan akrab William Yani Wea. 

Ia mengungkapkan realita pahit di Indonesia di mana pekerjaan menghilang akibat otomatisasi. 

"Kasir digantikan mesin, sopir dikendalikan algoritma, dan pekerja kantoran diberhentikan atas nama restrukturisasi digital. Ini bukan inovasi, ini eksploitasi berwajah modern!" serunya.

SP IMPPI menuntut tiga hal utama:  pertama, transisi yang adil.  Setiap pekerja yang terdampak harus mendapatkan dukungan berupa pelatihan ulang, peningkatan keterampilan, dan jaminan pekerjaan baru yang layak.

"Tak seorang pun boleh dikorbankan demi efisiensi," tegas Willy.

Kedua, tata kelola teknologi yang adil.  Willy menekankan perlunya transparansi dan akuntabilitas dalam penggunaan algoritma yang menentukan nasib manusia. 

Baca juga:
Suara Pekerja Informal Indonesia Menggema di L20 Summit Afrika Selatan

"Keadilan tidak bisa diserahkan sepenuhnya pada mesin," tambahnya.  SP IMPPI menyerukan regulasi yang kuat untuk memastikan hal ini.

Ketiga, organisasi pekerja yang inklusif.  SP IMPPI memperjuangkan perlindungan hukum, hak berserikat, dan jaminan sosial bagi semua pekerja, termasuk pekerja gig, pekerja platform, dan freelancer.

"Tidak boleh ada yang tertinggal," tandasnya.

Willy, putra tokoh buruh Jacob Nua Wea,  mengajak pemerintah, institusi, dan perusahaan untuk tidak mengabaikan mereka yang membangun ekonomi. 

Baca juga:
SP IMPPI Apresiasi Aksi Wamenaker Noel Terkait Penahanan Ijazah Karyawan

Digitalisasi, menurutnya, harus diarahkan untuk melayani manusia, bukan menggantikannya. 

"Pekerja bukan barang sekali pakai. Hak bukan pilihan dan keadilan bukan tawar-menawar," tutup Willy dengan lantang, menyerukan solidaritas global dalam menghadapi tantangan ini.