jatimnow.com - Menua bukan sekadar soal rambut memutih dan keriput. Usia senja seringkali diiringi perubahan perilaku, salah satunya peningkatan sensitivitas emosi.
Lansia jadi lebih mudah marah atau sedih, membuat perawatan mereka menjadi tantangan tersendiri bagi keluarga, terutama jika muncul indikasi menyakiti diri atau orang lain.
Dosen Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (UNAIR), dr. Erikavitri Yulianti, menuturkan betapa pentingnya edukasi dan diagnosis tepat untuk menangani sensitivitas pada lansia.
"Kita perlu membedakan apakah sensitivitas ini normal atau indikasi gangguan kejiwaan," tuturnya.
Menurut dr Erikavitri, sensitivitas lansia sering dipicu oleh faktor fisik dan kesehatan yang menurun.
"Lansia merasa kehilangan otonomi atas tubuhnya, mudah frustrasi, dan kemampuan kognitifnya menurun, sehingga kontrol emosi juga ikut terpengaruh," jelasnya.
Ia mengungkapkan bahwa perubahan besar dalam hidup, seperti pensiun, hilangnya rutinitas, dan keterbatasan sosial juga berkontribusi.
"Lansia merasa tidak berdaya jika dibantu, namun diabaikan jika tidak dibantu. Ini tantangan besar bagi keluarga dalam memahami emosi mereka," ungkap dr. Erikavitri.
Lebih lanjut, dr. Erikavitri menunjuk perubahan pola tidur dan efek samping obat sebagai faktor lain.
Baca juga:
Senam Bersama Ratusan Lansia, Mbak Cicha: Supaya Tetap Bugar di Usia Senja
"Kurang tidur dan efek samping obat penyakit degeneratif bisa memicu ketidaknyamanan fisik yang berdampak pada emosi," tambahnya.
Konsekuensi dari sensitivitas yang berlebihan bisa serius. "Risiko cemas dan depresi meningkat, hubungan sosial menurun, dan lansia mungkin mengisolasi diri. Minat terhadap aktivitas harian juga bisa menurun," jelas dr. Erikavitri.
Untuk diagnosis yang tepat, dr Erikavitri menegaskan pentingnya wawancara klinis dan observasi perilaku.
"Komunikasi yang baik sangat penting agar lansia nyaman mengungkapkan perasaannya. Psikiater akan mengamati perubahan pola tidur, nafsu makan, dan aktivitas harian," jelasnya.
"Selanjutnya, penilaian psikometri akan dilakukan untuk menentukan status mental lansia. Terapi bisa dilakukan tanpa obat, namun jika tak efektif, obat bisa diberikan sesuai resep dokter," tambahnya.
Baca juga:
Rumah Terbakar di Bangkalan, Lansia Sebatang Kara jadi Korban
Peran keluarga dalam perawatan lansia sangat krusial dalam memberikan dukungan emosional dan sosial.
"Keluarga perlu mendukung lansia bersosialisasi, menjaga komunikasi, dan meningkatkan kemandirian mereka. Penting juga untuk memantau kesehatan mental lansia," pesan dr. Erikavitri.
Untuk itu dia mengingatkan, keluarga harus bisa membedakan sensitivitas sesekali dengan sensitivitas yang terus-menerus tanpa sebab jelas.
"Jika ada perubahan sikap sosial, insomnia, kehilangan minat, putus asa, atau bahkan halusinasi, segera konsultasikan ke psikiater," tandasnya.
URL : https://jatimnow.com/baca-77897-sensi-di-usia-senja-kenali-sebab-dan-cara-mengatasinya