Pixel Code jatimnow.com

Larangan Roblox, Apa Kata Psikolog? Ini Dampaknya pada Anak

Editor : Ni'am Kurniawan   Reporter : Ali Masduki
Seorang anak bermain Roblox. (Foto: Ilustrasi/superai)
Seorang anak bermain Roblox. (Foto: Ilustrasi/superai)

jatimnow.com - Kebijakan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) melarang permainan Roblox yang mengandung unsur kekerasan menuai beragam reaksi di masyarakat.

Menanggapi hal ini, dua psikolog dari Sekolah Cikal Lebak Bulus, Rut Eli Hadadsha, Psikolog Klinis dan Konselor SD Cikal Lebak Bulus dan Rahma Dianti, Psikolog dan Konselor SMP Cikal Lebak Bulus, memberikan pandangan mereka terkait dampak larangan ini terhadap anak-anak.

Kedua psikolog sepakat bahwa larangan Roblox merupakan upaya untuk melindungi anak-anak dari konten permainan yang tidak sesuai dengan fase tumbuh kembang mereka. Namun, mereka juga menekankan pentingnya pengawasan dan edukasi dari orang tua serta lingkungan sekitar.

Rut Eli Hadadsha menjelaskan bahwa Roblox bukanlah sekadar sebuah game, melainkan platform yang memungkinkan pengguna untuk membuat dan memainkan berbagai game buatan komunitas.

"Roblox itu platform, bukan satu game tunggal. Karena user bisa membuat game sendiri, ada potensi konten kekerasan atau konten yang kurang sesuai. Di sinilah pentingnya peran orang tua dalam mengawasi dan mengontrol konten yang diakses anak," ujarnya.

Senada dengan Rut, Rahma Dianti menambahkan bahwa kekhawatiran terhadap paparan Roblox pada anak-anak sangat beralasan. Pasalnya, Roblox memiliki beragam konten yang berisiko membahayakan anak, seperti kekerasan, konten dewasa, penyalahgunaan privasi, dan interaksi dengan orang asing.

"Roblox mewadahi konten buatan pengguna (user-generated), sehingga tidak semua konten itu sesuai. Bahkan, ada yang bisa berdampak negatif, terutama yang berkaitan dengan kekerasan, konten dewasa, atau interaksi dengan orang yang tidak dikenal," tutur Rahma.

Baca juga:
Sekolah Cikal Raih Penghargaan Riset Inklusi

Psikolog Rut berpendapat bahwa larangan Roblox Kemendikdasmen merupakan langkah awal yang baik untuk melindungi anak-anak dari konten yang tidak sesuai usia.

"Larangan ini bisa menjadi langkah awal untuk melindungi anak dari konten yang tidak sesuai. Tapi, efektivitasnya perlu dipertanyakan, karena paparan kekerasan tidak hanya dari Roblox," ucapnya.

Rahma Dianti juga mendukung pandangan tersebut. Ia menjelaskan bahwa meskipun Roblox memiliki fitur parental control dan privacy setting, fitur-fitur tersebut tidak sepenuhnya menghilangkan potensi risiko yang mungkin dihadapi anak-anak.

"Fitur parental control dan privacy setting memang bisa membantu menyaring konten dan membatasi interaksi dengan orang asing. Tapi, fitur ini tidak menjamin anak-anak akan sepenuhnya aman saat bermain Roblox," imbuhnya.

Baca juga:
Sekolah Cikal Bawa Tarian Tradisional Indonesia Promosikan Budaya di Eropa

Kedua psikolog menegaskan bahwa larangan Roblox hanyalah salah satu bagian dari upaya melindungi anak-anak dari dampak negatif teknologi. Peran orang tua dan lingkungan sekitar sangat penting dalam memberikan edukasi, pengawasan, dan pendampingan yang tepat.

"Larangan ini bukan berarti kita harus menjauhi teknologi sepenuhnya. Tapi, kita harus bijak dalam menggunakan teknologi dan memastikan anak-anak mendapatkan edukasi yang benar tentang risiko dan manfaatnya," pungkas Rut.

Dengan adanya larangan Roblox, diharapkan orang tua dan pihak terkait semakin meningkatkan kesadaran dan upaya perlindungan terhadap anak-anak dari konten negatif di dunia digital.

Menghitung Beban dan Peluang Aset Milik Surabaya
Politik

Menghitung Beban dan Peluang Aset Milik Surabaya

Pemanfaatan BMD telah diatur melalui berbagai perangkat hukum, mulai dari PP No. 27 Tahun 2014 jo PP No. 28 Tahun 2020, Permendagri No. 19 Tahun 2016, hingga Perda Kota Surabaya No. 1 Tahun 2020.