Pixel Code jatimnow.com

Foto: Gaya Ulur Wiji Promosikan Batik Anak Muda

Editor : Tim Jatimnow   Reporter : Ali Masduki
Model mengenakan Outer Kimono dengan motif PADI yang terinspirasi dari tanaman padi, salah satu komoditi andalan batik berasal. Busana didesain cocok untuk anak muda metropilitan yang sibuk bekerja.(Foto: Ali Masduki/JatimNow.com)
Model mengenakan Outer Kimono dengan motif PADI yang terinspirasi dari tanaman padi, salah satu komoditi andalan batik berasal. Busana didesain cocok untuk anak muda metropilitan yang sibuk bekerja.(Foto: Ali Masduki/JatimNow.com)

jatimnow.com - Ulur Wiji, batik yang menyasar anak muda, punya gaya sendiri dalam promosi produk. Batik tulis yang diproduksi di pelosok Mojokerto, tepatnya di Dusun Pandan Toyo, Desa Pandan Krajan, Kecamatan Kemlagi, ini tidak muluk-muluk naik catwalk megah.

Bagi Co Founder Ulur Wiji, Nasta Rofika, promosi akan lebih mengena jika dihadirkan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti yang baru-baru ini Ulur Wiji lakukan. Batik ramah lingkungan dengan pewarnaan alami tersebut diboyong ke Surabaya, yakni di Jalan Tunjungan yang menjadi pusat anak muda berkumpul.

 Model mengenakan Outer Kimono dengan motif PADI yang terinspirasi dari tanaman padi, salah satu komoditi andalan batik berasal. Busana didesain cocok untuk anak muda metropilitan yang sibuk bekerja.(Foto: Ali Masduki/JatimNow.com) Model mengenakan Outer Kimono dengan motif PADI yang terinspirasi dari tanaman padi, salah satu komoditi andalan batik berasal. Busana didesain cocok untuk anak muda metropilitan yang sibuk bekerja.(Foto: Ali Masduki/JatimNow.com)

Nasta Rofika juga tidak ribet soal model. Ia cukup membawa dua perajin batik yang sehari-hari bekerja di workshop Batik Ulur Wiji. Sesampainya di Tunjungan, kedua pegawainya disulap bak model profesional. Perangainya yang polos dan sederhana disulap menjadi model street fashion.

Gaya seperti itu sering disebut juga streetwear atau gaya jalanan, yang populer di kalangan anak muda dan dapat ditemukan di pusat-pusat kota besar seperti Tokyo atau New York, di mana orang biasa mengenakan pakaian seperti model di jalan umum.

Model mengenakan busana batik series symphony yang terinspirasi dari motif kawung dengan tatanan bunga kawung yang unik seperti melodi musik. Busana didesain cocok untuk anak muda metropilitan yang sibuk bekerja. (Foto: Ali Masduki/JatimNow.com)Model mengenakan busana batik series symphony yang terinspirasi dari motif kawung dengan tatanan bunga kawung yang unik seperti melodi musik. Busana didesain cocok untuk anak muda metropilitan yang sibuk bekerja. (Foto: Ali Masduki/JatimNow.com)

Alhasil, beberapa desain batik kontemporer yang mengusung motto "Dari Desa Bisa Berdaya" itupun sukses menyita perhatian. Trotoar pejalan kaki, tempat duduk, zebra cross, hingga kongkow di cafe manjadi lokasi apik untuk memperkenalkan peruntukan outfit anak muda besutan alumni Teknik Lingkutan ITS tersebut.

Dua model nonkrong di cafe. Depan mengenakan batik motif dualism yang terinspirasi dari legenda bawang merah dan bawang putih, menceritakan dua sisi baik dan buruk manusia. Sedangkan yang belakang batik motif bunga taman. (Foto: Ali Masduki/JatimNow.com).Dua model nonkrong di cafe. Depan mengenakan batik motif dualism yang terinspirasi dari legenda bawang merah dan bawang putih, menceritakan dua sisi baik dan buruk manusia. Sedangkan yang belakang batik motif bunga taman. (Foto: Ali Masduki/JatimNow.com).

Baca juga:
Foto: Ulur Wiji, Batik Kontemporer untuk Gaya Hidup Berkelanjutan

Setiap gaya dan motif yang melekat pada model tersirat pesan bagaimana anak muda zaman now punya gaya. Nasta Rofika, mengakui bahwa dirinya sengaja membidik pasar anak muda. Sehingga motif batik disesuaikan agar tidak hanya dipakai pada acara formal, akan tetapi juga bisa dipakai sehari-hari.

"Jadi motif kami sebenarnya motif tradisional yang kita sederhanakan. Selain menghemat tenaga dan bahan, dengan membuat motif sederhana maka harga jual batik terjangkau," ucapnya. Selain digemari oleh anak-anak muda, batik Ulur Wiji sudah merambah ke pasar nasional hingga mancanegara.

Model bersandar di salah satu tiang bangunan cagar budaya dengan mengenakan batik motif angon. (Foto: Ali Masduki/JatimNow.com)Model bersandar di salah satu tiang bangunan cagar budaya dengan mengenakan batik motif angon. (Foto: Ali Masduki/JatimNow.com)

 

Baca juga:
Benih Kebaikan, Batik Ulur Wiji Mewarnai Mimpi Desa

Model berjalan di trotoar mengenakan batik motif teduh batik tulis. Busana ini cocok untuk usia 28-45 tahun. (Foto: Ali Masduki/JatimNow.com)Model berjalan di trotoar mengenakan batik motif teduh batik tulis. Busana ini cocok untuk usia 28-45 tahun. (Foto: Ali Masduki/JatimNow.com)