Pixel Code jatimnow.com

Kekuatan Visual, Warna dalam Gerakan Sosial di Indonesia

Editor : Ni'am Kurniawan   Reporter : Ali Masduki
Dosen DKV Petra Christian University, Asthararianty. (Foto/Dok Pribadi)
Dosen DKV Petra Christian University, Asthararianty. (Foto/Dok Pribadi)

jatimnow.com - Gelombang aksi unjuk rasa yang dikenal dengan "17+8 Tuntutan Rakyat" beberapa waktu lalu menarik perhatian publik, tidak hanya karena tuntutannya, tetapi juga karena penggunaan visual yang khas, yaitu kombinasi warna hijau dan pink (merah muda). Lantas, seberapa efektifkah penggunaan warna dalam gerakan sosial?

Aksi ini muncul sebagai respons terhadap berbagai kebijakan pemerintah, mulai dari reshuffle kabinet hingga polemik tunjangan anggota dewan.

Banyak pihak menilai bahwa kebijakan tersebut kurang berpihak pada kesejahteraan masyarakat. Visual kampanye "17+8 Tuntutan Rakyat" yang didistribusikan melalui media sosial menggunakan warna hijau dan pink secara mencolok.

Dosen Desain Komunikasi Visual (DKV) Petra Christian University (PCU) Surabaya, Asthararianty, menjelaskan bahwa warna memiliki peran penting dalam komunikasi, terutama dalam gerakan sosial.

"Warna bukan sekadar elemen estetika, tapi bahasa universal yang mampu menyampaikan pesan, membangkitkan emosi, dan menyatukan berbagai kelompok masyarakat," ujarnya.

Astha, sapaan akrabnya, yang juga merupakan alumni PCU dan saat ini sedang menempuh pendidikan S3, menjelaskan makna psikologis dan kultural dari kedua warna tersebut.

"Warna pink secara psikologis melambangkan kelembutan dan empati, sementara secara kultural dapat merepresentasikan solidaritas. Di sisi lain, warna hijau secara psikologis mengasosiasikan kesegaran dan ketenangan, dan secara kultural menjadi simbol kehidupan. Makna-makna ini dapat berubah seiring waktu dan latar belakang budaya yang berbeda," jelasnya.

Baca juga:
Satir dan Meme Jadi Senjata! Gen Z Ubah Wajah Demonstrasi di Indonesia

Dalam konteks gerakan sosial, pemilihan warna tidak boleh dilakukan secara sembarangan. "Harus mengetahui tujuan dan juga dasar teorinya," tegas Astha.

Penggunaan warna yang konsisten dan berulang dapat memperkuat daya ingat audiens terhadap pesan yang ingin disampaikan.

Astha yang telah menjadi dosen DKV sejak tahun 2009 berpendapat bahwa simbol visual, terutama warna, jauh lebih efektif dalam menjangkau audiens yang lebih luas.

"Visual memiliki kekuatan yang tidak terbatas, yang mampu membangun sebuah jembatan emosi kepada persepsi dan juga sebuah identitas," pungkasnya.

Baca juga:
Petra Christian University Lahirkan Global Socioleader di Wisuda ke-88

Penggunaan warna hijau dan pink dalam "17+8 Tuntutan Rakyat" diduga menjadi salah satu faktor yang membuat gerakan ini mudah diingat dan menarik perhatian publik. Kombinasi kedua warna ini menciptakan kesan yang unik dan berbeda dari gerakan sosial lainnya.

Lantas, apakah penggunaan warna hijau dan pink benar-benar efektif dalam menggerakkan rakyat? Hal ini tentu perlu kajian lebih lanjut.

Namun, satu hal yang pasti, warna memiliki kekuatan untuk menyampaikan pesan secara luas dan mendalam. Melalui visual dan pemilihan warna yang tepat, koneksi emosional dan identitas dapat terbangun, membuat pesan tidak hanya diterima tetapi juga dirasakan.