Pixel Code jatimnow.com

UNAIR Dorong Perlindungan Sektor Padat Karya untuk Jaga Ekonomi dan Cegah PHK

Editor : Bramanta  
Foto : Diskusi publik yang digelar di UNAIR (Fatkur Rizki/jatimnow.com)
Foto : Diskusi publik yang digelar di UNAIR (Fatkur Rizki/jatimnow.com)

jatimnow.com-Universitas Airlangga (UNAIR) menekankan pentingnya perlindungan terhadap sektor padat karya, khususnya Industri Hasil Tembakau (IHT), demi menjaga stabilitas ekonomi dan mencegah gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Pesan ini mengemuka dalam diskusi publik bertema “Dampak Ekonomi dan Sosial Industri Padat Karya di Jawa Timur” yang digelar di Gedung Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Surabaya, Sabtu (20/9/2025).

Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNAIR, Prof. Badri Munir Sukoco, mengingatkan bahwa kontribusi IHT terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tidak bisa dipandang sebelah mata, yakni sekitar 10–13 persen setiap tahunnya. Namun, tekanan regulasi internasional dan kebijakan kenaikan cukai hasil tembakau (CHT) dinilai berpotensi melemahkan industri legal dan justru memicu peredaran rokok ilegal.

“Kalau CHT terus naik, pendapatan negara bisa bocor. Industri legal terhimpit, IHT terpukul, dan ujungnya PHK massal. Karena itu diperlukan solusi win-win agar negara tetap mendapat penerimaan tanpa mengorbankan sektor padat karya,” ujarnya.

Dari hasil riset yang dilakukan UNAIR pada tahun 2022 dan 2024, menunjukkan dampak signifikan keberadaan pabrik Sigaret Kretek Tangan (SKT) terhadap perekonomian lokal. Studi mencatat 76,9 persen masyarakat di sekitar pabrik merasakan manfaat langsung, sementara 94,7 persen usaha kecil ikut terdorong. Efek berganda SKT bahkan mencapai 3,8 kali, di mana setiap Rp1.000 yang dihasilkan memutar ekonomi hingga Rp3.800.

Dukungan juga datang dari Pemerintah Kabupaten Bojonegoro. Plt Sekda Kusnandaka Tjatur Prasetijo menegaskan bahwa tembakau merupakan komoditas unggulan daerah dengan 27 pabrik yang menyerap sekitar 17 ribu pekerja.

“Industri ini menghidupi masyarakat, menggerakkan UMKM, dan menyumbang pendapatan daerah lewat DBHCHT. Karena itu keberadaannya harus dilindungi,” tuturnya.

Dalam forum diskusi publik tersebut, perwakilan petani, Abdurrahman, turut menyampaikan keresahan yang kini dihadapi petani tembakau. Ia menuturkan, kenaikan cukai rokok setiap tahun telah memicu gejolak di hulu hingga hilir.

“Bapak Ibu sekalian yang saya hormati, kenaikan cukai ini membuat perusahaan besar seperti Gudang Garam tutup pembelian, bahkan melakukan PHK besar-besaran. Pasar kelas menengah ke atas melemah karena harga rokok terlalu tinggi,” ungkapnya.

Dampak tersebut langsung dirasakan petani. Jika pada tahun 2024 pabrik mulai membeli tembakau sejak pertengahan Agustus, pada 2025 hingga akhir bulan pun belum ada transaksi.

Baca juga:
Satir dan Meme Jadi Senjata! Gen Z Ubah Wajah Demonstrasi di Indonesia

“Petani bingung mau menjual ke mana. Harga tembakau juga jatuh, daun tengah ke bawah turun 50 persen, sementara daun atas turun hingga 20 persen,” jelasnya.

Ia juga menyinggung soal regulasi internasional yang menekan industri tembakau, termasuk aturan Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) yang belum diratifikasi di Indonesia, tetapi isinya seolah sudah diberlakukan.

“Kami butuh win-win solution. Jangan sampai petani jadi korban. Cukai sebaiknya diturunkan dan jangan terus dinaikkan lagi,” tegas Abdurrahman.

Abdurrahman menambahkan, masa depan produksi tembakau sangat bergantung pada regenerasi tenaga kerja di pedesaan.

“Saat ini mayoritas pekerja sudah berusia tua, sementara generasi muda sulit bertahan jika situasi terus begini. Padahal petani kini sangat peduli pendidikan anak-anaknya. Harapannya pemerintah memberi kebijakan yang adil agar tembakau tetap berkelanjutan,” pungkasnya.

Baca juga:
Mahasiswa Akuntansi UNAIR Sabet Juara di Kompetisi QRIS Jelajah Indonesia

Data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jatim mencatat terdapat 1.352 unit IHT dengan daya serap tenaga kerja 387 ribu orang di sektor hulu dan 90 ribu di sektor hilir.

UNAIR menyatakan akan menindaklanjuti hasil diskusi dengan menyusun policy brief yang akan disampaikan kepada pemerintah sebagai rekomendasi kebijakan. Harapannya, sektor padat karya tetap terjaga sekaligus mendukung target pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 8 persen sebagaimana dicanangkan Presiden RI.

 

Reporter : Fatkur Rizki

Foto: GasKU Primadona Pengemudi Taksi
Photo Talk

Foto: GasKU Primadona Pengemudi Taksi

BBG, dengan produk andalannya "Gasku," menawarkan alternatif bahan bakar yang lebih ekonomis dan ramah lingkungan bagi para pengemudi taksi.