Pixel Codejatimnow.com

Penantang Risma yang Diciduk KPK

Dokumentasi Pilwali 2010
Dokumentasi Pilwali 2010

jatimnow.com - Nama Fitra Djaja Purnama menghiasi media beberapa hari ini. Warga Surabaya ini adalah konsultan Lippo Group. Ia ikut ditangkap KPK terkait suap perizinan Meikarta.

Pria yang murah senyum ini diciduk di rumahnya, Surabaya dalam rangkaian operasi tangkap tangan (OTT) pejabat Pemkab Bekasi.

Fitra Djaja dikenal sebagai seorang aktivis 98 yang cerdas dan vokal serta berani. Saat pelengseran Soeharto, dia juga turun ke jalan memimpin aksi.

Ketika masih mahasiswa ITS, bersama aktivis yang lainnya aktif menggelar diskusi di FKMS, Klampis. Tahun 2010, Fitra yang ngomongnya ceplas-ceplos ini memilih ikut berebut kursi wali kota Surabaya.

Tertangkapnya Fitra ini tentu mengundang keprihatinan sesama aktivis 98. "Prihatin," kata Muhaji, aktivis 98 asal Surabaya , Selasa (16/10/2018).

Menggandeng Naen Soeryono, Fitra nekat mencalonkan wali kota Surabaya dari jalur independen. Dia membentuk Konsolidasi Arek Suroboyo (KAS) untuk memenangkannya. Saat itu, salah satu program unggulannya adalah 'Satu Kelurahan Satu Pasar'.

Di Pilwali Surabaya, Fitra-Naen yang mendapat nomor urut 5 harus bekerja keras menghadapi empat rivalnya yang saat itu bisa dibilang 'gajah-gajah' alias kuat.

Ada Sutadi, Fandi Utomo kemudian Arif Afandi yang diusung Partai Demokrat berpasangan dengan Adies Kadir dari Golkar. Arif Afandi saat itu adalah wakil wali kota yang pada Pilwali 2005 maju mendampingi politisi PDIP Bambang DH.

Baca juga:
KPK Sosialisasi Pencegahan Korupsi kepada Anggota DPRD Ponorogo

Mereka pecah kongsi! Bambang DH memilih maju bersama Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya Tri Rismaharini.

Namun, Bambang DH diusung PDIP sebagai calon wakil wali kota. Sebab ia sudah dua periode menjadi wali kota. Ia pun rela dengan alasan petugas partai harus siap ditempatkan di manapun.

Dan, Tri Rismaharini-Bambang DH unggul di Pilwali Surabaya dengan perolehan 367.472 suara atau 40,9 persen.

Sebaliknya, Fitra harus puas memperoleh 45.459 suara atau 5 persen suara. Dan, Fitra terlempar dari panggung politik mulai saat itu.

Baca juga:
Tulungagung Terima Hibah dari KPK Senilai Rp6,6 Miliar

Publik tidak lagi mendengar aktivitas politik dari pelopor gerakan Arek Suroboyo Pro Reformasi atau ASPR pada 1998 ini.

Nama dia kembali muncul dengn tertangkapnya bersama 9 orang. KPK juga mengamankan Bupati Bekasi, Neneng Hasanah Yasin dan sederet anak buahnya pada OTT kasus dugaan suap perizinan Meikarta.