Pixel Code jatimnow.com

Foto: Wisata di Tanah Sang Penjaga Tua

Editor : Ali Masduki   Reporter : Ali Masduki
Seekor komodo tampak bergerak perlahan di atas tanah kering. Lidah panjangnya terjulur, mencium udara mencari bau yang tak kasat mata. (Foto: Ali Masduki/JatimNow.com)
Seekor komodo tampak bergerak perlahan di atas tanah kering. Lidah panjangnya terjulur, mencium udara mencari bau yang tak kasat mata. (Foto: Ali Masduki/JatimNow.com)

jatimnow.com - Wisata di Tanah Sang Penjaga Tua. Itulah sekelumit kalimat sebagai ungkapan bangga dan takjub ketika menjejakkan kaki di Tanah NTT, tepatnya di Pulau Komodo yang terletak di sekitar kawasan Labuan Bajo Manggarai Barat.

Di jantung gugusan Kepulauan Nusa Tenggara Timur itu, Pulau Komodo berdiri sebagai ruang di mana waktu seolah berjalan lebih lambat. Alam, manusia, dan makhluk purba hidup berdampingan dalam ritme yang saling menghormati.

Begitu kapal berlabuh, pengunjung disambut oleh udara asin laut, langkah di jalan berdebu, dan tawa anak-anak desa yang bermain di tepi pantai. Di kejauhan, sosok komodo berbaring malas di bawah naungan pohon, tenang, namun memancarkan wibawa dari ribuan tahun evolusi.

Hewan langka ini adalah satu-satunya spesies kadal raksasa yang masih hidup di dunia, dengan populasi sekitar 3.000 ekor di habitat liar, menurut data Balai Taman Nasional Komodo dan UNESCO World Heritage Centre. Keberadaannya bukan hanya simbol kebanggaan nasional, tetapi juga cermin keseimbangan rapuh antara manusia dan alam.

Melangkah ke pedalaman, kita menemukan kehidupan sederhana masyarakat Desa Komodo. Rumah-rumah panggung berdiri berjejer di antara pepohonan, sementara anak-anak berjalan pulang sekolah dengan buku di tangan.

Tidak ada pagar tinggi yang memisahkan manusia dari alam liar. Hanya rasa saling percaya dan kearifan lokal yang diwariskan turun-temurun. Bagi warga setempat, komodo bukan ancaman, melainkan “tetangga” yang dihormati. Filosofi ini tercermin dari papan kayu yang bertuliskan “Jaga sikap karena Komodo adalah sahabat.”

Pesan itu sederhana, tetapi mengandung nilai ekologis yang dalam: bahwa keberlanjutan dimulai dari sikap saling menghargai, bukan dominasi.

Harmoni di Pulau Komodo adalah potret kecil dari harapan besar dunia, bagaimana manusia bisa hidup berdampingan dengan alam tanpa saling menaklukkan.

Pemerintah dan lembaga konservasi terus berupaya menjaga keseimbangan antara pariwisata dan pelestarian, termasuk dengan membatasi jumlah pengunjung dan memperkuat peran masyarakat lokal dalam ekowisata berkelanjutan.

Di pulau ini, setiap langkah wisatawan bukan hanya jejak kaki di pasir, tetapi juga janji untuk menjaga keindahan dan kedamaian yang telah bertahan sejak masa purba. Wisata Pulau Komodo mengingatkan kita bahwa harmoni bukan utopia, melainkan pilihan yang bisa dijalani, satu langkah kecil setiap hari.

Inilah Foto-foto Harmoni Pulau Komodo:

Wisatawan berjalan tidak jauh dari dua ekor komodo berbaring di bawah teduhnya pohon. Saat udara panas, Komodo mencari tempat teduh. (Foto: Ali Masduki/JatimNow.com)Wisatawan berjalan tidak jauh dari dua ekor komodo berbaring di bawah teduhnya pohon. Saat udara panas, Komodo mencari tempat teduh. (Foto: Ali Masduki/JatimNow.com)

 

Dua ekor komodo berbaring di bawah teduhnya pohon. Saat udara panas, Komodo mencari tempat teduh. Meski terlihat tenang, predator ini tetap waspada, sehingga wisatawan harus menjaga jarak. (Foto: Ali Masduki/JatimNow.com)Dua ekor komodo berbaring di bawah teduhnya pohon. Saat udara panas, Komodo mencari tempat teduh. Meski terlihat tenang, predator ini tetap waspada, sehingga wisatawan harus menjaga jarak. (Foto: Ali Masduki/JatimNow.com)

Baca juga:
Dicari Pemimpin Kebun Binatang Surabaya, Apecsi: Stop Direktur "Odong-Odong"!

 

Rombongan wisatawan berdiri berjejer, sebagian menunduk mengabadikan momen lewat kamera ponsel. Ada rasa kagum sekaligus hati-hati di wajah mereka. Hanya beberapa meter di depan, dua ekor komodo berbaring di bawah teduhnya pohon, tampak jinak namun menyimpan aura kewaspadaan. (Foto: Ali Masduki/JatimNow.com)Rombongan wisatawan berdiri berjejer, sebagian menunduk mengabadikan momen lewat kamera ponsel. Ada rasa kagum sekaligus hati-hati di wajah mereka. Hanya beberapa meter di depan, dua ekor komodo berbaring di bawah teduhnya pohon, tampak jinak namun menyimpan aura kewaspadaan. (Foto: Ali Masduki/JatimNow.com)

 

Rombongan wisatawan berdiri berjejer melihat kagum saat komodo berjalan di tanah bebatuan. Pemandu wisata mengingatkan agar tidak memancing dengan gerakan dan harus menjaga jarak. (Foto: Ali Masduki/JatimNow.com)Rombongan wisatawan berdiri berjejer melihat kagum saat komodo berjalan di tanah bebatuan. Pemandu wisata mengingatkan agar tidak memancing dengan gerakan dan harus menjaga jarak. (Foto: Ali Masduki/JatimNow.com)

 

Dua ekor komodo berbaring di bawah teduhnya pohon. Di Pulau Komodo ini, makhluk purba hidup berdampingan dalam ritme yang saling menghormati. (Foto: Ali Masduki/JatimNow.com)Dua ekor komodo berbaring di bawah teduhnya pohon. Di Pulau Komodo ini, makhluk purba hidup berdampingan dalam ritme yang saling menghormati. (Foto: Ali Masduki/JatimNow.com)

 

Baca juga:
Melihat Evakuasi Telur Penyu di Tulungagung, Ini Harapan Para Relawan

Tiga anak berjalan di jalanan desa usai mengaji. Di Pulau Komodo yang dihuni 2000 jiwa yang terbagi dalam 500 KK ini, mayoritas masyarakatnya adalah Islam. (Foto: Ali Masduki/JatimNow.com)Tiga anak berjalan di jalanan desa usai mengaji. Di Pulau Komodo yang dihuni 2000 jiwa yang terbagi dalam 500 KK ini, mayoritas masyarakatnya adalah Islam. (Foto: Ali Masduki/JatimNow.com)

 

Jalur wisata Pulau Komodo melintas rumah-rumah panggung kayu yang sederhana dan gang sempit yang berkelok. Meskipun hidup dengan predator, semuanya berjalan dengan tenang, tanpa pagar pembatas yang mencolok antara manusia dan makhluk besar yang turut berada di sekitarnya. (Foto: Ali Masduki/JatimNow.com)Jalur wisata Pulau Komodo melintas rumah-rumah panggung kayu yang sederhana dan gang sempit yang berkelok. Meskipun hidup dengan predator, semuanya berjalan dengan tenang, tanpa pagar pembatas yang mencolok antara manusia dan makhluk besar yang turut berada di sekitarnya. (Foto: Ali Masduki/JatimNow.com)

 

Akses masuk wisatawan di Pulau Komodo. Kawasan ini termasuk bagian dari Taman Nasional Komodo yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia oleh UNESCO pada tahun 1991. Sistem ini bukan hanya soal melindungi komodo, tetapi juga mengharmonikan antara konservasi, budaya lokal, dan wisata. (Foto: Ali Masduki/JatimNow.com)Akses masuk wisatawan di Pulau Komodo. Kawasan ini termasuk bagian dari Taman Nasional Komodo yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia oleh UNESCO pada tahun 1991. Sistem ini bukan hanya soal melindungi komodo, tetapi juga mengharmonikan antara konservasi, budaya lokal, dan wisata. (Foto: Ali Masduki/JatimNow.com)

 

Wartawan jatimnow.com memotret seekor Komodo yang berbaring di bawah pohon, pada Sabtu (08/11/2025). JatimNow.com menjadi salah satu dari puluhan wartawan di Surabaya yang diajak oleh UM Surabaya untuk berwisata di Pulau Komodo, Labuan Bajo. (Foto: Tim Pemandu Wisata)Wartawan jatimnow.com memotret seekor Komodo yang berbaring di bawah pohon, pada Sabtu (08/11/2025). JatimNow.com menjadi salah satu dari puluhan wartawan di Surabaya yang diajak oleh UM Surabaya untuk berwisata di Pulau Komodo, Labuan Bajo. (Foto: Tim Pemandu Wisata)