Pixel Code jatimnow.com

Hilangkan Stres dan Kejenuhan, Para Napi ini Bangun Wirausaha di Rutan

  Reporter : Erwin Yohanes Moch Rois
Para narapidana saat memanen bayam merah hidroponik
Para narapidana saat memanen bayam merah hidroponik

jatimnow.com - Meski berada di dalam penjara, bukan berarti para narapidana ini kehilangan kreatifitas.

Buktinya, para warga binaan pemasyarakatan (WBP) ini justru berkreasi dengan membuat berbagai macam ketrampilan yang justru dapat menghasilkan uang.

Sebut saja Hamim (37), spesialis pembobolan toko dan perusahaan, Husni Mubarok (32), sang pengedar sabu-sabu, serta Atok Illah (33), narapidana kasus korupsi Dana Desa (DD). Ketiga napi yang menghuni Rutan Klas IIB Bangil, Kabupaten Pasuruan ini, kini bekerja bengkel kerja Rutan.

Merek mengaku, untuk menghilangkan rasa stres dan sedih di dalam penjara, salah satu pelariannya adalah berkreasi melalui wirausaha.
 
"Saya, Hamim, dan empat orang lainya dapat pelatihan membuat tempe. Awalnya ya sulit, utamanya mencari komposisi ragi, dan lain-lain. Gagalnya banyak. Namun sekarang sudah berhasil," ujar Atok Illah mantan Sekretaris Desa di Kecamatan Kraton, yang disambut senyuman Hamim, Kamis (29/11/2018).

Baca juga:
Suasana Haru Selimuti Acara Sungkeman Warga Binaan Rutan Surabaya



Atok mengklaim, jika saat ini bersama kelompoknya mampu memproduksi 250 sampai 300 bungkus tempe untuk menyuplai kebutuhan Rutan. Bila stock cukup, maka sisanya akan dijajakan ke pembesuk WBP seharga Rp. 5.000 per bungkus.

Sedangkan Husni Mubarok bersama ke tiga temannya, kebagian mendapat pelatihan keripik bayam merah. Stok bahan pun tak pernah kesulitan, lantaran dua bulan ini Rutan Bangil punya tiga blok kebun hidroponik.

"Kesulitan itu pasti mas. Pertama menakar komposisi bumbu, kemudian mengukur besaran api. Sampai pusing kepala saya karna sering gosong. Tapi kini sudah berhasil," papar Husni.

Warga Desa Karangasem, Kecamatan Wonorejo ini pun mengungkapkan, jika para pembesuk sangat menikmati kripik olahannya yang gurih. Terbukti per 50 bungkus ukuran 300 gram selalu habis dalam sepekan.

"Dari berjualan ini, keuntungannya lumayan mas. Ratusan ribu lah. Tidak kuatir kalau kiriman dari keluarga telat. Malahan saya bisa memberi istri uang dari berjualan ini," ujar Atok Illah, bersama puluhan narapidana pewirausaha.

Wahyu Indarto, Kepala Rutan Klas IIB Bangil, berharap dengan pelatihan ini para WBP setelah bebas bisa mengimplementasikan di rumah.

"Selain produk tempe dan kripik bayam merah. Ada juga kripik pisang buatan para WBP. Semua terpajang di gerai samping ruangan besuk WBP. Alhamdulillah laris. Dari napi untuk napi," pungkas Wahyu.

Baca juga:
424 Napi Lapas Tulungagung Terima Remisi Kemerdekaan, 6 Langsung Bebas