Pixel Codejatimnow.com

Mengenang Satu Tahun Tragedi Longsor Banaran, Warga Masih Menangis

Editor : Arif Ardianto  Reporter : Mita Kusuma
Monumen yang bertuliskan  nama-nama korban tragedi longsor Banaran.
Monumen yang bertuliskan nama-nama korban tragedi longsor Banaran.

jatimnow.com - Dusun Tangkil, Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo, setahun yang lalu, dirundung duka. Retakan kecil yang sempat diyakini tidak membahayakan berubah menjadi longsoran yang ganas.

Bagaimana tidak, 36 rumah harus hancur dan rata dengan tanah. 28 warga terkubur hidup-hidup dalam peristiwa tanah longsor tersebut. 5 ditemukan, sementara 23 lainnya masih belum ditemukan hingga kini.

Saat ini, di tempat peristiwa longsor tersebut dibangun sebuah monumen. Monumen batu dengan tulisan nama-nama korban berisi di tanah dengan label Zona A tersebut.

Kini, puluhan warga terdampak sudah menempati rumah permanen. Mereka mulai move on. Melanjutkan hidup dengan bertani dan berladang.

Walaupun terkadang, di tengah kesibukannya pasti ada rasa trauma mendalam. Tiba-tiba menangis di tengah hujan karena teringat satu tahun lalu.

"Rumah saya dan dua anak saya habis. Anak saya dan cucu saya juga tergulung ganasnya tanah longsor," kata Nenek Ratun salah satu korban terdampak longsor, Senin (2/4/2018).

Saat itu terjadinya peristiwa itu, Ratun sedang meladang. Ia mendengar suara getaran cukup keras. Firasatnya pun buruk, lari ke arah suara.

Baca juga:
Jalan Raya Ponorogo-Pacitan Km 225 Longsor, Pemudik Harus Waspada!

Tragisnya, longsor sedang terjadi. "Saya kayak orang bingung. Ling Ling seketika. Melihat rumah sudah rata. Keluarga sudah tidak ada," katanya sambil menyeka air matanya.

Ia mengatakan, setelahnya baru mencari sanak keluarganya. Dan total ada 17 yang hitungan keluarganya tertimbun. Tidak ada satu pun ditemukan.

"Yang lalu ya biar saja. Saya mulai menata kembali. Masih ada tiga anak saya. Ini juga mulai bertani kembali," bebernya.

Baca juga:
3 Rumah di Tebing Bengawan Solo Bojonegoro Terancam Longsor, Pemkab Siapkan Relokasi

Warga lain, Sumini, mengaku sudah mulai bertani lagi. Apalagi rumah sudah dibangunkan oleh Pemkab dan TNI.

"Saya sudah mulai bertani lagi. Walaupun terkadang teringat. Menangis sendiri," katanya.

Reporter: Mita Kusuma
Editor: Arif Ardianto