jatimnow.com - Pondok Pesantren Wali Barokah di Kota Kediri memanfaatkan sumber energi alternatif dari tenaga surya untuk memenuhi kebutuhan listrik sehari hari. Mereka memasang ratusan panel surya di atap bangunan untuk menghasilkan listrik.
Pimpinan Pesantren Wali Barokah Kediri, KH Soenarto mengemukakan ide awal pemanfaatan tenaga surya karena kebutuhan listrik di pondok tidak terpenuhi sepanjang tahun.
"Kami berusaha mencari tenaga alternatif dan dari kajian kami bersyukur dianugerahi Allah sinar matahari. Jadi, kami manfaatkan pembangkit listrik tenaga surya," ujarnya, Sabtu (18/5/2019).
Dengan sumber energi terbarukan ini, pesantren sekaligus mempunyai kemandirian dalam hal menutupi kebutuhan listrik. Pesantren ini juga ingin berkontribusi lebih banyak, bukan hanya menjadikan santri mubalig, tapi dari sisi lain bisa berkontribusi pada nusa dan bangsa.
Selain itu penggunaannya juga mengurangi dampak negatif dari pemanasan global, dan mampu menghemat pembayaran listrik hingga 60 persen.
"Biasanya kami setiap bulan membayar hingga Rp 150 juta, namun kini kami bisa menghemat hingga 60 persen per bulannya," imbuhnya.
Baca juga:
Drama Kolosal Resolusi Jihad di Surabaya Bikin Merinding
Lead Enginer Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), Harisworo mengatakan sebelum direncanakan membangun panel ini, pihaknya sudah melakukan survei sejak November 2017. Dalam survei ini mereka juga meminta bantuan NASA untuk mengirimkan data terkait dengan cuaca, sehingga diputuskan membuat PLTS.
"Akhirnya kami mendapatkan data terkait lintasan matahari dan tingkat kecerahan yang cukup untuk PLTS," katanya.
Untuk panel surya dipilih yang premium grade buatan Kanada. Bentangan solar dari barat hingga timur adalah sepanjang 41 meter dan dari utara ke selatan hingga 40 meter. Dengan bentangan itu mampu menghasilkan lebih dari 1 juta Watt Peak (WP). Saat ini baru bisa menghasilkan atau 220 ribu watt. Pembangunan PLTS ini menelan biaya hingga Rp 10 Miliar.
Baca juga:
Jember Peringati HSN 2024, Santoso: Santri Harus Jelas Masa Depannya
"Garansinya 25 tahun. Kami memanfaatkan 40 baterai yang digunakan selama 24 jam. Nanti kemampuan kami tambah dengan menambah baterai. Sesuai arahan pimpinan bisa 1 megawatt, sekarang baru 220 ribu," pungkasnya.