Pixel Codejatimnow.com

Rembug Suroboyoan Mengawal Merah Putih: Papua adalah Kita

Editor : Narendra Bakrie  Reporter : Farizal Tito
Dewan Penasehat Almisbat, Tedi Wibisana
Dewan Penasehat Almisbat, Tedi Wibisana

jatimnow.com - Menyikapi kondisi Negara Indonesia pascapemilu 2019, sejumlah elemen masyarakat Surabaya mendorong agar pemerintah selalu hadir dan mengambil langkah tegas khususnya terkait kericuhan Papua.

Permintaan tersebut tertuang dalam Rembug Suroboyoan "Mengawal Merah Putih" di Balai Pemuda Surabaya, Sabtu (31/8/2019).

Dewan Penasehat Aliansi Masyarakat Sipil untuk Indonesia Hebat (Almisbat) Tedi Wibisana berharap, pemerintah lebih berperan aktif dalam mengatur kestabilan ekonomi negara dan kondusifitas keamanan negara.

"Bukan hanya ekonomi. Ada soal lain juga, kami menyebutnya ekstrimis. Kemudian soal papua ini jangan sepertinya pemerintah hanya menunggu. Padahal, kejadian-kejadian ini juga membuat kondisi yang tidak bagus untuk Jokowi. Ini juga menyangkut kewibawaan presiden," ungkapnya.

Sebagai relawan Jokowi yang berlatar belakang aktivis, Tedi menegaskan dirinya harus berani mengkritisi mana yang benar dan mana yang salah.

Baca juga:
Papua Nugini Kunjungi Jawa Timur, Proyeksikan Kerja Sama Sektor Ini

"Jadi posisi kami bukan hanya memenangkan, tetapi juga bertanggungjawab terhadap kemenangan," lanjutnya.

Oleh sebab itu, Tedi mendesak agar Presiden Jokowi memerintahkan BIN untuk mengusut dalang di balik kasus Papua. Elemen masyarakat sipil ini juga berharap agar tidak menjadikan Papua sebagai proyek politik yang membahayakan kehidupan bersama.

Baca juga:
GM FKPPI Soal 6 Prajurit TNI Gugur Diserang KKB di Papua: Diplomasi Perlu, Ketegasan Militer Wajib

Selain Almisbat, ada 7 elemen lain yang ikut dalam Rembug Suroboyoan "Mengawal Merah Putih", yaitu DKS, Ksatria Airlangga, ASSB, LAYAR
PEKAD, PA GMNI dan KBRS perjuangan.

Dalam Rembug Suroboyoan "Mengawal Merah Putih" ini, elemen-elemen masyarakat Surabaya mengambil sikap:
1. Papua adalah kita. Luka Papua adalah luka kita semua.
2. Kita sedih dengan peristiwa yang terjadi di Papua hari-hari ini. Kita berduka atas jatuhnya korban, baik dari kalangan masyarakat sipil maupun aparat keamanan.
3.Tapi kita juga marah atas pemicu awal munculnya rentetan peristiwa yang mengakibatkan terjadinya kekerasan dan perusakan fasilitas publik di Papua.
4. Kita pun mengutuk keras pihak-pihak yang menunggangi kerusuhan di Papua demi syahwat politik. Termasuk mereka yang justru bergembira dan bersorak atas peristiwa kerusuhan yang terjadi.
5. Kita tahu, tragedi ini berawal dari peristiwa yang terjadi di Kota Malang dan Surabaya. Dua kota di Provinsi Jawa Timur yang selama ini dikenal sangat toleran terhadap keberagaman. Malang dan Surabaya bahkan telah menjadi benteng kokoh pluralisme. Kebhinekaan menjadi makanan sehari-sehari warganya yang terkenal bersifat egaliter ini.
6. Namun tindakan rasisme yang ditunjukkan oleh segelintir orang di dua kota itu, baik sipil maupun aparat, telah merusak suasana damai yang selama ini terjaga kuat.
7. Karena itu, sebagai bagian dari elemen masyarakat sipil di Jawa Timur, kita meminta Presiden Jokowi tegas menindak siapa pun yang secara sengaja melakukan tindakan rasisme dan intoleran terhadap sesama warga negara. Jangan jadikan Papua sebagai proyek politik yang membahayakan kehidupan bersama.
8. Cukup sudah bangsa ini dikoyak intoleransi dan radikalisme yang selama ini terkesan dibiarkan. Jangan ditambah lagi dengan memberi ruang terhadap sikap dan tindakan berbasis rasisme. Negara harus hadir di sini.
9. Kita adalah Papua. Kita semua adalah saudara. Merah darahku, putih tulangku!