jatimnow.com - Aktivis pencinta satwa menemukan sejumlah bangkai burung yang dilindungi dalam keadaan tergantung di salah satu pohon di hutan mangrove Wonorejo, kawasan Pantai Timur Surabaya (Pamurbaya).
"Suatu perilaku yang sangat tidak beradab karena burung-burung itu mati tergantung di pohon dan kakinya semua terikat," ujar Aktivis Wildlife Photography Surabaya, Agus Azhari, kepada wartawan di kawasan hutan mangrove Wonorejo, Rungkut, Surabaya, Minggu (6/10/2019).
Burung-burung yang ditemukan mati terdiri dari dua spesies, yaitu Raja Udang Biru sebanyak empat ekor, yang merupakan spesies penetap dan Cekakak Suci, satu ekor yang merupakan burung migran asal Australia.
Agus mengaku menemukan bangkai burung-burung tersebut saat berniat memotret burung di hutan mangrove Wonorejo pada pekan lalu.
"Aktivitas saya setiap Minggu hunting foto burung, lalu melihat Raja Udang Biru terbang. Saat saya ikuti, ternyata ada di satu pohon bangkai-bangkai burung itu dalam keadaan tergantung. Saya langsung terenyuh dan sangat menyesalkan ada peristiwa itu," jelasnya.
Ia menduga kematian burung-burung itu karena tembakan senapan, karena ditemukan adanya bekas tembakan.
Salah satu burung dilindungi yang ditemukan mati tertembak di hutan Mangrove, Wonorejo, Surabaya
Dugaan tersebut dibenarkan salah seorang dokter hewan, Happy Ferdiansyah, yang mengaku telah melihat luka-luka di bagian tubuh burung.
"Ada beberapa luka tembak yang ditemukan, jadi kemungkinan besar mati karena tertembak," ungkap Happy.
Baca juga:
Penyelundupan Ribuan Burung Dilindungi dari Kalteng Digagalkan di Lamongan
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, spesies Raja Udang Biru atau small blue kingfisher (SBKF) merupakan salah satu spesies dilindungi dan masuk The IUCN Red List of Thereatened Species. Spesies burung Raja Udang Biru merupakan spesies penetap dan berasal dari Indonesia.
Sedangkan spesies Cekakak Suci adalah burung yang melakukan migrasi pada saat musim dingin di daerah asalnya, Australia.
Sementara itu, pemerhati satwa burung Iwan londo berharap Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya mengambil sikap atas temuan sejumlah burung dilindungi yang mati dan tergantung di hutan mangrove Wonorejo tersebut.
"Kami harap ada perhatian dari Pemkot Surabaya agar satwa di sini aman dan pemburu-pemburu tidak ada di sini," tutur Iwan ditemui di kawasan hutan mangrove Wonorejo, Surabaya.
Iwan mengaku sejak 1998 mengamati dan meneliti satwa di kawasan mangrove Wonorejo dan baru kali ini menyaksikan burung mati dalam keadaan tergantung dan terdapat luka tembakan di tubuh burung.
Baca juga:
Pilihan Pembaca: Penyergapan Perampok di Taman Dayu hingga Penyelundupan Burung
Ia menjelaskan, burung Raja Udang Biru menjadi salah satu indikator bagi sungai. Karena burung ini memakan udang atau ikan kecil, yaitu ketika sungai tercemar dan airnya tidak bagus, maka burung tidak akan ada dan sebaliknya.
Menurutnya, tindakan pelaku yang diduga pemburu tersebut merupakan teror terhadap lingkungan dan mengancam keberlangsungan satwa setempat.
"Ini sepertinya malah menantang dan kami sangat menyesalkannya. Di sana tidak hanya burung dilindungi, tapi ada satwa reptil, kemudian terdapat juga berang-berang, musang bahkan kucing hutan," paparnya.
Dalam waktu dekat, ia dan pemerhati serta komunitas pecinta satwa akan berkoordinasi untuk menentukan langkah berikutnya, seperti melapor ke pemkot agar di kawasan yang tidak jauh dari lokasi Ekowisata Mangrove Surabaya itu, mendapatkan perhatian khusus.