Pixel Code jatimnow.com

Kisah Keluarga Pasien (4-Habis)

Sulitnya Mencari Rumah Sakit Rujukan Covid-19 Juga Tersampaikan

Editor : Narendra Bakrie   Reporter : Jajeli Rois
Ilustrasi/jatimnow.com
Ilustrasi/jatimnow.com

jatimnow.com - Aku bersyukur bisa mendampingi ibuku hingga ibuku tutup usia. Dalam prosesnya, aku merasakan sendiri bagaimana susahnya mencari rumah sakit rujukan untuk pasien yang disebut terpapar Virus Corona (Covid-19).

Aku juga bersyukur kepada Allah, bahwa akhirnya di rumah sakit rujukan Covid-19 itu, ibu meninggal dunia sekitar pukul 04.45 Wib, Sabtu (28/3/2020), dalam status bukan pasien dalam pengawasan (PDP) Covid-19.

Setelah 7 hari meninggalnya ibu, aku datang ke Rumah Sakit MKS untuk menanyakan penyebutan salah satu dokter jaga bahwa ibuku harus dirujuk ke rumah sakit rujukan Covid-19 karena status ibuku lebih dari PDP. Aku datang ke rumah sakit ini hanya minta penjelasan soal itu, bukan untuk menuntut.

Di sana aku mendapat permintaan maaf dari manajemen rumah sakit. Mereka mengakui bahwa apa yang disampaikan salah satu dokter jaga untuk ibuku itu hanya salah penyebutan. Manajemen juga berjanji akan memberikan teguran untuk dokter tersebut.

Setelah mendapat jawab melegakan, masih ada yang mengganjal dibenakku. Yaitu tentang layanan terpadu rumah sakit rujukan Covid-19 yang menurutku belum terintegrasi dengan Tim Gugus Tugas Pencegahan Covid-19 Jatim saat itu.

Baca juga:  

Sebab, aku melaluinya sendiri. Hampir 4 jam ibuku terbaring di ruang IGD Rumah Sakit MKS hanya menunggu rumah sakit rujukan yang siap menampung pasien yang saat itu dinyatakan lebih dari PDP.

Betapa ribetnya mencari nomor telepon dan menghubungi berbagai rumah sakit rujukan Covid-19 satu per satu. Ketika ada yang terhubung dengan rumah sakit rujukan, ternyata untuk ruang isolasi penuh. Kadang ada nomor telepon rumah sakit rujukan yang ditelepon tidak terjawab.

Dari pengalamanku ini, aku berharap ada sinergitas antara Gugus Tugas Penanganan Covid-19 di tingkat provinsi, kabupaten dan kota dengan rumah sakit rujukan dan rumah sakit nonrujukan.

Mungkin ke depan, ada satu nomor hotline yang dikhususkan bagi rumah sakit rujukan, sehingga rumah sakit tersebut bisa melaporkan dan update ketersediaan bed isolasi pasien khusus Covid-19, berapa pasien yang dinyatakan positif, berapa pasien yang dinyatakan sembuh dan update perkembangan penangan Covid-19 lainnya.

Dalam benak aku berharap ada satu nomor telepon atau hotline khusus rumah sakit nonrujukan. Juga hotline bagi masyarakat umum.

Hotline itu juga harus terkoneksikan antara rumah sakit rujukan dengan gugus tugas dan rumah sakit nonrujukan. Sehingga ketika ada pasien yang dinyatakan PDP atau terpapar Virus Corona di rumah sakit nonrujukan, maka petugas medis rumah sakit tersebut cukup telepon nomor hotline gugus tugas.

Oleh petugas gugus tugas yang sudah melihat datanya tinggal mengabarkan ke rumah sakit nonrujukan tentang di mana saja ada rumah sakit rujukan yang siap menampung pasien terpapar Corona. Dan mengarahkan ke petugas medis di rumah sakit nonrujukan untuk mengarahkan pasien ke rumah sakit rujukan itu.

Baca juga:
Tolong! Bocah di Surabaya Menderita Tumor Mata Stadium Akhir Butuh Bantuan

Dengan sinergitas dan konektifitas antara rumah sakit rujukan, nonrujukan dan petugas gugus tugas penanganan Covid-19, maka akan memangkas waktu menunggu bagi si pasien dan memudahkan serta mempercepat penanganan pasien.

Apa yang ada dalam benakku itu sempat aku utarakan di depan Tim Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Jawa Timur pada Senin (6/4/2020). Di sana ada Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Ketua Tim Tracing dr Kohar dan Ketua Tim Kuratif Gugus Tugas Covid-19 Jawa Timur dr Joni Wahyuhadi.

"Gugus tugas sudah menyiapkan hotline ke rumah sakit," ujar dr Joni.

Aku juga berharap gugus tugas menampilkan data berapa bed untuk ruang isolasi yang ada di rumah sakit rujukan di Jawa Timur. Namun dr Joni beralasan tidak mudah menentukan berapa bed yang kosong.

"Memang tidak mudah menentukan kosong tidaknya, karena kecepatan pasien masuk berubah cepat," ungkapnya.

Dalam kesempatan itu, dr Joni menerangkan ada tambahan bed di rumah sakit khusus infeksi Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA) yang berkapasitas besar. Ada 140 unit bed untuk High Care Unit dan 40 bed untuk Intensive Care Unit di rumah sakit khusus infeksi RSUA.

Baca juga:
Dana Santunan Dihapus, Ahli Waris Korban Covid-19 di Surabaya Kecewa

Sehingga kebutuhan masyarakat untuk pengobatan Covid-19 sebagian besar sudah dapat terlayani khususnya di Surabaya dan Jawa Timur.

"Masih dalam pembenahan, insyaAllah minggu depan sudah siap. Jika ada gejala Covid-19 bisa diarahkan ke sana (RSUA). Ruang isolasinya besar sehingga semuanya bisa ditampung di sana," jelas dr Joni.

Dengan jawaban itu, apa yang ada dalam benakku pun terjawab. Sudah tidak ada lagi yang mengganjal dalam pikiranku. Ibu telah pergi untuk selamanya. Aku dan keluargaku sudah mengikhlaskannya.

Aku berharap wabah Virus Corona ini segera sirna dan masyarakat dapat beraktivitas dan bekerja dengan normal serta beribadah dengan tenang serta anak-anak kembali belajar di sekolah dengan kegembiraan.

 

Penulis adalah wartawan jatimnow.com