Pixel Codejatimnow.com

Menaker Sebut Pengangguran Meningkat akibat Pandemi Covid-19

Editor : Narendra Bakrie  Reporter : Achmad Supriyadi
Menaker Ida Fauziyah kunjungan kerja ke Pabrik Ajinomoto, Mojokerto
Menaker Ida Fauziyah kunjungan kerja ke Pabrik Ajinomoto, Mojokerto

jatimnow.com - Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia (Menaker RI) Ida Fauziyah menyebut angka pengangguran di Indonesia saat masa Pandemi Covid-19 melonjak ke angka 9,77 juta jiwa.

Ida menyebut angka itu baru dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Hal itu dipaparkan dia saat melakukan kunjungan kerja dan sosialisasi UU Cipta Kerja di Pabrik Ajinomoto, Kecamatan Jetis, Kabupaten Mojokerto, Jumat (6/11/2020).

"Bulan Februari 2020 sebenarnya angka pengangguran turun dari angka 7,50 juta ke 6,88 juta. Tapi karena ada Pandemi Covid-19, pengangguran kita jadi 9,77 juta," ungkap Ida.

Ida menambahkan, yang menganggur didominasi besar tingkat pendidikannya lebih baik, yaitu SMA dan SMK.

"Ketika dinamika ketenagakerjaan kita semakin kompetitif, maka kita ini harus berpikir seribu kali dan seribu langkah agar kompentisi tenaga kerja kita bisa bersaing. Upah boleh naik terus, tapi yang penting bagaimana kompetensi tetap terjaga," papar Ida.

Menteri asli Mojokerto ini menyebut, perusahaan akan senang menaikkan upah karyawan jika kompetensinya tinggi.

Baca juga:
THR Lebaran 2024 Maksimal Dibayar H-7

"Rasanya berat kita menuntut kenaikan upah terus-menerus tanpa diimbangi dengan kompetensi dan produktivitas. Saya kira ini kita harus fair, karena kompetensinya akan semakin tajam dan keras," terangnya.

"Investasi memilih investasi ke negara lain. Kemungkinan orang berusaha di dalam juga tidak mungkin tumbuh karena tidak ada iklim berusaha yang sehat. Yang terjadi adalah beban pengangguran kita tidak bisa terselesaikan," sambung Ida.

Ida melanjutkan, angkatan kerja baru tercatat 2,4 juta hingga 3 juta setiap tahun.

Baca juga:
PPNS dan Pelindo Hasilkan Alat Pemantau K3 Lingkungan Kerja

"Jadi beban yang harus diberikan kesempatan bekerja, disiapkan pasar kerjanya sekitar 11 juta hingga 12 juta lapangan pekerjaan setiap tahunnya. Kalau ini tidak ada lapangan pekerjaan, maka yang berdampak bukan bonus tapi malah abot (berat). Karena kita tidak mampu menyiapkan pasar kerja yang menyerap tenaga kerja kita. Ini bukan pekerjaan mudah," pungkasnya.