Pixel Codejatimnow.com

Kisah Sukses Eks Kepala DKRTH Surabaya Bisnis Kain dan Hijab hingga Ekspor

Editor : Redaksi  Reporter : Sandhi Nurhartanto
Chalid Bukhari dan keluarga (Foto: istimewa)
Chalid Bukhari dan keluarga (Foto: istimewa)

Surabaya - Mengundurkan diri dan meminta pensiun dini dari jabatan Kepala Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau (DKRTH) Surabaya pada 2020 lalu tidak membuat Chalid Bukhari lebih santai.

Bapak dengan 3 anak itu kini sibuk mengembangkan bisnisnya mulai dari kain hingga hijab dengan merk Premori.

"Premori itu kepanjangannya premium original. Premori sebelumnya berdiri tahun 2016 dengan nama Toko Kain Murah (TKM)," kata Chalid, Rabu (27/10/2021).

Ia menceritakan, setelah mundur dari Pemkot Surabaya, dirinya bersama istrinya yang bernama Fadilatin Nailah bepergian ke luar kota selama 3 bulan untuk menenangkan diri.

"Hanya berdua saja dengan istri bepergian. Saya ke Jakarta, Jawa Tengah, pokoknya tidak sementara dulu di Surabaya," ujar dia.

Hingga anak dan cucunya menelepon minta agar kedua orang tuanya untuk pulang kembali ke rumah. Saat itu anaknya yang mempunyai usaha pendidikan Albata Islamic Montessori mendesak agar berhenti dari PNS dan membuka usaha sendiri.

"Saya diminta untuk mengembangkan bisnis kain dan hijab. Setelah rundingan dengan istri, ya sudah saya akhirnya mau kembali pulang ke Surabaya," ujarnya.

Saat itu, Yusuf Kurniawan, anak mantunya mempunyai kenalan pemasok kain. Mereka kemudian memesan puluhan rol kain untuk dijadikan hijab.

Baca juga:
Optimisme Konsumen Kota Malang Terhadap Kondisi Ekonomi Meningkat pada Februari

Premori fokus untuk menyediakan bahan terbaik karena banyak beredarnya kain-kain dengan kualitas rendah di pasaran dan tidak sedikit orang-orang yang merasa tertipu.

"Waktu pertama kali pesanan besar itu adalah dari seorang dosen dari luar pulau. Mintanya setiap warna kain dibuatkan satu kodi hijab. Dan sekarang reseller kami menyebar di Indonesia. Untuk luar negeri, Alhamdulillah kini produk kami merambah ke 4 negara yaitu Afrika, Jerman, Singapura, dan Malaysia. Yang di Jerman langsung dihandle anak saya yang ada di sana," paparnya.

Sedangkan untuk pangsa pasar domestik, ia menegaskan jika sebagian besar menjadi reseller untuk pengembangan usaha bersama atau kerjasama bisnis hijab.

Chalid menyebutkan jika memanfaatkan media sosial dan market place untuk lebih mengembangkan bisnisnya dengan merekrut tiga pegawai.

Baca juga:
11 Peluang Bisnis Menjanjikan Tahun Ini, Ada yang Cocok?

Sedangkan untuk penjahit, Chalid mengaku bekerjasama dengan puluhan orang.

"Puluhan penjahit itu dari Surabaya. Kami ajak kerjasama agar kualitas tetap terjaga," tandasnya.