Kota Batu - Berawal dari hobi, seorang pelajar SMP di Kota Batu sukses beternak burung murai batu. Dari usahanya itu, pendapatan puluhan juta rupiah berhasil ia kantongi setiap bulannya.
Di kandang berukuran sekitar 2x3 meter itu, burung-burung murai batu jenis medan milik Muhammad Fachry Husein dikembangbiakkan. Dengan telaten, setiap hari pemuda 15 tahun itu merawat satu persatu burung murainya.
Usaha budidaya yang dia beri nama Fachry Bird Farm tersebut berawal dari kecintaan dirinya terhadap burung kicau, terutama murai batu sejak mengikuti beberapa lomba bersama orangtuanya, M. Didik Subiyanto alias Kaji Bianto sejak Tahun 2018.
Lalu dia memantapkan untuk beternak murai batu di rumahnya, di Kelurahan Ngaglik, Kecamatan/Kota Batu. Awalnya dia hanya coba-coba dengan membeli betina dan mengawinkannya dengan burung-burung jawara milik orangtuanya.
Berbekal ketelatenannya, indukan murai batu tersebut berhasil menetas, hasil yang dia dapatkan kembali dia belikan indukan-indukan lagi hingga terkumpul 8 pasang.
Pelajar SMPN 2 Kota Batu kelas 9 tersebut menjual anakan murai hasil ternakannya mulai harga Rp 4 hingga 25 juta, tergantung dari kualitas, meliputi trah indukan dan postur burungnya. Bila dirata-rata pendapatan yang dia kantongi sekitar Rp 10 hingga 15 juta tiap bulannya.
"Untuk menghasilkan anakan murai batu yang berkualitas saya sengaja memilih indukan yang sudah terbukti memiliki kicauan yang bagus atau pernah juara. Ada yang milik saya, ada juga milik orangtua," ujarnya, Jumat (7/1/2022).
Untuk membelinya terkadang pembeli harus rela inden terlebih dahulu. Dia pun mampu menjual di sekitaran Malang Raya, Jawa Timur hingga Jakarta. Baik melalui komunitas atau penghobi yang langsung datang ke rumahnya.
Baca juga:
Pelajar SMP di Jember Ikuti Pelatihan Jurnalistik
Ditanya kendala dalam beternak? Fachry mengaku tidak menemui hal yang berarti. Kendalanya hanya terkadang anakan yang masih berumur beberapa hari dibuang oleh induknya dari sarangnya atau ketika cuaca cukup panas menyebabkan telur rusak.
"Itu saja kendalanya, kalau lain-lain alhamdulillah tidak pernah, misal terkena penyakit. Jadi setiap induk biasanya bertelur 1-3 butir dan alhamdulillah 90 persen jadi," terangnya.
Sebab, dia sudah mendesain belakang rumahnya menjadi ruangan-ruangan agar sealami mungkin supaya burung nyaman dan tidak stres saat proses perkawinan hingga beranak.
"Begitu juga menu makanan untuk burungnya setiap hari saya cuma memberikan voer, jangkrik, ulat hongkong dan kroto. Gak sulit kok, tidak butuh treatment khusus," paparnya.
Baca juga:
Duka Pelajar Pemain Ajang Piala Soeratin di Bojonegoro, Diduga Panpel Tidak Siap
Bahkan Fachry pernah menjual murai dari ternakannya seharga Rp 70 juta kepada salah satu penghobi burung setelah mampu meraih juara I dalam sebuah event setingkat provinsi.
"Dulu pernah jual dengan harga Rp 70 juta. Jadi saya rawat selama 1 tahun, lalu saya ikutkan lomba dan menang. Bukan nominalnya tapi kepuasan setelah melalui proses panjang sejak kecil, dirawat dan juara," tegasnya.
Ketika ditanya apakah bisa membagi waktu sekolah dan beternak burung? Fachry kembali menjawab bila dirinya merawat burung-burungnya pada sore hari setelah pulang sekolah.
"Waktunya gak berbenturan kok dengan sekolah, kan tiap sore. Cuma beri makan, ganti air minum, dan bersihkan kandangnya saja," ucapnya.